PROLOG

77 6 2
                                    

Hanin Rinjani Chelya. Orang orang memanggilnya Hanin. Seorang gadis cantik berkulit putih, dengan rambutnya yang panjang. Namun cantiknya kurang sempurna, lengkungan bibir jarang terlihat di wajah cantik itu.

Bukan tanpa alasan, tapi memang tak ada alasan lagi yang bisa membuatnya memperlihatkan senyumnya.

Hanin yang malang. Sejak kecil, dia hanya melihat pertengkaran kedua orang tuanya yang tak pernah berujung. Tak ada kasih sayang yang dia dapatkan dari ayah dan ibunya. Hanin yang selalu mengurung dirinya di kamar, mendengarkan semua pertengkaran yang ayah ibunya ributkan. Piring pecah, suara barang barang berjatuhan, sudah biasa ia dengar. Yang bisa Hanin lakukan ialah duduk meringkuk bersandar di pintu kamarnya dan berharap, kapan semua ini akan berakhir.
Bahkan, sebelum kedua orang tua Hanin bercerai, keduanya sudah memiliki pasangan lagi masing masing. Hanin memang belum mengerti segalanya saat itu. Yang dia tahu ialah, dirinya tak suka dengan hal itu. Kedua orang tua yang selalu bertengkar, sibuk dengan pasangan barunya masing masing, dan menghiraukan Hanin kecil yang masih sangatlah butuh kasih sayang. Sangat miris, hal yang begitu berat yang harus dialami Hanin di usia anak anak nya.

Orang tua Hanin bercerai di usia Hanin 9 tahun. Dan pada saat itu, Hanin mulai tinggal bersama nenek dari ayahnya yang kebetulan bertempat tinggal tak jauh dari rumah Hanin sebelumnya. Ayah dan ibu Hanin meninggalkan Hanin untuk terus bersama pasangan barunya.

Dan sejak itu pula, Hanin tumbuh menjadi gadis pendiam, dingin, kaku, dan sangat jarang tersenyum. Jangankan tersenyum, bahkan sekali dia berbicara, itupun hanya beberapa kata.

Tak banyak yang tahu kisah kelam masa kecil Hanin dibalik wajah cantiknya.

Dan disinilah, cerita ini dimulai.

JINGGA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang