Part ke tiga Hi, Bumi. Jangan lupa voment😜 Gumush😭✊🏼
Happy reading❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"NGAPAIN KAMU NGENDAP-NGENDAP GITU, HAH?! MAU BELAJAR JADI MALING KAMU. DARI MANA KAMU HAH?! UDAH BERANI KELUYURAN YA SEKARANG? HEBAT!" maki sang Ibu pada anak gadisnya.
"SEJAK KAPAN KAMU BOLEH MAKAN MALEM HAH?! APALAGI NYEMIL NGGAK JELAS BEGINI! ITU JUGA KENAPA MATA KAMU SEMBAB?! KAMU SENGAJA NYARI GARA-GARA YA SAMA MOMMY?!" lanjut Mila.
"CUMAN JALAN AJA SAMPAI JATUH?! EMANG BENER-BENER YA! BEGO!" Mila menarik rambut anaknya kencang. Salun menangis menjadi-jadi. Ia sudah hafal.
"NANTI KALAU KAMU NGGAK CANTIK LAGI GIMANA HAH?! MAU JADI APA KAMU? CUMAN MODAL CANTIK DOANG, MAKANNYA KALAU BERTINGKAH PAKAI OTAK, LUNA!" Salun hanya diam. Ia tak berani berbicara satu kata pun.
"Oh, gara-gara Bumi Bumi itu pasti! Kurang ajar tuh anak! Beraninya ngajak anak saya keluyuran nggak jelas! Bilang sama Mommy, di mana rumahnya!" ucap Mila mulai memelankan suaranya.
"Dikasih apa kamu sampai berani bela dia di hadapan Mommy hah?! Udah ngapain aja kamu sama dia?!" bentak Mommynya kasar.
Setengah tak percaya dengan yang dilontarkan Mila, Salun berkaca-kaca. Hatinya sakit. "Astagfirullah, Mom. Salun baru aja temenan sama Bumi! Mommy kenapa sih?!" jawab Salun kesal.
"Oh sekarang jadi berani ngelawan Mommy ya?! Oh ya apa tadi katamu? Baru temenan? Jadi kalau udah lama bakalan ngapa-ngapain, gitu ya?" Mila mendekat lalu tersenyum smirk.
Plak!
Salun mengelus pipi kirinya, ia takut. Salun menunduk. Mila beranjak pergi meninggalkan Salun yang mulai beringsut. Menjatuhkan tubuhnya di pintu belakang rumah, memeluk kakinya sambil mengeluarkan isakan. Salun sudah lelah dengan semua ini. Ia muak bersembunyi di embel-embel 'Keluarga'.
"Nggak pa-pa, hehe. Udah biasa juga, ngapain nangis. Cengeng." Salun mengusap matanya kasar, lalu tersenyum miris.
"Semangat buat diri sendiri, Luna! Luna 'kan nggak punya temen, hehe," ucapnya sambil memaksakan tawa.
Ia berdiri dan berjalan dengan terseok-seok. Menaiki tangga dengan tertatih, luka di lulutnya bukannya mengering tetapi semakin basah. Darah terus mengalir dari kakinya, tetapi ia tak merasakan sakit sama sekali. Luka di kakinya tak ada apa-apa dengan luka ynag keluarganya buat.
🌍Hi, Bumi!🌍
Sudah hampir pukul tujuh pagi, Salun tak kunjung bangun. Badannya menggigil, tubuhnya amat panas. Ia demam. Mungkin karena semalam ia terkena udara malam, ia jadi sakit seperti ini. Hari ini memang tidak ada jadwal pemotretan, tetapi ia harus bersekolah.