Prolog

78 7 9
                                    

Assalamualaikum, hihi!

MAAF YA GARA-GARA MINGGU LALU GA UPDATE;(((((((

Sbg gantinya, aku double update, nih!
Happy reading!❤️😋

Jangan lupa voment uy:*

     "Semua orang mampu. Hanya saja  sebagian memilih usai sebelum  mulai."
-unknown

B

ismillah,

Gadis bermata sembab itu berulang kali mengusap matanya. Entah sudah berapa kali ia menangis, padahal hari masih sangat pagi. Hari ini dengan diantar sopir, ia berangkat menuju Estrella–––sekolahnya.

Azzahra Saluna Argya, lengkapnya. Semenjak dirinya resmi menjadi model majalah di usianya yang masih dini, tubuhnya menjadi tidak terawat. Bukan. Bukan kusam, jerawat, atau koreng, dan sebagainya. Bahkan ia terlampau cantik, wajahnya halus nan putih bak kulit bayi.

Azzahra Saluna Argya, atau yang kerap dipanggil Salun ini memang memiliki tubuh yang ideal untuk ukuran remaja masa kini. Tubuhnya memiliki tinggi 159cm, wajahnya cantik bak idol K-Pop, beratnya pun juga ideal bahkan bisa dibilang sangat langsing.

Di sekolahnya, ia hanya memiliki beberapa teman, meski beberapa memanfaatkannya. Walau menjadi seorang model, tak menjadikan Salun gadis yang sombong. Ia justru sangat pemalu dan tidak terbuka sama sekali. Ia hanya tak mau membuat orang lain memikirkan dirinya, katanya, "Cukup Salun aja yang ngerasain. Kalian baik-baik, ya! Hehe." Kurang lebih seperti itu.

"Sudah sampai, Non Salun," ucap sang sopir sambil melirik ke belakang.

"Oh, okay. Terima kasih, Pak," sahut Salun meninggalkan mobilnya. "Oh ya, Bapak langsung pulang aja. Saya nggak apa-apa, kok," lanjutnya.

"Tapi, Non. Nyonya dan Tuan menyuruh saya untuk mengawasi Nona." Sopir itu juga bekerja menjadi bodyguard Salun.

Salun sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiran orang tuanya, bisa-bisanya di sekolah ia dibuntuti oleh pengawal. Astaga!

"Nggak usah, Pak. Saya baik-baik saja, nanti saya bilang sendiri ke Mommy, please," pinta Salun memelas.

Tak menghiraukan perkataan Salun, sang sopir kekeuh dengan argumennya. Ia terus membuntuti langkah anak majikannya itu. Salun hampir saja pasrah, lalu ia melihat lelaki yang baru saja masuk Estrella HS dengan sepeda butut.

"Nah, Pak! Saya nanti bareng ini, Mommy dan Daddy kenal, kok! Tenang." Salun was-was. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri, bagaimana jika laki-laki ini tidak bisa diajak bekerja sama?

Lelaki yang tak lain adalah Bumi itu bingung, ia tak tahu apapun. Saat ingin melangkah masuk, ia dihalangi oleh cekalan Salun yang mengerat. Gadis itu menginjak kaki Bumi keras, sang empu pun mengaduh kesakitan. "Nggak sopan!" sentak Bumi menghentakkan tangan Salun ke udara.

Hi, Bumi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang