BAGIAN 6

292 17 0
                                    

Dengan jurus 'Iblis Membelah Awan', kali ini keadaan jadi berbalik. Tampak Tiga Pedang Bermata Perak perlahan-lahan mulai kerepotan. Serangan-serangan yang semula kompak, ternyata dapat dipatahkan Ki Boncel dan kawan-kawan. Dan tentu saja hal ini membuat Sutageling marah bukan main. Dia mendengus geram, seraya mencoba memperhebat serangan. Namun sampai sejauh ini dia belum bisa menekan manusia cebol itu.
"He he he...! Kukira kepandaian Tiga Pedang Bermata Perak sangat hebat. Nyatanya, hanya setahi kuku...!" ejek Ki Boncel sambil sesekali melepaskan senjata rahasia yang mengandung racun itu.
Plup!
"Uts...!" Senjata rahasia Ki Boncel memang amat merepotkan Sutageling. Sebab sedikit saja terkena, akibatnya sangat parah. Itu bisa dirasakan dari angin sambarannya yang terasa panas bukan main. Dan ini membuat Sutageling harus berjumpalitan di udara, untuk menghindarinya.
"Kurang ajar! Kau kira aku tidak bisa memecahkan batok kepalamu, heh!" dengus Sutageling, begitu mendaratkan kakinya di tanah.
"He he he...! Kini bertambah lagi kepandaian Tiga Pedang Bermata Perak, menjadi bermulut besar...," sahut Ki Boncel terkekeh-kekeh.
Tubuh cebol itu tiba-tiba melesat cepat melepaskan tendangan menggeledek bertenaga dalam dahsyat.
"Keparat!" maki Sutageling. Seketika tubuh Sutageling melompat ke belakang untuk menghindari satu tendangan keras Ki Boncel. Dan begitu kakinya kembali mendarat di tanah, langsung kedua tangannya dihentakkan. Maka terlepaslah pukulan jarak jauh yang amat diandalkan Sutageling.
"Yeaaa...!"
Prasss!
Tampak selarik cahaya keperakan meluruk kencang ke arah Ki Boncel. Laki-laki bertubuh kerdil itu sempat terkejut. Namun dia buru-buru menjatuhkan diri dan terus bergulingan. Rupanya serangan Sutageling tidak berhenti begitu saja. Pukulan jarak jauhnya terus dilontarkan. Dan ini membuat Ki Boncel harus melenting ke atas. Akibat yang ditimbulkannya sungguh hebat Tanah tempat Ki Boncel bergulingan langsung berlubang besar, menimbulkan ledakan dahsyat terkena pukulan jarak jauh itu.
Begitu berada di udara, Ki Boncel menggeram. Langsung dia melepaskan senjata rahasia lewat sumpit peraknya. Melihat hal itu, Sutageling menghentikan serangan jarak jauh. Tubuhnya langsung berputaran untuk menghindari senjata beracun itu. Namun kesempatan yang hanya sebentar itu tidak disia-siakan Ki Boncel. Dan....
"Hiiih...!" Ki Boncel langsung menghentakkan telapak tangan kanannya yang terbuka, begitu mendarat di tanah. Seketika dari telapaknya meluncur cahaya kemerahan yang menderu deras ke arah Sutageling. Laki-laki itu terkejut bukan kepalang. Untuk menghindari jelas tidak mungkin. Apalagi tubuhnya tengah berada di udara. Maka dipapaknya sinar kemerahan itu dengan pukulan jarak jauhnya.
"Heyaaa...!"
Sutageling langsung menghentakkan tangan kanannya ke depan. Maka dari telapaknya yang terbuka meluruk cahaya keperakan yang menyambut sinar kemerahan yang dilepaskan Ki Boncel.
Glarrr!
Ledakan keras terdengar menggelegar, begitu dua sinar berbeda jenis bertemu di tengah-tengah. Begitu dahsyatnya sampai tubuh Sutageling terlempar beberapa tombak. Sedangkan Ki Boncel hanya terjajar beberapa langkah.
Untung saja, Sutageling mampu mematahkan daya lontar tubuhnya, hingga tidak sampai menabrak pohon di belakangnya. Dan dia berhasil menjejak tanah dengan geraian indah dan mantap.
"Setan!" maki Sutageling geram. Langsung pedangnya dikibaskan, kembali melancarkan serangan.
"Uts!" Sementara Ki Boncel melenting ke atas, juga melancarkan serangan. Namun, rupanya Sutageling ingin bertindak hati-hati dengan tidak melayani serangan balik laki-laki bertubuh cebol itu. Maka serangannya langsung ditarik kembali. Kemudian cepat menjatuhkan diri ke tanah dan bergulingan beberapa kali.
Sebatang pohon besar kontan tumbang hancur berantakan, terkena pukulan Ki Boncel yang berhasil dihindari Sutageling. Namun sebelum Sutageling bangkit berdiri, Ki Boncel sudah cepat menempelkan senjatanya di mulut. Sehingga....
Plup!
"Aaakh...!" Kali ini serangan Ki Boncel tidak mampu dihindari. Sutageling langsung menjerit keras begitu jarum-jarum halus beracun menghantam dada kirinya. Namun ternyata jarum-jarum beracun itu telah menembus kulit tubuhnya, dan langsung menyerang jantung. Ki Sutageling hanya mampu menggelepar beberapa saat, kemudian nyawanya melayang!
"Heh?!" Sampu Awang dan Somadipura terkejut bukan main melihat kematian Sutageling.
"Setan cebol, kubunuh kau...!" bentak Sampu Awang geram. Tanpa mempedulikan lawannya, dia melompat menyerang Ki Boncel.
Tapi tentu saja Ki Warkolo dan Ki Yudha Praja yang menjadi lawan-lawan. Sampu Awang tidak membiarkannya begitu saja. Golok Ki Warkolo dikelebatkan ke arah perut. Sementara, keris Ki Yudha Praja menusuk ke leher.
"Uts...!" Meski dalam keadaan seperti itu, namun Sampu Awang masih mampu menghindari dua serangan yang datang ke arahnya. Tubuhnya cepat meliuk. Namun sebelum dia bersiap kembali sumpit perak Ki Boncel telah menunggu. Maka seketika terdengar desir halus berhawa panas yang meluncur ke arah Sampu Awang. Dan....
"Aaakh...!" Sampu Awang menjerit kesakitan, begitu dadanya tertembus jarum-jarum halus yang dilepaskan Ki Boncel. Tenaganya seketika menjadi lemah sekali. Tubuhnya langsung terhuyung ke belakang lalu roboh tak berkutik lagi.
"Mampus...!" dengus Ki Boncel sinis. "Bereskan yang satu ini secepatnya!" Ki Boncel langsung melompat menyerang Somadipura yang tinggal seorang diri. Sementara Ki Warkolo dan Ki Yudha Praja menyusul, dan ikut mengeroyok. Tentu saja hal ini membuat Somadipura kerepotan. Menghadapi Bahureksa dan Bahugora saja, sudah membuatnya harus berjuang mati-matian. Dan kini harus menghadapi lima orang sekaligus. Maka dalam waktu sekejap saja, mudah sekali Somadipura terdesak.
Tampak tubuh Somadipura bergulingan menghindari sambaran keris Ki Yudha Praja. Dan belum juga bisa bangkit berdiri kembali datang sambaran golok Ki Warkolo. Kembali tubuhnya digulingkan menjauhi lawan. Dan begitu mendapat kesempatan, dia segera bangkit berdiri. Namun baru saja kedua kakinya menjejak tanah, Ki Boncel telah melepaskan jarum-jarum beracun yang dilepaskan lewat sumpit peraknya ke arah dada. Bersamaan itu pula, hantaman kapak Bahureksa meluruk ke arah leher. Maka....
Plup!
Cras!
"Aaa...!"
Somadipura langsung memekik kesakitan dengan leher nyaris putus tersambar kapak Bahureksa. Darah langsung menyembur keluar membasahi bumi. Dan begitu ambruk ke tanah dia tewas saat itu juga. Bahkan tubuhnya langsung membiru akibat jarum beracun yang dilepaskan Ki Boncel.
"Huh! Hanya segitu kemampuan mereka...!" dengus Ki Boncel seraya menatapi tubuh-tubuh orang yang menjadi lawan mereka. Lalu diajak keempat kawannya untuk meninggalkan tempat itu.
Dalam sekejap tempat ini menjadi sepi, setelah kelima orang itu berkelebat cepat dan hilang di kerimbunan pohon. Hanya mayat-mayat manusia yang bergeletakan, menyebarkan bau anyir darah yang bercampur hawa racun menusuk hidung!

132. Pendekar Rajawali Sakti : Misteri Rimba KeramatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang