Bagian 15 Pertemuan Kedua

29 1 0
                                    

Kedua kaki tlah siap untuk melangkah pergi.
Ku bungkus ekspektasi dengan sangat rapi, hingga mereka tak akan bisa terbang terlalu tinggi.
Degup resah yang akhir-akhir ini sempat tak terdengar lagi, perlahan tampak tanpa kendali.
Entah apa yang akan semesta suguhkan; sebuah pertemuan kedua berhujung kebahagiaan abadi atau hanya semburat kekecewaan yang menggoreskan luka abadi?

===========

Keesokan harinya setelah menelepon Rara, Aldo sibuk membereskan apartemennya yang mirip kapal pecah. Sejak 2 tahun yang lalu, Aldo memutuskan untuk membeli apartemen agar lebih dekat dengan kantornya. Saat ini Aldo sedang fokus membangun rumah untuk kedua orang tuanya yang sudah hampir selesai pembangunannya. Tak terasa hari mulai petang, Aldo beristirahat sejenak sembari membuka hpnya. Banyak pesan yang masuk baik itu dari Panca maupun Rara.

5 New Messages Unread

Panca : Oi bujang lapuk. Jangan lupa dateng ya ke Tavern Resto, nih udah gue kasih lokasinya. Bawa cewe lu juga.

Panca : Eh iya jangan lupa bawa kado buat gue. Gausah pelit lu.

Panca : Oi oi oi oi oi hiyaaaa. Masih idup kan lu?

Rara : Do lagi sibuk ya? Iya nanti aku bisa temenin kok, maaf ya tadi telponnya buru-buru aku lagi bantu mamaku masak.

Aldo hanya membacanya sekilas sampai akhirnya matanya tertuju pada satu pesan dari nomor asing.

+6285740983215 : Aldo, apa kabar? -Amel

Aldo sedikit terkejut namun ia memutuskan untuk mengabaikannya dan menghapusnya. Ia menaruh hpnya dan bergegas siap-siap karena ia harus menjemput Rara lebih dulu.

================================

Malam hari setibanya Tavern Resto , Aldo memarkirkan mobilnya lantas turun dan menggandeng tangan Rara untuk masuk ke dalam. Panca yang melihatnya langsung menghampiri dan menjitak Aldo.

"Gitu lu ya sekarang, lupa kalo udah ada ciwi. Mana kado buat gue?" todong Panca.

"WOI PANTAT PANCI, KEBIASAAN LU DEMEN JITAK PALA GUE. Najis banget dateng-dateng ditagih kado, aturan harusnya tawarin minum kek. Udah kayak ibu-ibu nagih uang arisan lu. Nih kado lu," gerutu Aldo sembari menyodorkan bingkisan kado ke Panca.

"Nah gini kan enak. Makasih Do hehehehe. Ini cewe lu? Cakep bener dah," ucap Panca sembari cengengesan menerima bingkisan dari Aldo.

"HBD y, gue kira lu lahir dari batu. Mulut lu emang keknya harus disekolahin sampe S3 ato kalo perlu S10 kalo ada. Asal nyerocos aja lu gak ada sopannya emang," jawab Aldo sembari meledek.

"Sialan lu kira gue Sun Go Kong apa, lahir dari batu. Hehe sori Do, sekolahin gih biar ga kek gini. Kalo perlu sampe S20," jawab Panca cekikikan.

"Tolol kok dipelihara. Btw kenalin ini Rara. Ra, kenalin ini Panca. Panggil aja Panci,"

"Gue Rara, ucap Rara sembari mengulurkan tangannya ke arah Panca.

"Eh iya, gue Panca. Mantannya Aldo eh maksudnya mantan temen kuliahnya Aldo yang sering dikacangin dulu," jawab Panca sembari membalas uluran tangan Rara.

"Sialan lu Panci ngaco. Ra gausah didengerin ya, emang anaknya gak waras jadi gitu," ucap Aldo ke Rara sembari menghardik Panca.

"Santai Do haha, aku ambil minum dulu ya. Sekalian aku ambilin buat kamu deh," pamit Rara sembari meninggalkan Aldo.

Aldo hanya mengangguk dan kembali berbincang dengan Panca.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Eh Rara, cepet banget baliknya," ucap Aldo sembari membalikkan badannya.

Namun ternyata orang itu bukan Rara. Aldo sontak terkejut karena orang itu adalah Amel.

"Hai Aldo, pesen aku kok gak dibales? Apa kabar?"

Belum sempat Aldo menjawab tiba-tiba Rara datang membawa dua gelas berisi sirup merah.

"Nih Do buat kamu, eh btw itu siapa ya?" tanya Rara sembari menyodorkan segelas sirup merah kepada Aldo.

"Oh, hai. Kenalin aku Amel," ucap Amel sembari mengulurkan tangannya ke Rara.

"Hai, kenalin aku Aldo. Temen kantornya sekaligus temen deketnya hehehe," jawab Rara sembari membalas uluran tangan Amel.

Amel hanya tersenyum.

"Amel dulu temen kuliahnya Aldo ya? Atau siapanya Aldo?" tanya Rara.

"Dia temen aku Ra. Temen waktu kuliah kenal pas ospek," jawab Aldo.

Rara hanya mengangguk. Amel hanya terdiam. Panca yang tidak tahan dengan suasana saat ini akhirnya berusaha memecahkannya.

"Woi malah pada ngerumpi, ke dalem yuk bentar lagi acaranya mau mulai. Arisannya ntar lagi aja," ajak Panca.

Akhirnya semua masuk dan mengikuti perayaan ulang tahun Panca.

=======================

Malamnya Aldo gelisah dan teringat akan perkataannya tadi.

"Sialan ngapa tadi gue pake acara boong ya."

"Tapi kasian Rara kalo sampe dia tau. Eh tapi Amel juga kasian."

"Tau ah njir. Mending tidur."

Saat Aldo terlelap ada pesan masuk dalam ponsel Aldo

3 New Messages Unread

Panca : Woi lu gimana sih pake ga ngakuin Amel. Lu takut Rara marah? Cupu lu bro.

Panca : Gue liat tadi pas lu dah pulang, Amel nangis sambil cerita ke Citra. Parahmen. Dia kan cuma mau temenan sama lu.

Panca : Lu sebenernya udah move on apa belum sih? Parah lu.

========================

[Halo semuanya, apa kabar? Semoga kalian semua sehat dan baik2 saja. Maaf banget kalo author terlalu sering ngegantung karena kesibukan yang tiap hari makin bertambah. Jadi mungkin sementara author mau hiatus dulu sembari cari-cari ide cerita lagi. Kalo ada yang mau kasih saran boleh tulis di kolom komentar.
Makasih semuanya, tetep jaga kesehatan & see ya🤗❤️]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senjaku Masih KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang