Part 6

32 7 7
                                    

Sebelum baca aku ada info dulu guyss, jadi part sebelumnya tuh ada yang di perbaharui yah lebih tepatnya di ubah dikit tapi bisa gak di baca ulang kok soalnya yang di ubah tuh cuma nama panggilan Arvian di ubah jadi Langit.
Udah itu aja, makasih🙂

Cafe Atta

Di sinilah Cika dan teman temannya, sesuai chat mereka kemarin malam bahwa mereka harus ke cafe ini karna salah satu temannya akan menyampaikan sesuatu dan yah Febri ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka.

"Feb mau ngomong apasih?"

"Iya kayak penting tuh" Lisa menyahuti pertanyaan ara sambil mengaduk aduk es jeruk nya yang sudah ia pesan tadi pas mereka sampai di sini.

Febri memandangi satu persatu temannya rasanya Febri sulit untuk mengatakan ini tapi ia harus mengatakan nya.

"Gue minta maaf klo gue ada salah sama kalian" ucap Febri sambil menundukkan kepalanya ia tidak ingin melihat muka sedih teman temannya

"Ada apa feb Lo kenapa?" Cika kaget dengan pernyataan Febri tiba tiba saja ia minta maaf bahkan seingat nya Febri tak pernah melakukan kesalahan.

"Feb Lo mau mati yah kok minta maaf"

Pletak

"..aduhss lo kok jitak kepala gue, sakit tau" keluh putri yang mendapat jitakan dari Lisa

"Ya lo ngomong gk di filter dulu"

"Yakan gue cuma nanya"

"Tapi pertanyaannya Lo salah Munaroh"

"Udah bener tau, kan biasanya nih ya orang yang minta maaf tuh pasti orang yang udah mau mati"

"Lo doain temen lo sendiri mati gitu?"

"Enggak lah, Lo aja kali yang doain Febri mati"

"Heh maemunah kenapa Lo jadi tuduh gue kan tadi yang ngomong mati itu elu"

"Tapikan Lo nuduh gue juga katanya gue doain febri mati"

"Ikhhh gue cekek juga Lo" Lisa yang sudah greget dengan tingkah cewek polos di depannya ini

"Psycho" gumam putri bergidik ngeri melihat wajah merah Lisa dan kata katanya yang tadi bilang mau mencekek nya, kan serem.

"Udah udah kalian gak usah berantem mending kita dengerin Febri jelasin maksudnya minta maaf ke kita" cika menegahi pertengkaran itu karna kalau tidak sampai besok pun mereka tidak akan selesai adu bacot.

"Jadi gini besok gue akan ke London dan gue akan menetap di sana dan bisa jadi gue gak akan ke indo lagi" raut sedih terpatri di muka cantik Febri dia sedih karna tidak menyangka akan meninggal kan teman temannya yang selama ini sudah menjadi sumber kebahagiaan nya.

"Jadi kita gak akan satu sekolah lagi?"

"Kita gak akan ketemu lagi?"

"Kita gak bisa ngumpul berlima lagi gitu?"

"Emang kenapa lo harus pindah?"

Dia di hujani banyak pertanyaan dari teman temannya, bagaimana tidak Febri mengatakan nya secara tiba tiba, yah tentu kaget lah apalagi ia bilang bahwa tidak akan kembali ke indo karna menetap di sana. omaigat mereka akan kehilangan satu sahabat nya.
Sedih rasanya.

"Iya gue pindah sekolah ke London tentunya, soal ketemu dan ngumpul kalian doain gue aja kalau gue ada waktu dan gak ada halangan gue pasti berkunjung ke sini. Dan soal kenapa gue pindah itu karena bokap sama nyokap harus pindah ke London karna kerjaan bokap yang sudah pindah di sana dan nyokap gak mau gue tinggal di sini sendiri.."

"Secara kan Lo tau sendiri gue gak punya keluarga di indo karna gue bukan asli orang sini jadi gue akan kembali ke tempat gue lahir" lanjut Febri dengan senyum yang entahlah,

Rasanya sangat sulit untuk jauh dari mereka meski mereka hanya sahabat tapi Febri sudah anggap mereka saudara sendiri.

Febri berterima kasih karena telah di pertemukan dengan teman seperti mereka meskipun mereka sering membuat nya geleng geleng kepala karna tingkah nya, tetapi itu juga yang kadang buat di tertawa, mereka adalah keluarga kedua baginya.

Mereka memang jauh dari kata sempurna tapi apa gunanya sebuah kesempurnaan jika itu tidak bisa membuat kita bahagia, karna memang nyatanya tidak semua kesempurnaan bisa membuat kita bahagia.

***

Sekarang mereka hanya duduk berempat di kelasnya karena salah satu temannya sudah pergi ke negara asalnya pagi tadi, awalnya mereka ingin mengantar Febri ke bandara tapi Febri menolak karna katanya mereka harus sekolah ntar ketinggalan pelajaran. Padahal ketinggalan satu mata pelajaran saja gak akan membuat orang bodoh bukan, dan mereka bisa kembali ke sekolah setelah mengantar nya ke bandara. tapi Febri tetap kekeuh untuk tidak di antar oleh sahabat sahabatnya, sehingga berakhirlah mereka di sini duduk di kelas.

"TEMAN TEMAN KU TERCINTA HARI INI PAK DADANG GK MASUK.." teriak Adit selaku ketua kelas.

Teriakan Adit membuat satu kelas bersorak gembira karena mereka tidak perlu lelah berfikir apalagi pelajaran fisika membuat mereka rasanya ingin pinsang saja.

"Tapi kata guru piket kita ke perpustakaan supaya gak ribut di kelas dan ganggu kelas sebelah" seketika semuanya terdiam banyak dari mereka yang tidak ingin ke perpus dan merencanakan untuk kekantin saja

"Kantin aja yok gak usah ke perpus malas gue baca buku" ucap putri pada ketiga temannya

"Kalian aja ke kantin gue mau ke perpus ada buku yang pengen gue baca" Cika berdiri hendak ke perpus tapi suara Ara membuatnya berhenti

"Ci gue ikut" sambil berdiri dan ikut berjalan di samping Cika yang sudah jalan tadi

"Yaudah kita bedua aja ke kantin yuk Lis" ajak putri pada Lisa dan Lisa pun hanya mengikuti putri, toh sekarang Lisa juga lagi malas membaca buku.


***

Didalam perpustakaan cukup tenang karena mereka semua sibuk dengan dunianya sendiri ada yang benar benar membaca buku ada juga yang datang hanya untuk tidur karena katanya perpus adem dan tenang makanya enak tidur di sini.

Cika berdiri memandangi rak buku yang menjulang tinggi di depan nya sedari tadi ia mencari buku yang sangat ingin di bacanya tapi buku itu berada di rak paling atas

"Ishh tuh buku kenapa di taro di situ sih kan susah ngambil nya" Cika berdecak karna sedari tadi ia belum bisa mengambil buku itu

"Rak nya ketinggian kan, bukan gue yang pendek"

"Emang dasar rak nyebelin, ini orang yang bikin rak nya gak tau apa klo ini tuh ketinggian kan gak semua orang setinggi rak ini" Cika memarahi rak buku didepannya karna lelah berjinjit tapi tak kunjung mendapat bukunya.

Tepat saat ia hampir mencapai buku itu tangan lain mengambil nya dengan santai.

"Eh eh itu bukunya.." sambil menoleh ke arah orang yang mengambil buku nya dan orang itu

"Sini, Makasih udah ngambilin" Cika yang hendak meraih buku di genggaman orang itu, tetapi tidak jadi karena orang itu berjalan membawa bukunya dan meninggalkan cika.

"Eh cowok songong siniin bukunya kan gue duluan tadi yang ngambil" Sekarang Cika berdiri di samping kursi orang itu ingin meminta bukunya.

Yah cowok songong yang di maksud adalah Langit, Sedangkan Langit sekarang hanya diam dan terus menatap buku di depannya, Cika yang merasa geram karna di abaikan pun langsung menarik buku itu dan membuat Langit menoleh padanya. Dan merebut bukunya kembali.










Udah part nya kepanjangan...
Hehe...

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang