31

44.1K 12K 9.3K
                                    

Yoshi menahan tubuhnya agar tidak terdorong ke belakang, matanya merah dan hitam. Jiwa iblisnya tidak dapat menahan diri untuk menyerang.

Jungmo terbaring tak sadarkan diri setelah Sunwoo pukul pakai sepatu berkali-kali, mantap betul si Sunwoo.

Sanha diam saja di tempatnya, mau menyerang tapi takut melihat wujud Yoshi sekarang. Tentu saja, mata berwarna merah dan hitam, ada sayap berbentuk kelelawar di punggungnya, serta ada bola hitam beraliran listrik di tangannya.

Keren sih, tapi Sanha malah teringat film Boboiboy.

Di suatu masa keadaan dunia, penuh bahaya~

"Kalian pasti bingung kan kenapa gue gak mati?" Tanya Yoshi dengan smirknya, sengaja mengulur waktu untuk Sunwoo agar bisa beristirahat sejenak karena kelelahan berkelahi.

"Gak bingung kok, lo kan anak setan," cerocos Sanha asal jeplak.

Yoshi mendelik. "Enak aja, gue anak iblis, bukan setan!"

"Sama aja, jubaedah!"

"Beda kata, budi!"

"Sejak kapan nama gue jadi budi, mamat!"

"Woi, kalian niat berantem gak sih?!" Seru Felix emosi.

Yoshi dan Sanha menatapnya tajam lalu berseru bersamaan. "Diem lo!"

"Kalian bisa serius dikit gak sih?! Cerita ini harus berjalan dengan serius tanpa ada lawakan!" Sembur Sunwoo sambil berkacak pinggang.

"Kita diem aja udah lawak, kok," celetuk Sanha sambil terkikik geli, lalu berubah serius sambil menunjuk Yoshi.

Yoshi mulai kesal, dia pun tidak sengaja melempar bola listriknya ke Sanha dan meledak disana. Eh, tunggu sebentar... pft.

"HAHAHAHAHANJING!" Sunwoo tertawa puas sambil memegang perutnya, tawanya menggelegar dan mengejutkan Felix yang mau memukulnya, alhasil pukulannya meleset.

"Ngakak woi hahahaha! Mukanya hitam semua! Aduhhh, itu rambut berdiri kayak kulit durian HAHAHA!"

Sanha mengerjap-ngerjapkan matanya, masih syok dengan apa yang ia alami. Badannya terasa seperti disetrum, mau bicara saja sepertinya tidak bisa.

"Hehe, itu balasannya karena ngeledek anak iblis," kekeh Yoshi penuh kemenangan. Dia pun menghadap Felix, lalu mengeluarkan bola listriknya lagi.

"Lix, lo mau juga, kan?"

Sunwoo yang ada di samping Felix buru-buru menjauh, nanti kalau kena kan tidak lucu. Nanti jadi kayak Sanha, nanti dia ditertawakan balik.

Kena kurma dong.

"Lo mau serang gue juga gak apa-apa," ujar Felix dengan sinisnya. "Kita disini itu sengaja untuk tahan kalian biar gak kemana-mana."

"Loh, emang kenapa? Ada apa?"

Felix mendengus. "Junkyu ada di tempat lain, ngincer Bomin, Jaemin, dan Haechan. Kalian disini supaya gak ganggu."

Sunwoo reflek menahan tawanya. "Lix, makasih loh udah kasih tau kita."

"Njing, keceplosan lagi kan!"

"Daripada ada di pihak Junkyu, kenapa lo gak di pihak gue aja?" Tawar Yoshi dengan senyuman miringnya.

"Eh, tunggu," sela Sunwoo tidak mengerti. "Maksudnya di pihak lo... apa?"


















































"Sunwoo, Sunwoo, masa lo gak tau sih? Iblis gak memihak pada manusia, iblis itu maunya menang sendiri."

































































Renjun memasang posisi waspada dengan kedua tangan terkepal, menghadap ke arah pintu ruangan, dimana ada tanda-tanda orang mendekat ke tempat dimana ia berada.

Bayangannya perlahan-lahan semakin besar, terlihat dari celah pintu bagian bawah. Dia tidak tenang, bagaimana pun Woobin adalah penyihir, dia takut Woobin bisa mendeteksi ruangan yang disihir Jaemin untuk melindunginya.

Bayangan tersebut bergerak maju. Namun tiba-tiba, berhenti tepat di depan pintu.

Deg! Deg! Deg!

"Renjun... lo dimana~?"

Merinding, bulu kuduknya meremang. Suaranya seram sekali, seperti orang yang ada di film horror.

Renjun memperhatikan bayangan Woobin dengan seksama. Tak lama kemudian, bayangan tersebut terlihat menjauhi pintu, diiringi derap langkah kaki yang semakin pelan.

Renjun menghela nafas lega sembari bersandar, lalu menghadap jendela untuk kabur menyusul Jaemin ke rumah Bomin.

Tapi sayangnya, Woobin tiba-tiba muncul di luar, tepat di depannya.

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang