Kabar mengenai keangkeran Rimba Keramat telah banyak diketahui orang. Dan selama ini, berita itu diterima dengan simpang siur. Sebagian orang mempercayai kalau Rimba Keramat dihuni makhluk halus yang buas dan kejam. Sementara yang lainnya, berpendapat kalau ada sesuatu yang disembunyikan di dalam Rimba Keramat. Dan pendapat yang belakangan itulah agaknya yang menyebabkan kehadiran banyak tokoh persilatan di tempat ini.
Kini lebih dari dua puluh orang tokoh persilatan telah mengepung Rimba Keramat. Beberapa orang berkumpul menjadi satu kelompok. Sementara yang lain berpencar. Ada yang sendiri-sendiri, ada yang berdua. Untuk sesaat agaknya tidak ada seorang pun yang akan melakukan tindakan. Sedangkan dari arah lain juga mulai berdatangan tokoh-tokoh persilatan. Mereka datang bersama. Suatu harapan bahwa di dalam Rimba Keramat tersimpan harta karun yang tiada terkira nilainya. Dan memang berita ini pernah dihembus-hembuskan beberapa orang secara rahasia. Dan akhirnya menjadi kabar burung.
"Hm.... Lebih baik kita mulai! Kalau tidak mereka akan mendahuluinya!" desis salah seorang. Dia tergabung dalam suatu kelompok yang berjumlah sembilan orang.
"Betul katamu, Cakra! Sebaiknya kita lebih dulu ke dalam, sebelum yang lainnya mendahului!" sahut seorang yang bertubuh jangkung, berpakaian coklat.
"Bagaimana dengan para penghuni rimba ini?" tanya kawannya yang bertubuh lebih kecil, dengan wajah khawatir.
"Sukma Gering! Kau boleh pulang dan tidur sambil memeluk istrimu kalau masih takut cerita-cerita gila mengenai hantu penghuni rimba ini!" sahut laki-laki yang dipanggil Cakra geram.
"Tapi...," orang yang dipanggil Sukma Gering hendak berkilah.
"Aaah, sudahlah! Kita dibayar Ki Wibisana bukan untuk berdebat, tapi mendapatkan harta karun itu!" potong Cakra.
"He he he...! Sungguh mulia hatimu. Cakra. Betulkah bila harta karun itu didapat, lalu akan diserahkan pada Ki Wibisana?" ejek salah seorang yang bertubuh bulat, terbungkus pakaian biru.
"Sial kau, Tambak Wulung! Kau kira aku begitu dungu, hingga mau menyerahkan harta berlimpah ruah di dalam hutan sana pada si tua bangka bodoh itu? Huh! Dia boleh menunggu sampai kiamat!" sahut Cakra memaki, seraya melangkah mendekati hutan.
Laki-laki bertubuh bulat yang dipanggil Tambak Wulung kemudian melangkah lebar, mengikuti Cakra yang telah lebih dulu menerobos semak-semak di pinggir hutan. Melihat apa yang dilakukan kesembilan orang itu, yang lain segera menyusul satu persatu dari arah yang sedikit berbeda. Mereka tampak siap dengan senjata masing-masing. Sikap mereka juga tampak siaga akan segala kemungkinan buruk yang akan menimpa.
"Huh... Setan, kuntilanak dan segala hantu keparat! Hanya orang-orang dungu yang mempercayai takhyul...!" dengus Cakra berkali-kali, untuk membakar semangat sebagian kawan-kawannya yang mulai ketakutan begitu telah semakin masuk ke dalam Rimba Keramat.
"He he he...! Sebaiknya memang ada kuntilanak. Tapi berwajah seperti bidadari. Jadi aku akan betah berada di rimba ini meski harus sepuluh abad!" timpal Tambak Wulung.
"Jangan berkata begitu. Setan-setan suka marah kalau kita menganggap rendah...!" kata Sukma Gering mengingatkan.
"Sukma Gering! Kenapa kau tadi ikut, heh?! Bukankah lebih baik mendekap istrimu yang montok itu?!" ejek yang lain.
Mereka semua tertawa terbahak. Namun Sukma Gering sama sekali tidak tersinggung. Matanya jelalatan memandang ke kiri dan kanan, lalu ke atas dan ke bawah. Dia selalu bersiaga akan segala kemungkinan dengan tangan kanan tidak lepas dari hulu goloknya.
"Tenanglah, Sukma Gering. Tidak ada apa-apa di hutan ini, selain harta karun yang akan kita peroleh. Kau tidak perlu takut. Jika ada hantu yang akan mengganggumu, biar kucekik sampai mati!" kata seorang kawannya. Dan baru saja orang itu selesai bicara, mendadak...
"Uhhh!"
Laki-laki bertubuh sedang berpakaian merah itu kontan mengeluh kesakitan. Tubuhnya ambruk dan langsung membiru. Di lehernya terlihat semacam buluh bambu yang halus. Nyawanya seketika melayang dari tubuhnya!
"Hei...?!"
Bukan main terkejutnya delapan orang yang lain, melihat keadaan itu. Cakra dan beberapa orang memeriksa keadaan kawannya yang tewas. Sementara tiga orang lainnya berjaga-jaga dengan sikap waspada. Benar saja! Karena....
Set! Set!
Tap!
"Aaa...!" Seketika terdengar tiga jeritan saling sambut, disusul robohnya tiga orang lagi. Mereka langsung meregang nyawa seraya memekik tertahan. Bahkan tubuh mereka kontan membiru terkena serangan senjata berupa buluh bambu yang berisi racun ganas!
"Keparat! Siapa yang berani berbuat begini, heh?! Keluar dan tunjukkan tampangmu...!" bentak Cakra garang. Belum saja kering bentakan Cakra, mendadak....
Plup!
"Heh?!" Cakra cepat bagai kilat melompat ke samping, ketika terasa angin mendesir halus ke arahnya. Sebagai orang berpengalaman dalam rimba persilatan, dia bisa merasakan serangan gelap ini sangat berbahaya. Benar saja. Baru saja dia menghindar....
"Aaakh...!" Akibatnya sungguh hebat. Dua orang yang berada di belakang Cakra langsung menjerit kesakitan dan ambruk di tanah terkena serangan gelap itu. Mereka langsung meregang nyawa seperti tiga orang sebelumnya.
"Waspada! Kita menghadapi serangan gelap dari pengecut-pengecut yang tidak berani menunjukkan mukanya!" desis Cakra geram memperingatkan dua orang kawannya yang tersisa, begitu telah bersiaga kembali.
"Aaakh...!"
"Hei...?!"
Pada jarak yang tidak begitu jauh, terdengar beberapa jeritan panjang saling susul. Agaknya bukan hanya rombongan mereka saja yang mengalami musibah. Tapi juga menimpa tokoh lain yang sama-sama memasuki Rimba Keramat ini. Beberapa orang yang melihat keadaan itu sudah menjadi ciut nyalinya. Mereka langsung mengambil langkah seribu dengan meninggalkan tempat ini. Namun orang macam Cakra justru malah semakin penasaran. Mereka jadi ingin secepatnya menyingkap latar belakang pembunuhan-pembunuhan yang terjadi.
"Hiiih...!"
Di tengah-tengah rasa penasarannya, mendadak sesosok tubuh berpakaian hitam terkesiap sebentar, namun cepat melesat bagai kilat menyambar ke arah Cakra. Sehingga menimbulkan desir angin kencang. Cakra berkelit ke samping. Dan belum juga dia bersiap, kembali berkelebat bayangan hitam disertai satu sambaran benda berkilatan ke pinggang. Bukan main terkejutnya laki-laki ini melihat serangan sosok bayangan itu yang cepat bukan main. Langsung dia menjatuhkan diri ke tanah. Namun sesuatu benda keras masih sempat menghantam perutnya bagian kiri.
Tak!
"Aaakh...!" Cakra menjerit kesakitan sambil terus bergulingan di tanah.
"Cakra, aku tidak bisa ikut. Aku kembali pulang...!" teriak kawannya yang tak lain Sukma Gering.
Laki-laki itu langsung lari terbirit-birit meninggalkan Cakra yang tengah bergulingan. Dan begitu Cakra bangkit berdiri, langsung datang serangan bertubi-tubi dari sosok tubuh berpakaian hitam.
Sementara itu, Sukma Gering yang telah berlari terbirit-birit mendadak terjungkal ke tanah disertai jerit kesakitan. Karena ternyata walaupun tengah menyerang Cakra, sosok berpakaian hitam itu sempat memainkan senjatanya. Seketika tubuh Sukma Gering membiru terkena racun ganas dari senjata orang berpakaian serba hitam itu.
Begitu buruannya tewas, sosok berpakaian hitam itu langsung melenting ke belakang dengan gerakan cepat. Lalu manis sekali kakinya mendarat di tanah, untuk menjaga jarak kalau-kalau lawan yang lainnya melancarkan serangan.
Kini di hadapan Cakra, berdiri sesosok tubuh pendek sebatas pinggang berpakaian serba hitam. Kepalanya agak besar dan rambutnya panjang sepunggung. Tangan kanannya menggenggam sebatang tongkat kecil dari perak, sebesar jari kelingking. Pada ujung-ujungnya mempunyai lubang, hingga tongkat itu seperti berongga. Bisa diduga, apa yang menyebabkan kematian orang-orang itu. Jelas, itu adalah senjata sumpit beracun dari perak yang digunakan manusia bertubuh cebol.
"Pengecut cebol! Kau telah membunuh kawan-kawanku! Kini, terima bagianmu...!" desis Cakra garang.
Tanpa peduli lagi. Cakra langsung menyerang dengan satu kibasan tangan. Sementara manusia cebol itu agaknya tidak banyak bicara. Sama sekali tidak ditimpalinya kata-kata itu. Namun tubuhnya cepat mengegos ke kanan, lalu mengayunkan tangannya menghantam kearah kepala Cakra sambil melompat.
Wuttt!
"Uts!" Cakra cepat bagai kilat menundukkan kepala. Namun masih terasa angin serangan yang berdesir menyambar di atasnya. Lalu tubuhnya dijatuhkan ke tanah dan bergulingan, seraya mencabut goloknya. Dia langsung berdiri, bersiap menghadapi serangan berikut.
Benar saja. Sosok bertubuh cebol itu sudah mengejarnya, dengan satu tendangan bertenaga dalam tinggi. Melihat hal ini Cakra segera bertindak cepat. Langsung goloknya dikelebatkan, mengincar kaki laki-laki cebol itu.
Bet!
"Uts!" Cepat sekali si cebol menarik pulang serangannya. Dan dia langsung berputaran menghindari tebasan golok Cakra. Bahkan tangan kanannya cepat merogoh ke satu baju bagian dalam. Dan sambil melayang di udara, dimasukkan sesuatu ke dalam sumpitnya. Lalu....
Plup! Plup!
Maka seketika itu juga jarum-jarum yang sangat halus melesat ke arah Cakra. Laki-laki itu cepat menjatuhkan diri ke tanah, langsung bergulingan menghindari senjata rahasia ini. Beberapa kali dia memang bisa menghindari. Tapi....
Clap!
"Uhhh...!" Tidak urung beberapa buah jarum beracun menancap di punggung kiri Cakra. Laki-laki itu kontan mengeluh tertahan. Namun dia berusaha bangkit berdiri. Dan belum juga berdiri kokoh, laki-laki cebol yang telah mendarat di tanah, langsung melepaskan tendangan ke arah dadanya. Begitu cepat gerakannya, sehingga....
Desss...!
"Aaa...!" Tubuh Cakra terjungkal beberapa langkah diiringi jerit kematian begitu dadanya terhantam tendangan bertenaga dalam tinggi. Dan ketika ambruk di tanah, tubuhnya langsung membiru tanpa bergerak-gerak lagi. Mati!
"Huh! Hanya memiliki kepandaian rendah saja sudah mau berlagak di Rimba Keramat!" dengus si manusia cebol itu.
Sebentar laki-laki yang usianya sudah cukup tua itu memandang ke sekeliling. Dan telinganya pun mendengar beberapa jerit kematian saling susul. Tampak orang-orang yang tadi banyak menuju hutan ini, sekarang lari ketakutan menyelamatkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
132. Pendekar Rajawali Sakti : Misteri Rimba Keramat
AçãoSerial ke 132. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.