Friendship[4] Tamu tak di undang

164 23 10
                                    

Bel istirahat berbunyi kring kring  sehingga membuat aktivitas belajar dan mengajar akhirnya berhenti sejenak untuk merehatkan segala pikiran yang tadinya pelajaran semua akhirnya bisa refreshing juga.

Pak Nahwan pun mulai pamit kepada murid-muridnya yang ada di dalam kelasnya dan berkata. "Baiklah, anak-anak. Kita sampai di sini dulu, selamat Makan, Anak-anak."

Setelah mengucapkan itu Pak Nahwan pun langsung pergi dari kelas menuju kantor sementara Siswa-Siswi membalas perkataan Pak Guru itu.

"Selamat makan, juga Pak," kata Siswa-Siswi bersamaan mulai berjalan pelan ke arah luar menuju kantin, perpustakaan, maupun yang lainnya.

Termasuk Anneth dan sahabatnya yang masih ada di dalam kelas karena melihat teman sekelas mereka, sedang menunggu teman sekelas mereka pergi satu persatu dari kelas-nya.

"Ekhem," dehem Ucha tadi kepada mereka semua sehingga membuat Anneth dan yang lainnya langsung menengok ke samping, depan, ke arah Ucha.

"Hm ..., Ada apa Cha?" tanya Iden kepada Ucha yang sudah menyengir memperlihatkan gigi putihnya ke arah mereka sambil mengelus pelan perutnya yang sudah keroncongan.

"Laper. Pengen makan," sementara mereka semua hanya menepuk jidat mereka heran sama satu sahabatnya ini yang selalu doyan sama makanan apa tak ada yang lain gitu, selain makanan?

"Haduh-haduh, Cha. Gue kira apaan dah, tunggulah sebentar lagi. Tahan dikit kek," sahut Uwa dengan menepuk jidatnya yang mulus karena perlakuan Sahabatnya ini yang tak pernah berubah sedari dulu.

"Hehehe, nggak bisa nahan. Gimana dong?" resah Ucha kepada mereka semua sementara Anneth ia melihat semua isi kelas tidak ada lagi teman sekelasnya akhirnya mereka bisa keluar juga dari kelas tersebut.

"Yaudah, yok. Kita ke kantin!" teriak Anneth semangat dan diangguki oleh mereka masing-masing.

Setelah itu mereka pun langsung keluar dari kelas mereka saat mereka keluar banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan iri, dengki, kagum, dan tatapan yang lainnya di setiap lorong koridor.

Sehingga membuat Anneth dan yang lainnya masa bodo sama mereka, Anneth dan yang lainnya mereka sesekali bercerita di koridor tersebut.

"Eh, iya. Bagaimana ngedate, kalian berdua?" goda Joa kepada Anneth dan Deven yang sedari hanya diam menyimak apa yang mereka ucapkan sontak pertanyaan tersebut membuat kepala Deven maupun Anneth menoleh 90 derajat ke arah Joa.

"Ngedate?" tanya mereka berdua bingung dengan menaikkan alis mereka masing masing, dan menatap satu sama lain dengan tatapan bertanya.

"Iya, ngedate. Yang kemaren 'kan, kalian berdua jalan bareng," ceplos Iden tanpa dosa dengan melihat mereka yang masih bingung sehingga membuat temen-temennya terkekeh geli.

"Ouh, itu ya. Gue, mah, nggak ngedate kalik. Cuman jalan biasa doang, iya nggak Nethi?" tanya Deven membuat Anneth menoleh dan tersenyum manis kepadanya dengan menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Masa sih? Nggak percaya kita tuh!" lontar Inton kepada Anneth dan Deven dengan wajah tidak percayanya kepada Anneth dan Deven.

"Yaudah, kalo nggak percaya. Kita mah masa bodo, iya nggak Dev?" tanya Anneth acuh tak acuh kepada Deven dan di angguki oleh-nya membuat temannya memberinggut kesal melihat sikap Anneth dan Deven yang hampir sama itu.

"Yadeh, serah lo pada dah. Pusing kita, tanya sama kalian," sinis Uwa kepada Anneth dan Deven yang masih dengan wajah datar mereka pun sontak melihat Uwa dengan wajah yang cantik cemberut dengan nada suara yang di sinis-in.

"Hahaha," tawa Anneth dan Deven sambil bertos ria bisa membuat semua teman-temannya termasuk Uwa kesel kepada mereka berdua.

"Kalian sih, tanya-nya kayak gitu. Kita nggak ngedate, cuman jalan biasa doang."

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang