Chapter 3

366 12 12
                                    

Jalan keluar

Tak tau apakah takdir atau bukan, terkadang hal yang direncanakan selalu berbalik arah.

Thian memutar bola matanya ketika baru sadar dari pingsan nya. Dia tak tahu sedang berada dimana, tapi dia mendengar ada suara gaduh yang mengganggunya. Thian ingin membuka matanya, tapi ternyata sekedar membuka mata tidak semudah yang ia kira. Semakin ia mencoba, semakin pula ia merasa sakit yang menjadi-jadi. Bahkan untuk sekedar bertanya apa yang terjadi pun ia tak mampu,karena untuk berbicara ia tak bisa.

"Beruntung sekali ia dibawa tepat waktu" sebuah suara bicara dekat dengan kasurnya.

"Putraku akan baik-baik saja kan dokter?" Suara kedua berasal dari Mrs.Sajee (mamanya).

'Apa yang mama lakukan disini?' Hal terakhir yang ia pikirkan sebelum semuanya menjadi gelap.

Thian tak tahu sejak kapan ia tak sadar hanya ketika ia membuka matanya perlahan dia melihat seluruh keluarga berada di sekelilingnya bahkan Bibi Pa yang dari Phuket pun datang. Yang lebih mengejutkan, mamanya menangis sangat keras seperti putranya baru saja meninggal(padahal baru sadar 😅).

"Dimana yang sakit Thian?" Tangan mamanya terasa dingin dan gemetaran.

Ia takut jika menggenggam tangan putranya, ia akan merasa lebih kesakitan.Ri yang seharusnya di rumah pun ada disana dan juga Mon yang berdiri sedikit jauh. Semua orang seperti tidak tidur selama sebulan,ia melihat Ri matanya memerah dan kering.

"Dimana ini..?" Thian berusaha untuk bertanya, tapi hanya suara seraklah yang terdengar. Tapi Ri memahaminya dan segera memberi tahu.

"Di rumah sakit Thian,mobilmu melaju ke arah danau malam itu" Thian hanya menatap Ri yang terlihat sangat lelah.

"Untungnya seseorang melihat dan membantumu tepat waktu, kau koma 2 hari Thian" 

Ri memberi tahu bahwa kemungkinan hidupnya 50/50.Jika dia tidak segera bangun maka akan terjadi kemungkinan lainnya... 

Yang lain mendengarkan penjelasan tentang kondisi Thian itu, mamanya tidak berhenti menangis karena melihat Thian, dia bangun pun mamanya malah menangis semakin keras, semua orang tahu kalau sekarang adalah waktu yang sangat penting bagi Thian.

Seminggu kemudian dokter memeriksa keadaan Thian, kondisinya mulai membaik. Dia mulai mengetahui apa yang terjadi, dia aman sekarang. Dia diizinkan dirawat di ruang rawat biasa, dan semua orang senang. Tapi dia harus tetap dirawat karena limpa dan organ lainnya masih lemah.

Thian masih mengingat tentang yang terjadi, saat ia bertemu dengan Yada di restoran dekat rumah. Di jalan pulang (jalan yang melingkari kanal), ketika dia akan berputar secara tiba-tiba ada sebuah mobil menabrak dan mendorongnya masuk ke kanal itu, karenanya Thian terbentur setir kemudi akhirnya ia tak sadarkan diri. Ri mengatakan kalau mobilnya terjun ke kanal, tapi untungnya Thian selamat. Selama dirawat di rumah sakit, sebuah pesan yang sama terus berdatangan.

Thian meraih handphone nya untuk membuka pesan tsb.

"Ini hanyalah peringatan,jika kau tak ingin mati dengan cepat jangan bermain-main dengan istri orang lain"

Ketika sedang membaca pesan tersebut, Sathit (pengawal Mrs.Sajee) mengetuk pintu kamar dan bertanya dengan sopan 

"Tuan ada seorang wanita ingin bertemu dengan anda.Dia berkata namanya Yada." Ekspresi Thian menahan amarah sebelum akhirnya berkata dengan suara yang lumayan tenang.

"Jangan izinkan dia masuk" 

"Baik Tuan" Sathit berkata sebelum kembali menjaga pintu diluar.

Thian tidak menyangka berhubungan dengan Yada akan sesulit ini, karena dia bukanlah wanita biasa yang ia pakai untuk bersenang-senang. Dia seorang putri dari konglomerat dari pebisnis terkenal dan menantu dari seorang anggota dewan, tapi yang paling serius dan menyebalkan (bajingan) adalah suaminya. Ketika dia mulai menampakkan diri,dia selalu membuat masalah dan mencari musuh disekelilingnya.

MY HUSBAND IN LAW ( Terjemahan Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang