32

43.6K 12K 8.7K
                                    

Nafas Renjun tercekat, badannya diam bagaikan patung melihat Woobin mendekat ke jendela. Kakinya mundur perlahan, menjauh dari jendela.

Tongkat sihir milik Woobin terlihat mengeluarkan percikan cahaya, seperti ingin mengeluarkan sihirnya.

Renjun terus mundur sampai menabrak dinding, tangannya meraba-raba sisi samping tubuhnya, mencari kenop pintu agar ia bisa lari ketika Woobin masuk ke dalam.

Tapi anehhya, Woobin hanya diam di depan jendela, namun matanya mengamati ruangan tempat ia berada. Renjun menggenggam erat kenop pintu, bersiap membukanya.

"Hhh, disini juga gak ada, Renjun ada dimana, ya?"

Eh? Tunggu dulu, jangan-jangan Woobin tidak bisa melihatnya?

"Apa dia kabur sebelum gue sampai disini? Ah, bisa jadi. Lebih baik gue cari dia, dia pasti belum jauh dari sini."

Tangan Renjun turun perlahan, matanya tidak berpaling dari jendela walaupun Woobin sudah pergi dari sana.

Astaga, dia pikir dia akan mati hari ini, ternyata takdir berkata lain. Ya ampun, jantungnya sampai dangdutan.

"Berarti bener kata Jaemin, kalau gue gak keluar dari sini gue aman."

Tapi, Renjun tidak bisa berlama-lama disini. Dia harus mencari Jaemin, karena percuma jika dalangnya dikalahkan kalau tidak dikurung di tempatnya.

Junkyu harus dikalahkan dengan menggunakan pedang milik keturunan panglima kerajaan, kalau Woobin tidak karena pedang itu hanya digunakan untuk mengalahkan dalang utama. Namun, setelah itu mereka harus dimasukkan ke dalam buku pengurung jiwa dan raga sebelum tubuh mereka hancur menjadi pecahan-pecahan kaca.

Karena kalau tidak, permainan tidak akan selesai sampai kapanpun.










































Ribet banget ya wkwk.










































Yoshinori tertawa terbahak-bahak, menertawai Sunwoo yang tegang setelah hening selama kurang lebih satu menit.

"Gak kok, gue tetap berpihak pada temen gue. Tadi cuma bercanda, jangan dibawa ke hati."

"Anj- YOSHINORIIII!!!"

Tawa Yoshi semakin keras, bahkan dia sampai memegang perutnya karena tak kuasa menahan rasa sakit di perutnya akibat lelah tertawa.

Ya ampun, kenapa Sunwoo percaya begitu saja sih? Kalian yang baca juga nih, kok percaya sama ucapan Yoshi?

"Njing, jadi lo bohongin gue?!" Umpat Felix marah.

"Iya, haha! Lagian sih, kan sebelumnya kebanyakan lawak, jadi gue bikin tegang sedikit biar seru. Ya gak, San?"

"Seru mbahmu!"

"Tau aja nama mbah gue Seru, lo fansnya, ya?"

Oh Tuhan, berikan Sunwoo ketabahan untuk tidak meninju temannya sendiri. Kalau Yoshi ditinju, nanti siapa yang bantu dia? Ya kali sendiri, nanti dia beneran dibunuh Felix sama Sanha dong?

Ngomong-ngomong, Jungmo belum bangun dari pingsannya.

"Woi, kalau mau bohongin orang lihat sikon dong!" Sembur Sunwoo pada akhirnya, kalau di film-film pasti wajahnya merah terus di kepalanya ada asap.

"Tau nih, padahal gue udah seneng," kesal Sanha merasa diberi harapan palsu.

Asal cintamu yang gak palsu, ea.

I'm so sick of this fakeu love

"Gak jelas lo, anak micin!" Seru Sunwoo sambil menimpuk Yoshi pakai sepatunya yang belum dicuci semenjak libur karena pandemi.

Hayo, siapa yang gitu juga?

"Ah, gue gak peduli! Pokoknya kalian harus mati hari ini juga!"

"Lix, kalau lo bergerak seinci pun dari tempat lo berada, gue gak segan-segan bawa lo ke tempat tinggal gue."

Nah loh, ancaman Yoshi tidak main-main, bung. Kalian pasti tau lah dimana tempat tinggal seorang iblis, tapi yang disini cuma di cerita aja ya.

Awas kalian yang bawa-bawa ke kehidupan nyata, kutabok satu-satu pakai uang dollar.

Dollar mainan maksudnya.

"Lo juga, Sanha."

Bulu kuduk Sanha meremang, padahal sebelumnya dia tidak takut, kenapa sekarang jadi takut begini ya... apa karena melihat mata Yoshi yang hitam semua?

"Nah, sekarang beres," kata Yoshi gembira. "Sun, mereka enaknya diapain ya?"

"Gue pengen liat Sanha sama Felix cosplay jadi Jarjit yang pas jadi pohon."

"Dih, apa banget!"

"Diem."

Kalau sudah begini seram juga. Duh, kok mendadak ada perasaan menyesal karena berada di pihak Junkyu dan Woobin, ya...

"Eh, gak usah deh, Sun," kata Yoshi tiba-tiba.

"Lah, kenapa?"

"Jiwa iblis gue gregetan pengen bunuh mereka, nih."

"E-eh jangan dong! Gue masih muda, belum ketemu jodoh, belum tamat kuliah, please jangan!" Pinta Sanha sambil berlutut dengan kedua tangan di depan wajah, memohon dengan sungguh-sungguh.

"Cih, kalau gue lebih baik mati," decih Felix tanpa sadar.

"Oh, gitu ya."







JLEB!







"Nah, udah gue kabulin, Lix. Selamat menempuh hidup baru di alam sana~"

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang