15

45.9K 12.8K 8.1K
                                    

"Aish, kenapa pake bocor segala sih," umpat Soobin dengan kaki menendang ban mobilnya.

Yoonbin dan Haechan yang bersamanya ikut kesal bercampur khawatir. Gara-gara setan penyihir itu, mobil Soobin hampir saja menabrak pohon. Untungnya sih tidak, tapi ban mobilnya kena paku. Siapa lagi kalau bukan karena si hantu haha hihi itu.

Udah haha hihi terus, terbang, tinggalin mereka sambil ketawa, siapa sih yang tidak marah.

"Itu setan mantan pasien rsj? Heran, kelakuannya gak bener."

Haechan geleng-geleng kepala. Tapi ya namanya juga setan, pasti ada saja kelakuannya. Entah bikin kesal, bikin takut, atau bikin senang(?)

"Bin, ada chat dari Jisung," kata Haechan memberi tahu. Dia menyodorkan ponselnya pada Soobin, tentunya setelah memikirkan satu hal.

Soobin pasti baik, begitu pikirnya.

"Ini rekaman suara?" Yoonbin bertanya, lebih dari satu kata. Tentu saja hal itu membuat Soobin dan Haechan kaget.

"Heh? Ini Yoonbin bukan sih?!" Pekik Haechan heboh. "Tumben banget lo ngomong lebih dari satu kata begitu!"

Yoonbin mendengus. "Gue gak sembarangan ngomong ke orang, kalau gak penting gak bakal gue ladenin panjang lebar."

Haechan bertepuk tangan, mulutnya menganga. Serius, dia tercengang dan tak percaya mendengar Yoonbin bicara sepanjang itu.

"Rekaman ini dikirim 45 menit yang lalu, berarti pas kita bingung karena dia dan Renjun nyasar." Soobin mangut-mangut mengerti. "Tapi, kok lo gak kasih tau kita lebih awal, Chan?"

"Sorry, tadi hp gue mati, ini aja baru selesai ngecas," jawab Haechan, sadar kalau dirinya dicurigai oleh Soobin.

"Banyak omong kalian, cepet putar rekamannya," suruh Yoonbin jengah menunggu.

"Dih, gak sabaran banget anaknya Pak Samsul," cibir Haechan lalu menekan rekaman tersebut dan menekan volumenya sampai full.

"Apa aja yang belum lo kasih tau?"

"Banyak, tapi gue gak bisa jelasin semuanya sekarang. Kita harus ke pemakaman."

Setelah itu hening sesaat, lalu suara Renjun kembali terdengar.

"Gue bakal kasih tau hal ini ke lo, ini yang paling penting. Kemaren, gue bongkar lemari mama, lemari yang isinya barang-barang penting. Gue nemu buku tulis, pas gue baca isinya adalah permainan ini bisa selesai kalau dalangnya ketahuan. Tapi bukan itu, kita harus bunuh dalangnya dengan cara tusuk jantungnya pakai pedang milik keturunan panglima kerajaan."

Haechan langsung menekan tombol pause. "Bentar, pedang milik keturunan panglima kerajaan? Kita harus cari dimana woi?! Pake pedang mainan gak bisa apa?!"

"Kita gak boleh lengah, bisa aja dalangnya tau dan kita jadi incerannya. Oh ya, dalangnya siapa? Apa jangan-jangan yang dimaksud Yangyang bakal nusuk dari belakang itu salah satunya adalah dalangnya?"

Yoonbin garuk-garuk kepala, omongan yang keluar dari mulut Soobin bagai angin lalu di telinganya. Dia bingung, mana si Soobin ngomongnya kayak ngerap.

"Coba lanjutin, Chan."

"Oke."

"Hah? Kita harus cari pedang itu dimana? Dan siapa dalangnya?"

"Gue gak tau. Tapi, dalang dari permainan ini gak bisa dianggap remeh."

"Ke-kenapa?"

"Dia keturunan dari seorang penyihir, ketua suku penyihir."

"Gila sih, kalau begini ceritanya kita bakal kalah duluan." Haechan seketika cemas. "Penyihir punya kekuatan, dia bisa aja..."

"Chan, gue nangkep maksud lo!" Seru Soobin heboh, terlihat senang karena mendapat pencerahan.

"Apaan?!"

"Penyihir punya kekuatan, kalian coba pikirin baik-baik. Yang udah meninggal bisa aja palsuin kematiannya, kan?"
































































































"Bagus juga dugaan lo, Bin."

Deg!

Soobin dan Haechan serentak menoleh pada Yoonbin, pemuda itu tersenyum miring penuh arti pada kedua temannya itu.

Mereka berdua mundur bersamaan, menjaga jarak dari Yoonbin dan melayangkan tatapan curiga pada teman mereka yang satu itu.

"Yoonbin, lo tau?"

Pertanyaan Haechan dibalas anggukan oleh Yoonbin. Sontak saja mereka berdua memasang posisi siaga, sinyal bahaya menyala di kepala mereka.

"Gue tau, sejak lama..."

"Kenapa lo gak bilang?" Tanya Soobin hampir kehabisan kata-kata.

Senyuman Yoonbin berubah lebar, berbeda dari Yoonbin yang biasanya mereka lihat. Apakah Yoonbin...

"Gue udah tau sejak lama kalau setiap permainan dalangnya beda-beda dan harus dibunuh pakai pedang. Gue juga tau kalau setiap permainan dalangnya itu keturunan penyihir, bahkan jadi penyihir."

"Bisa ke intinya? Gue gak suka bertele-tele."

Yoonbin memasukkan kedua tangannya ke kantung jaketnya, lalu bersandar pada mobil.

"Kenapa kita gak coba tanya ke salah satu penyihir yang ada di kota ini? Kita bisa dapet sedikit petunjuk, kan? Kita bisa cari tau yang udah meninggal bohong atau beneran meninggal."

"Hah?!" Haechan kaget. "Sa-salah satu? Berarti penyihir di kota ini ada banyak dong?!"

Yoonbin mengangguk. "Iya, Chan. Mau coba tanya ke salah satunya?"

Soobin menyipitkan matanya, masih tak percaya dan curiga. "Emang lo tau siapa yang harus kita tanya dan percaya?"

"Tau, kenal Lee Seunghwan?"

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang