26

376 72 7
                                    

Sepasang punggung berakhir bersandar di dinding kaca yang sama, berpaling wajah keduanya ke arah yang berlawanan, tetapi saling bertemu. Berhadapan dan menatap untuk berbagi cerita.

Kyungsoo memulainya dengan hari di mana ia menyatakan rasa sukanya kepada Jieun, tetapi justru mendapati patah hati. Ia bertemu dengan Jisu kemudian, berbagi keluh kepada gadis itu, pun untuk mendengarkan kesah yang sama. Jisu menyukai seseorang, tetapi tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan rasa sukanya.

Mendengarkan curahan hati, tetapi tak tahu menahu jika seseorang yang dimaksud Jisu adalah dirinya sendiri. Hingga kemarin barulah Kyungsoo menemukan jawabannya. Pemuda itu ingat betul jika dirinyalah yang memberikan keberanian kepada adik kelasnya itu untuk tidak memendam perasaannya sendiri. Setidaknya membiarkan seseorang yang ia sukai mengetahui perasaannya akan lebih baik.

Di sinilah semuanya berawal. Sore hari ketika Kyungsoo meninggalkan studio lima setelah menyelesaikan persiapan terakhir untuk audisinya besok. Ia berpapasan dengan Jisu yang kebetulan baru saja menyelesaikan latihannya di studio enam. Jisu meminta waktu untuk berbicara padanya, pun keduanya yang berakhir duduk di bangku taman sekolah.

"Kak Kyungsoo pernah bilang padaku,  kapan pun itu aku harus mengungkapkan perasaanku pada orang yang aku sukai, kan?" Jisu memulai. Sedikit gugup, tetapi ia berhasil mengendalikan ketakutannya itu. Menggenggam dua sisi celananya erat, gadis itu berusaha menatap lekat. Kepada Kyungsoo ia mengutarakan seluruh perasaan.

Kyungsoo mengangguk, menaruh perhatiannya penuh pada Jisu. Entah mengapa jantungnya berdebar tak nyaman.

"Aku menyukaimu. Aku menyukai, Kak Kyungsoo."

Terkesiap, seolah satu debaran jantung terlewati tanpa sadar. Kyungsoo merasakan denyutnya memerih setelah itu. Bagaimana mungkin Lee Jisu menyukainya? Apa ia tidak salah dengar. "Ji-jisu-ya ..." gugup saat ia menyebut nama.

Jisu tersenyum kecil, tatapan melembut seolah meminta maaf. "Dengarkan dulu," pinta gadis itu meminta izin.

Di hari ketika Do Kyungsoo memasang pengumuman audisi di Departemen Tarian Praktik itulah awal kehidupan seorang Lee Jisu mulai berkisar pada pemuda itu. Mulai dari rasa penasaran tentang siapa dan seperti apa sosok seorang Do Kyungsoo itu, sikap dinginnya yang sempat membuat Jisu kesal, hingga sisi hangatnya yang tanpa sadar berhasil mengubah cara pandang gadis itu.

"Karena Kak Kyungsoo-lah, aku mulai menyadari betapa egois dan tidak berperasaannya aku selama ini. Membenci seorang kakak yang bahkan sangat menyayangiku."

Merasakan hal yang sama, terenyuh pemuda itu tetap mendengarkan.

Jisu menarik napas dalam, kembali menceritakan apa yang ada di benaknya. "Selama ini aku terus menyalahkannya atas kematian kedua orang tua kami, meski aku tahu jika ia bukanlah penyebab utamanya. Aku terlalu takut menghadapi kenyataan hidup, membencinya sebagai alasan untuk menenangkan diriku sendiri. Aku bahkan malu untuk mengakuinya sebagai kakak, meski ia mengorbankan segalanya agar aku memiliki kehidupan yang lebih baik." Tak kuasa mengendalikan emosi, pandangan gadis itu mulai berkaca-kaca.

Kyungsoo tahu betul rasanya itu. Membenci seseorang yang tulus menyayanginya hanya karena sikap egois yang ia ciptakan sendiri. Tanpa mau membuka hati dan peduli, itulah yang selama ini ia lakukan. Meraih tangan Jisu, pemuda itu menggenggamnya erat untuk menyemangati.

Jisu tersenyum, menunduk mengamati genggaman hangat itu untuk beberapa saat sebelum kembali menatap sang penyemangat. "Bahkan menolakmu karena aku, kakakku pun rela melakukannya."

"Aku tidak mengerti." Kyungsoo melebarkan kedua matanya bingung.

"Kak Jieun kan gadis yang Kak Kyungsoo sukai?"

Days of SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang