Maaf ya, nggak bisa update sesuai jadwal. Aku bingung, rancu saja hihi. Tapi, Insyallah bakalan rampung, kok. Enjoy😋
Aroma obat menguar di indra penciuman gadis cantik itu. Samar-samar ia membuka matanya, memaksakan untuk duduk dengan kondisi lemas.
"Kakak nggak papa 'kan? Tadi Kakak pingsan waktu di halaman, Kak," ujar seorang gadis cantik.
"Kkk ... kamu siapa? Kok bisa bawa aku ke UKS?" tanya Saluna gugup. Ia tak pernah berinteraksi dengan salah satu adik kelasnya.
"Namaku Barsha, Kak."
"Oo ... oh, Barsha. Salam kenal, Saluna." Salun menjawab dengan uluran tangan, yang disambut ramah dengan Barsha.
"Kalau gitu Barsha mau beli roti dulu, Kakak nitip apa?"
"Maaf ya. Gara-gara nolongin aku, kamu jadi ketunda deh istirahatnya." Salun menyatukan kedua tangannya di hadapan Barsha.
"Nggak papa, Kak. Lagian juga masih sempet, hehe. Oh iya mau nitip apa kak?"
Saluna berpikir. "Nggak perlu. Tapi tolong panggilin Bumi, kelasnya XII IPA I. Bilang aja kalau Kakak di UKS, ya."
"Yaudah. Barsha duluan, Kak. Cepat sembuh." Barsha menganggukkan kepalanya lalu keluar ruangan menyisakan seorang gadis yang tengah dirundung cemas.
"Gimana kalau Mommy tau, Salun pingsan gara-gara dihukum?" batinnya khawatir.
🌍Hi, Bumi!🌍
Istirahat pertama akan segera habis, tetapi tak membuat seorang pemuda menanggalkan kelas. Ia sibuk dengan seni abstrak yang dibuatnya. Ya, Bumi memang bisa menggambar. Walaupun ia fasih dalam gambar-menggambar, tak menjadikan menggambar menjadi hobinya. Ia tak punya cukup waktu bahkan untuk meluangkan hobinya.
Kesehariannya setelah bersekolah adalah mencari upah, untuk biaya hidupnya dan keluarga. Bumi bekerja sebagai karyawan di salah satu toko buku di Jakarta. Ia bersyukur bisa menjadi kepala keluarga dan mengurangi beban Ibunya. Selama ini ia tinggal dengan Ibu dan Adik perempuannya.
Seseorang mengetuk pintu kelas. "Permisi, mau cari Kak Bumi, ada?"
Bumi mendongak, merasa dirinya dipanggil. Ia melangkah menuju adik kelasnya. "Ya, apa?"
"Kak Saluna di UKS, tadi Kakak disuruh kesana."
"Oh, makasih ya."
"Sama-sama, Kak. Saya duluan kalau gitu."
Bumi hanya menjawab dengan deheman, lalu menit berikutnya ia keluar menuju gadis itu berada.
Di sisi lain, Saluna menangis terisak. Ia masih saja cemas jika Mommynya sampai tahu keadaanya saat ini. Saat ia menangis memeluk lututnya, pintu UKS terbuka. Menunjukkan seorang lelaki yang di kenalnya.
Bumi mendekat, ia membawa roti dan satu kotak susu full cream. Ia meletakkannya di nakas UKS, lalu tangannya mengelus lembut rambut Saluna saat sedang menangis. Saluna tersentak, ia spontan memeluk erat Bumi. Seakan menyalurkan rasa takutnya.
"Bumi...."
"Hm, apa?"
"Takut."
"Kenapa, kan udah ada saya?"
Salun mendongak menatap Bumi. Jawaban Bumi seakan-akan adalah obat paling manjur, Salun menatap manik milik Bumi. Mencari kedamaian, ketenangan, dan ia mendapatkannya.
