20

47.2K 12.5K 7.1K
                                    

"Njing, kenapa gue ada disini?!"

Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Sunwoo ketika bangun dari pingsannya. Dia merinding, kenapa dia ada di hutan?!

Hutan tempat dia berada sekarang tidak asing, sangat tidak asing. Dia tahu betul dia ada dimana, dia berada di hutan We Go Up, hutan yang katanya angker.

Bagi Sunwoo, hutan ini lebih menyeramkan dari omelan ibunya, serius.

"Aih sialan, ini hutan sebelah mana?! Gimana caranya gue keluar?! Aish, jinjja!"

Sunwoo tidak peduli kalau umpatan dan ucapan kasar yang terlontar dari mulutnya membuat penghuni hutan marah. Dia marah, takut, bingung, frustasi, semuanya menjadi satu.

Dia harus lewat mana supaya bisa keluar dan pulang dengan selamat?

"Hmm, ke kanan aja kali ya. Karena bisanya kanan membawa berkah dan kebaikan, tapi kalau enggak gimana? TAU AH BODO AMAT!"

Sunwoo berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya penuh emosi, keringat dingin mulai bermunculan. Dia takut bung, dia takut ada hantu atau hewan buas.

Pohon-pohon menjulang tinggi, disini gelap, udara pun terasa dingin dan menusuk kulit. Sunwoo mengenakan kaos lengan pendek hitam polos, entah kemana jaketnya pergi.

Dalam hati Sunwoo mengumpat lagi, jaket pemberian Eric hilang. Bisa habis dimarahin si pemberi jaket nanti, pasti Eric akan marah padanya.

Eh tapi... dia sendiri tidak tahu kabar Eric. Apa dia baik-baik saja? Terakhir kali sebelum ia dibawa paksa, dia melihat Eric dan Yonghee tiba-tiba pingsan setelah muntah darah.

Menyeramkan memang, apalagi muntah darah padahal sebelumnya baik-baik saja. Masa iya disantet?

"Hiih, serem banget," gidik Sunwoo sambil memeluk dirinya sendiri. "Ini mah latihan uji nyali, semoga gak ada yang nongol."

Sunwoo itu takut sama hantu. Jangankan hantu sungguhan, melihat hantu bohongan saja menjerit-jerit ketakutan. Tapi, ada satu hantu yang dia takuti. Hantu yang pakai kain kafan, kalian pasti tahu siapa dia.

Semua itu berawal ketika Sunwoo melihat hantu poci di kamarnya. Dulu, rumah Sunwoo mati lampu. Terus Sunwoo kedinginan dan berniat menyelimuti dirinya pakai selimut. Letak selimutnya ada di ujung kasur, dekat lemari.

Nah, tak disangka dia melihat sesuatu berwarna putih berdiri membelakanginya, menghadap kaca lemari dengan matanya yang putih. Dia terus melihat hantu itu, sampai akhirnya si hantu menoleh kaku ke arahnya tanpa merubah posisi.

Alhasil dia merinding lalu pura-pura tidur, tidak lari dan tidak teriak. Semenjak saat itu dia takut pada hantu poci karena sangat menyeramkan.

(Sebenernya, itu pengalaman pribadiku hehe. Dan sampe sekarang aku takut banget sama hantu poci).

"Haduh, kok merinding ya."

Wush~

Angin berhembus ke tengkuk lehernya, seperti ada yang meniup tengkuknya dari belakang. Sunwoo tambah merinding, bukan hantu, kan?

Dia mempercepat langkahnya, celingak-celinguk mencari jalan keluar dari hutan lalu pulang secepatnya.

Dia tidak mau berlama-lama di hutan yang penuh arwah gentayangan, dan semoga saja dia tidak diikuti sampai pulang.

Bruk!

"Aduh!"

Sialnya, dia malah tersandung batu dan jatuh tersungkur ke lumpur. Ugh, kok lumpurnya bau amis darah, ya? Menjijikkan.

Eh, da-darah?

"Noleh gak ya, noleh gak ya," gumamnya memberanikan diri. Pada akhirnya, Sunwoo pun menoleh ke belakang untuk melihat apa yang membuatnya tersandung.

Di saat itulah teriakannya yang menggelegar muncul, rasanya jantungnya ingin melompat keluar dari tempatnya.

Bagaimana tidak, yang membuatnya tersandung adalah kaki manusia!

Wush~

Angin berhembus lagi, Sunwoo berdiri perlahan lalu mundur. Tapi entah kenapa, dia merasa ada yang menatapnya dari jauh.

Lebih tepatnya dari arah kiri.





















































"AAAAAAAA!"






















































"Makasih udah nganter gue, Mo."

"Sama-sama, Chan. Oh ya, lo ngapain ke toko antik jam segini?"

Haechan terkekeh pelan. "Waktu itu gue beli barang, tapi lupa bayar."

Jungmo bersedekap dada sambil mendengus. "Ada-ada aja lo, ya udah gue bayarin mumpun gue disini."

"Widih, beneran nih, Mo?"

"Ya iyalah, tapi gue gak bawa uang cash. Gue cuma bawa kartu, terserah mau pake yang mana."

"Anjay, temen gue yang satu ini keren banget dah," puji Haechan sambil merangkul Jungmo.

"Oh jelas, gue emang keren." Jungmo menyibakkan rambutnya ke belakang sambil menaik-turunkan alisnya.

Haechan pingin nabok Jungmo sebenarnya, tapi dia urungkan. Takut tidak jadi dibayarin utangnya.

"Ayo masuk, Chan. Sekarang udah jam setengah sepuluh, gak baik lama-lama di-"

"AAAAAAAA!"

Teriakan seseorang terdengar dari dalam hutan. Haechan langsung heboh dan nabok-nabokin punggung Jungmo sampai Jungmonya batuk.

"Itu suara Sunwoo, itu suara Sunwoo! Ayo samperin, Mo! Cepetan!"

"Lo gila? Nanti kalau kenapa-napa gimana?!"

"Dia temen kita, kita harus kesana sekarang!"

Tanpa membuang waktu lagi, Haechan berlari sambil menarik tangan Jungmo untuk ikut ke dalam hutan, mencari Sunwoo dengan segera.

Kondisi tanah becek dan licin, tapi itu tidak menghalangi mereka untuk mencari temannya sendiri. Masa bodo kalau ada hantu, yang terpenting adalah Sunwoo.

"Sunwoo!" Seru Haechan begitu melihat Sunwoo dari kejauhan.

Buru-buru keduanya menghampiri Sunwoo yang terlihat gemetar dengan baju dan badan kotor.

"Sun, lo baik-baik aja, kan?!" Tanya Jungmo panik luar biasa.

Sunwoo menggeleng, tangannya terangkat menunjuk ke depan.












































Eric dan Yonghee tergantung di pohon, posisinya seperti orang yang melakukan bunuh diri. Dan parahnya lagi, tali yang menjerat leher keduanya begitu kuat sampai kepala mereka hampir lepas dari tempatnya.

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang