01 | Hi, Bumi!

33 7 15
                                    

Assalamualaikum, haii!

Di minggu pertama project ini, Insyallah aku bakalan empat kali update dalam satu hari, loh! Uwu nggak?😜

Doain aku sehat dan nggak males, ya! Hihi.
Yaudah, nih double up buat kalian.
Happy reading❤️

Salun hanya menundukkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Salun hanya menundukkan kepalanya. Mila–––Mommynya tak berhenti memarahinya, beliau kesal dengan anaknya yang tak mau menuruti keinginannya itu. Setelah menunggu beberapa menit di sekolah, Saluna dijemput oleh Mommynya yang datang dengan raut khawatir.

"Kamu ya! Bandel terus kalau dibilangin! Udah Mommy suruh biar ditemani Pak Agung aja, malah sok-sokan nyuruh ninggal!" bentak Mila pada anak gadisnya

Merasa tak ada jawaban, Mila menjambak rambut anaknya itu. Salun pun mendongak dengan mata yang sembab, lalu menjawab lirih, "Maafin Salun, Mom. Salun cuman nggak mau kalau harus dikawal, Salun malu."

"Persetan dengan malu, Luna! Kamu itu model, harus tetep sehat sama cantik. Lap air mata kamu, Mommy nggak suka punya anak cengeng!" Dan ini adalah kesekian kalinya Saluna mengalami hal yang sama.

Salun tersenyum miris sambil mengelap matanya. Ia seketika teringat Bumi. Salun menjadi tersenyum malu-malu mengingat hari ini.

Merasa ada yang tak beres dengan anaknya, Mila pun kembali berteriak, "HEH! DIAJAK BICARA SAMA ORANG TUA, MALAH SENYAM-SENYUM SENDIRI! ADA APA, HAH?!"

"Nggak, Mom," cicitnya lirih.

"Halah. Kamu ada temen 'kan? Oh, atau jangan-jangan pacar?! Mulai berani kamu?!" bentaknya. Mila mendorong Salun sampai tubuhnya terpentok.

"Ngg ... nggak, Mom. Salun nggak pacaran, Salun cuman ... punya teman baru." Salun mengucap dengan sangat lirih.

"Siapa? Bagus nggak buat reputasi kamu di sekolah? Anaknya siapa? Cowok atau cewek? Ganteng apa cantik? Jelasin!" Mommynya berubah antusias.

Salun melongo. Dengan takut-takut ia menjwab, "Namanya Bumi, Mom. Dia cakep, satu kelas sama Salun, anaknya Mommynya lah, reputasi terus. Bumi anaknya an-sos, Mom," jelasnya pada sang Ibu.

"Ya jelas harus lah! Jangan-jangan dia anak beasiswa, ya?! Mommy nggak pernah dengar soalnya, pokoknya jangan sampai kamu kehilangan citra kamu, ya! Awas aja!" ucap Mila panjang lebar. "Tunggu, dia satu kelas sama kamu? Kelas kamu 'kan favorite? Berarti dia anak pinter, dong," lanjut Mommynya.

"I ... iya, Mom. Bumi itu pinter, tadi aja pas Salun kesusahan ngerjain soal, dia ngebantuin. Baik juga, sih." Salun tersenyum simpul mengingatnya.

"Bagus. Kamu bisa manfaatin dia buat ngajarin kamu, oh atau nggak dia mau jadi guru privat kamu 'nggak? Tapi awas aja kalau sampai kamu suka, Mommy hancurin dia!" tegasnya menatap tajam anak semata wayangnya itu.

"Mommy apa-apaan, sih! Bumi itu mau nolongin Salun bukan berarti bisa dimanfaatin. Soal yang kedua, Salun ng ... nggak akan suka sama Bumi," ucapnya cepat sekali. Ia takut pada dirinya sendiri jika sampai menaruh rasa pada Bumi.

Hi, Bumi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang