Part 22

19 4 14
                                    

Matahari telah memunculkan wajahnya tetapi seseorang masih belum menyadari nya dia terus saja memejamkan matanya dengan selimut tebal yang membalut badannya, dia adalah Langit, sejak tadi ponsel nya terus berbunyi tanda ada panggilan masuk tetapi ia selalu menghiraukan nya dia tidak memperdulikan deringan dari ponselnya.

Tiiiiing

Suara bel apartemen nya sedari tadi juga berbunyi dan itu mampu membuat tidur langit terganggu "Bangsat siapa sih pagi-pagi udah datang" ucap langit kesal sambil bangun dari tempat tidurnya dan menghampiri pintu apartemennya

"Anj..." Ucapan langit terpotong saat melihat seseorang berdiri di depan pintu aprt nya bukan lah teman-temannya, kantuk langit hilang seketika saat melihat orang tersebut

"Kamu kenapa baru bangun Arvian" ucap seseorang yang sedari tadi berdiri di depan pintu apartemennya

"Ada urusan apa papa ke sini?" Ucap langit datar, yah dia adalah papa langit dia selalu memanggil langit dengan sebutan Arvian

"Kamu duduk dulu sini baru papa cerita" jawab papa langit sambil menepuk sofa yang ada di dekat nya, langit pun mengikuti arahan papanya dengan duduk di sofa tersebut tetapi bukan di dekat papanya dia duduk di sofa single yg berada didepan papanya.

"Ada apa?" Tanya langit dingin

"Kamu terlalu buru-buru nak, bukan kah kamu baru ketemu dengan papa lagi?" Ucap papanya langit

"Kenapa papa bisa tau apartemen Arvian?" Tanya langit tegas

"Kamu kan tau papa siapa, hanya alamat apartemen mu tidak mungkin papa tidak bisa melacak nya"

"Yah saya tau anda bapak Erland Setiawan CEO dari perusahaan TW company, jadi ada urusan apa anda datang ke apartemen saya?" Ucapan langit mulai seperti orang asing dia tidak suka berbasa basi apalagi dengan papanya

"Arvian saya ini papa kamu kenapa kamu begitu tidak sopan?"

"Papa saya sudah tidak ada sejak kematian mama saya" ucap langit lantang

"ARVIAN" bentak Erland

"Sudah lah, papa hanya ingin memberi tahu kamu kalau kamu harus datang ke kantor hari ini karena ada rapat kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar"

"Saya harus sekolah"

"Sekarang sudah jam 8 kamu ke sekolah juga kamu akan telat meskipun papa tau kamu sering datang terlambat tapi hari ini kamu sudah papa izin kan jadi tidak perlu ke sekolah" papa langit memang sering memantau langit melalui orang-orang suruhannya.

"Saya tidak mau" jawab langit santai

"Ini keinginan mama kamu Arvian dia ingin papa memberikan perusahaan itu padamu, papa tidak bisa memberikannya padamu jika kamu belum mendapat pengalaman dalam dunia seperti ini"

Langit menghela nafas panjang saat mendengar papanya berucap seperti itu "baiklah saya akan datang" ucap langit kemudian kembali ke dalam kamarnya meninggalkan papanya yang masih duduk di sofa apartemennya.

"Papa tunggu kamu di kantor Arvian" ucap papanya tapi tak di hiraukan oleh langit dia terus saja berjalan memasuki kamarnya.

***

Sekarang langit sudah mandi dia mengenakan baju kaos hitam polos dengan celana pendeknya dia mengambil ponsel nya di atas nakas yang sedari tadi berdering

"Woi Lang, Anjirr lo kenapa baru angkat telfon gue" ucap Rafi di balik telfon tersebut

"Kenapa?" Tanya langit santai (dasar manusia santuy)

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang