part 7

37 7 15
                                    

"Dasar cowok nyebelin cowok gila cowok sinting dasar es batu berjalan" sedari tadi Cika marah marah sendiri teman temannya yang melihat pun hanya diam karena tidak mengerti permasalahan nya

"Lo kenapa sih dari tadi marah marah Mulu?" Ara yang sedari tadi bersama nya di perpus dan sekarang ke kantin hanya mendengar teman satunya ini marah marah gak jelas.

"Gue kesel sama tuh cowok songong dasar cowok jelek cow..."

"Ngatain gue?" Suara berat itu membuat Cika berhenti ngomong dan mendapati Langit berdiri di samping nya

"Iya gue ngatain Lo, kenapa mau marah?" Cika yang memang sedari tadi sudah ingin memarahi Langit tapi sayang tadi mereka di perpus dan di sana tidak boleh berisik jadilah dia mengalah dan keluar perpus tanpa membaca buku

"Dari awal gue ketemu sama Lo gue benci banget cowok songong kayak lo, emang dengan gaya Lo yang sok cool ini membuat semua orang jadi suka sama Lo? Mungkin mereka para fans alay lo itu suka tapi enggak dengan gue yang malah benci banget sama lo, cowok gak tau diri" Cika hendak pergi dari situ kalau saja tangan nya tidak di cekal oleh tangan besar itu

"Ngomong apa lo?" Langit bertanya dengan suara dingin dan tatapan datarnya

Cika menghempaskan tangan Langit yang mencekalnya tadi dan berbalik menatap langit

"Gak tau diri" ucapnya dengan penuh penekanan

Langit yang tidak terima di cap sebagai cowok gak tau diri pun langsung menarik tangan Cika dan membawa nya entah kemana. Teman teman Cika yang sadar akan raut marah yang tercetak di wajah Langit pun langsung panik ia takut temannya akan di sakiti

"Gak usah panik langit gak akan ngapa ngapain teman Lo" ucap Angga yang membuat putri Ara dan Lisa menatapnya

"Klo sampe temen kita di apa apain sama temen lo habis Lo di tangan gue" ucap Lisa penuh penekanan

"Ih Lisa gak boleh marah marah gitu" ucap putri dengan tampang polosnya
Ara dan Lisa pun hanya memutar bola matanya malas

Taman belakang sekolah di sini langit berhenti dan menghempaskan tangan Cika yang tadi sempat ia genggam bukan genggam lebih tepat nya tangan yang ia tarik.

"Ngapain sih lo bawa gue ke sini?" Tanya Cika sambil memandangi tangannya yang merah akibat cekalan Langit tpi dia gak boleh nangis di sini malu entar.

"Jelasin" suruh Langit

"Jelasin apaan?"

"Tadi"

"Hah? apaan sih Lo klo ngomong yang jelas, jangan dikit dikit doang ngomong nya lo kira gue ngerti apa yang Lo maksud"

"Bodoh"

"Sekate Kate lo ngatain gue bodoh, gue ini anak pinter"

"Dikit.." Cika berbisik pada dirinya tapi jangan kira Langit tidak mendengar dia masih mendengar apa yang di katakan Cika tadi

"Jelasin" ucap Langit lagi dengan wajah datarnya dan tatapan tajam nya yang ia tujukan untuk Cika, Cika yang melihat pun merasa takut tapi ia pura pura berani aja, toh dia sendiri yang minta masuk ke kandang singa

"Gue akan jelasin tapi kenalin dlu nama gue Cika Aqilla Ferdian" eh ngapain malah perkenalan diri sih dasar Cika labil bentar bentar marah bentar bentar pasti oon-nya keluar. Kayak sekarang ini.

"Ihh bego ngapain gue perkenalan diri" tuh kan gue juga bilang apa

"Yauda deh Gini yah tuan langit yang terhormat, lo tu kenapa sih cuek banget sampai nolong orang lain juga gak mau, eh Lo kira, Lo bisa hidup tanpa bantuan orang lain? Lo gak sendiri idup di dunia tapi belagak klo Lo tuh hidup sendiri"

"Orang klo lagi butuh bantuan di tolongin jangan cuma di liatin doang, inget yah gak menutup kemungkinan suatu saat lo juga butuh pertolongan dan siapa yang mau nolongin lo klo bukan manusia yang ada di Deket Lo, emang lo mau di tolongin sama setan?"

"Gue tau lo gak suka di deketin sama orang-orang tapi bisa gak sih klo ada orang yang minta tolong lo tolongin gitu, emang apa susahnya sih nolongin orang? Kan malah bagus Lo dapat pahala" ucap Cika menceramahi langit.

"Udah?"

"Udah apaan?"

"Ngomong nya"

"Udah lah, klo belum ngapain gue berenti coba"

Setelah Cika menjawab Langit, langit pergi dan meninggalkan cika di taman belakang sekolah.

"Dasar es batu, gue udah ngomong panjang kali lebar dan dia main tinggalin gue aja" Cika mencak mencak sendiri di taman itu karena sadar bahwa langit mengabaikan sejuta kata kata yang keluar dari mulut nya tadi.

"Kenapa sih ada orang kayak gitu?"

"Mentang mentang ganteng seenaknya aja ninggalin orang padahal kan dia yang bawa gue ke sini"

Tapi bentar apakah Cika mengakui kegantengan Langit? Bukan nya tadi di kantin ia mengatakan langit cowok jellek yang gak tau diri lantas kenapa sekarang ia mengatakan ganteng. Aah entah lah Cika kan anaknya labil jadi suka gitu ngomong nya.


***

Setelah pertemuan nya dengan langit di taman belakang sekolah mood Cika sudah tidak baik. Maka dia ingin singgah di apartemen Ara untuk menenangkan pikirannya toh sampai di rumah ia akan sendiri dan itu akan membuatnya kepikiran tentang Langit cowok yang menurut nya sangat menyebalkan.

"Lis lo kenapa kok lo ngelamun sih dari tadi" tanya putri yang melihat perubahan ekspresi Lisa sedari mereka meninggal kan kantin tadi. Cika dan Ara pun melihat Lisa yang tak merespon pertanyaan putri ia terus saja melamun.

"Heh Lisaaa" putri menepuk pundak Lisa karna sedari tadi tidak mendapat respon dari perempuan di depannya ini

"Apa?" Tanya Lisa santai dan membuat ketiga temannya melongo.

"Apa apa, lo tu dari tadi ngelamun" ucap putri dan di angguki kedua temannya

"Emang lo kenapa sih? Perasaan yang bad mood tadi Cika deh tapi kenapa lo juga ikut-ikutan ngelamun?" Lisa yang hanya memandang putri yang selalu bertanya padanya

"Oh gue gak apa-apa" ucapnya sambil Tersenyum.

"Lisa kenapa? Gak biasanya dia bgini biasanya juga dia yang paling ribut" batin Cika

"Guyss pulang yuk gue udah di suruh pulang nyokap nih" ucap putri

"Yaudah ayo" ajak Cika

"Ra kita pulang yah makasih udah nerima kita di apart lo"

"Gak usah makasih kali kan udah biasa" ucap Ara pada ketiga temannya

"Yaudah kita balik bye araa jangan rindu, kan rindu berat" sahut putri sambil berjalan keluar dari apartemen Ara.

Mereka pulang ke rumah masing-masing karna sudah di cari orang tuanya. Memang hanya Ara yang tinggal apartemen karena orang tuanya berada di Bandung, kalau di tanya kenapa ia mau sekolah di Jakarta sedangkan orang tuanya tidak tinggal di Jakarta maka jawabannya karena ia mau hidup mandiri.








Sampai sini dulu yaa..
Jangan lupa vote and comen💚

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang