23

41.6K 12.1K 7.8K
                                    

Jaemin terkikik geli melihat Jungmo dan Sanha datang ke rumahnya. Dalam batinnya ia bertanya, masih berani datang ke rumahnya rupanya.

"Woi Jaem, lo kenapa aneh banget sih?" Tanya Jungmo menanyakan maksud tujuan mereka datang kemari.

"Aneh?" Jaemin balas bertanya. "Bukannya kalian yang aneh?"

"Apaan deh, malah memutarbalik pertanyaan," kesal Sanha. "Kita kesini cuma mau lo jujur, lo itu kenapa? Kenapa lo beda dari Jaemin yang biasanya?"

"Oh ya? Kalian juga beda dari biasanya."

"Jaemin..."

"Apaan deh, gak jelas banget. Kalian kesini cuma buat tanya hal yang gak penting, kalian gak mau ikutan nyusul ke tempatnya Yoshi?"

"Ngapain?" Sanha memicingkan matanya. "Lo nyuruh kita supaya lo bisa kabur, kan? Haha, lo pikir kita bakal ketipu?"

"Dih, gak percaya banget. Yoshi kecelakaan motor, di tempat yang sama kayak Yoonbin yang ditemukan meninggal karena dipukul orang."

Sanha dan Jungmo terkejut. "Tau dari mana?!"

Jaemin mengangkat ponselnya. "Dari gc, dikasih tau Haechan. Katanya sih dia gak sengaja lewat terus liat keduanya. Dan gak cuma itu, Soobin, Jeno, dan Felix ketemu Junkyu. Kalian kok malah kesini, bukan kesana?"

"Gue gak tau maksud lo ngomong kayak gitu apaan, tapi gue yakin ada yang salah sama lo, Jaem," ucap Jungmo dengan kedua tangan terkepal.

"Gue? Haha!" Jaemin tertawa. "Yang salah itu kalian, bodoh. Kalian sok bersikap kayak gini ke gue, padahal kalian berdua sebenernya tau, kan?"

"Hah? Tau apa sih?" Tanya Sanha dengan ekspresi bingungnya. "Gini deh, terserah lo mau menghindar lagi atau engga, kita kesini cuma pingin lo sadar, Jaem. Jangan begini, peduli sama temen-temen lo, jangan egois!"

"Widih, Sanha yang biasanya suka bercanda bisa serius juga?" Ejek Jaemin. "Bagus deh, kalau begitu gue bakal serius mulai sekarang."

Kemudian, Jaemin maju selangkah ke antara keduanya. Lalu merangkul mereka, dan berbisik.

"Mau akting sampai kapan, hmm? Kalian pikir gue gak tau kalau kalian berdua termasuk orang yang bakal nusuk dari belakang?"

Deg!

















































"Kyu sadar Kyu!"

Soobin panik melihat Junkyu mencekik Felix sampai temannya itu tidak bisa bernafas. Kekuatan Junkyu kuat sekali, tidak seperti Junkyu yang biasanya.

Soobin dan Jeno berusaha memisahkan keduanya, tapi sayangnya Junkyu terlalu kuat sampai Jeno saja bisa terdorong dalam sekali hempas.

"Bin, gimana nih?"

"Bacain doa!"

Bruk!

Belum sempat Soobin membaca doa, Junkyu tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri ke aspal. Felix terbatuk-batuk dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

Gila, cekikanya kuat sekali sampai lehernya biru. Beruntung Junkyu berhenti sebelum ia benar-benar kehabisan nafas.

"Setannya takut, ya?" Heran Jeno. "Padahal baru bilang mau dibacain doa langsung pergi, aneh."

"Cemen," sambung Soobin lalu mengeluarkan ponselnya.

"Lo mau ngapain?"

"Ya... telpon polisi lah. Kita harus lapor soal Chani, kan gak mungkin Chani kita biarin disini."

Jeno merebut ponsel Soobin dan membantingnya ke aspal, kemudian menginjaknya berkali-kali sampai retak.

"Woi Jen, apa-apaan sih lo!"

"Lo gila, ya?" Tatapan setajam pisau Jeno tunjukkan. "Lo mau kita dijadiin tersangka? Gak mau, kan? Gak usah telpon polisi, cukup telpon orang tuanya."

"Orang tuanya juga pasti lapor ke polisi, Jeno," sahut Felix sambil memutar bola matanya. "Berpikir dong, jangan ikut-ikutan aneh kayak Jaemin."

Rahang Jeno mengeras. "Lebih baik mayat Chani ditemuin polisi yang bertugas cari dia daripada kita, gue gak mau dipenjara karena masalah beginian!"

"Jeno, Chani itu temen lo! Temen lo meninggal karena dibunuh dan lo bersikap kayak gitu? OTAK LO KEMANA, HAH?!"

Felix dan Jeno terperanjat, kaget melihat Soobin membentak mereka dengan suara beratnya. Ini pertama kalinya seorang Choi Soobin marah seperti itu, karena biasanya Soobin memilih diam daripada marah mengeluarkan unek-uneknya.

Tapi hari ini, Soobin tidak bisa menahan kesabarannya lagi. Sudah cukup, dia tidak akan diam lagi.

"Santai dikit bisa kan?"

Jeno yang terpancing emosinya menarik kerah baju Soobin dengan kasar. Tapi Soobin langsung menepisnya, dia tidak takut.

"Apa? Gue salah? Iya gue tau gue selalu salah, kalian semua suci gue penuh dosa."

"Goblok," gumam Felix sambil geleng-geleng kepala.

"Kalian kenapa sih? Gak baik loh bertengkar di dekat mayat teman kalian sendiri "

Deg!

Tunggu, suara itu kan....

"Aduh, kalian bertengkar terus sampai tidak tahu kalau dua teman kalian baru saja meninggal. Yoonbin dan Yoshi, setelah ini siapa, ya?"

Ketiganya menoleh bersamaan ke arah lampu jalan, lebih tepatnya ke bawahnya. Dimana ada hantu badut berdiri disana dengan pisau daging di tangannya. Senyumannya lebar sampai ke pipi, mungkin bisa sobek bila terus dipaksakan.

Oh tidak, ini buruk.

"Lari... sekarang," perintah Soobin dengan nada berbisik.

Greb!

Jeno mencekal lengan Soobin, menatapnya tajam. "Lo gak bisa pergi dari sini, Soobin."

Felix dibuat terkejut karenanya. "Jen, maksud lo apa?"

Jeno menyeringai. "Bukannya Soobin harus mati juga, ya? Orang kayak dia harus berkurang, kasian yang lain karena dia jadi orang yang gak guna."

"Jeno!"

"Hihi, bertengkar lagi. Ambil popcorn ah~ eh jangan deh, langsung bunuh saja."

Soobin terdiam, sepertinya perkataan Felix waktu itu memanglah benar. Dia yakin, sangat yakin.

Dia yakin kalau Jeno yang bersama mereka bukanlah Jeno, karena Soobin bisa melihat cahaya merah yang berpendar dari tubuh pemuda itu.

Eh, tunggu sebentar...

Cahaya merah? Kenapa Soobin bisa melihat itu?

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang