25_Rencana

1K 246 87
                                    

Book Sephia akan saya tamatkan di part 30 dengan syarat seperti biasa. Play Mulmed Dewasa by Bedcover Official

..

Katakan padaku, apa yang salah? Atau bagian mana yang sakit? Kupikir aku bisa mengobatinya jika aku terus di sampingmu. Aku ingin kau tahu bahwa tak apa untuk menangis.

Menangislah jika itu membuatmu lega. Menangislah jika bebanmu terasa lebih berat. Jangan berusaha terlalu keras untuk kuat. Sekali saja, biarkan rasa sakit itu mengalir. Jangan kau tahan. Lepaskan.

Menjadi dewasa, hidup di usia dua puluhan, apakah seberat ini? Pekerjaan, uang, uang, dan uang. Lalu patah hati, sendiri, dan kembali terluka. Sudahkah kau bahagia? Sudahkah kau menemukan kenyamanan untuk dirimu sendiriSemua hal yang terjadi bukanlah apa-apa, kau harus kuat karena inilah hidup, susah payah harus kita jalani.

Air mata yang turun setelah seharian bekerja keras, hari-harimu yang panjang dan melelahkan semuanya akan berlalu.

Yerimie.., hujan akan berhenti suatu hari nanti, kau akan melihat langit yang lebih cerah setelah hujan. Siapapun bisa kehujanan tanpa pemberitahuan. Tetaplah kuat dan bersinar layaknya matahari pagi.

Aku mencintaimu, kau harus tahu bahwa dirimu tidak sendirian. Semangat!

Yakinlah bahwa kau bisa menjadi dirimu sendiri. Aku, mereka, belajarlah untuk mempercayai kami. Aku tahu kau bisa.

***

Jalanan Seoul pagi menjelang siang tampak padat namun tidak sampai menimbulkan kemacetan. Macet dan banjir memang sering terjadi di sini, bahkan hujan yang dua hari kemarin turun tanpa jeda sudah berhenti memamerkan pergantian cuaca yang cukup siginifikan, cerah lalu berubah terik. Matahari terlihat bertengger bahagia di atas langit ditemani awan-awan menggumpal berwarna putih seperti hiasan kapan di udara.

Kim Taehyung, laki-laki flamboyan itu berdiri menyambut patner kerja. "Selamat datang, Jungkook-ssi," sambutnya dengan kedua tangan terbuka.

Jungkook berjalan dengan senyuman di wajah, dibalasnya pelukan Taehyung, "bagaimana kabar kantor?"

"Semua baik-baik saja, aman." Taehyung mengusap kepala bagian belakang Jungkook. "Apa ada yang bisa aku terima?"

Jungkook menyipitkan sebelah mata, "penting mana aku dibandingkan sebuah bingkisan gratifikasi?"

"Penting dua-duanya, mana bisa bingkisannya terbeli kalau bukan Jeon Jungkook yang baik hati mengeluarkan uang dengan jumlah banyak demi sahabatnya tercinta."

Jungkook berdecih, "Hyung bahkan lupa hari penting apa yang sudah terlewatkan."

Taehyung menatap penuh selidik, lalu ia menggoyangkan jari telunjuknya. "Aku sudah siapkan sup rumput laut dan daging sapi panggang banyak untuk merayakan keberhasilanmu, apa itu tidak cukup?"

Kedua mata Jungkook mendadak membulat saat mendengar kata daging sapi, "jangan bercanda."

"Mana hadiahku?" Taehyung mengulurkan telapak tangan, "aku sudah membantu meloloskan proyek, seharusnya kau yang mentarktirku makan-makan."

Jungkook tersenyum kian lebar, dibukanya kedua tangan meraih tubuh Taehyung, memeluknya dengan erat. "Hyung memang terbaik!"

"Sudah cukup pelukannya, mana kado untukku?" Taehyung menagih dengan wajah merajuk andalannya. Laki-laki itu terlihat tampan, maskulin sekaligus menggemaskan di saat bersamaan.

"Di mobil, ambil sendiri."

"Oke, mana kuncinya?"

Jungkook meletakkan kunci mobil pada telapak tangan Taehyung, tanpa peduli apakah patner kerjanya suka atau tidak, Jungkook berjalan menuju ruang kerja yang tertata rapi makanan favoritnya.

Sementara itu, Taehyung dengan semangat empat lima berjalan menuju mobil milik Jungkook, tidak sabaran, ia membuka pintu dan mendapati benda-benda yang menjadi favoritnya. Tidak hanya satu, namun lima.

"Jungkook-ah!"

"Hm?"

"Ini semua untukku?"

Jungkook keluar dengan sepotong kimbap di genggaman, "jangan dijual, susah-susah aku mencarikan yang sesuai seleramu."

"Keren!" mata Taehyung menyala-nyala kian hebat saat mengambil satu-persatu bingkisan yang dibawakan Jungkook untuknya. "Jeon Jungkook memang Jjang!"

Jungkook mengikuti ke mana kaki Taehyung melangkah, ditatapnya wajah serius Taehyung saat membuka satu per satu oleh-oleh, "Hyung."

"Hm?"

"Coba pakai kemeja Armani yang itu," tunjuk Jungkook.

"Ini?" Taehyung membuka bungkus baju laki-laki bermerk super mahal tersebut, "habis uang berapa beli semua ini?"

Jungkook bersandar pada sisi pintu, diamatinya Taehyung mencoba kemeja berwarna pastel yang sangat pas dikenakan, "bagaimana?"

Taehyung berdiri di depan salah satu cermin di dalam galeri, memutar tubuh, ia membuka kedua tangan, "kau sangat tahu seleraku, Kook."

Jungkook melipat kedua tangan di depan dada, "Hyung harus memakainya."

"Pasti."

"Di hari pernikahanku."

"Ha?" kedua mata Taehyung membulat dengan alis ke atas mendengar kalimat Jungkook, "siapa yang mau menikah?"

"Kami," Jungkook tersenyum seolah mengatakan bahwa kami adalah dirinya dan Yerim, padahal perempuan itu sama sekali belum tahu perihal keinginan sepihak darinya.

"Kapan?"

"Secepatnya," Jungkook berjalan ke ruang kerja Taehyung, meninggalkan sahabatnya dengan tanda tanya besar.

"Sekarang beritahu aku, siapa wanita tidak beruntung yang akan kau nikahi?"

SephiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang