22_Tetap Bersamamu

1.2K 262 148
                                    

"Selalu makan sedikit seperti ini di malam hari, takut gemuk?"

Juhyun menggoyangkan garpu, "kau mengajakku makan kue di jam sepuluh malam, Niel. Masih berharap tubuhku tidak gemuk?"

Daniel tersenyum melihat suara merajuk Juhyun. Bermalam di sebuah hotel dengan menu serba manis yang sengaja ia pesan merupakan salah satu langkah untuk menahan Juhyun kembali ke tempat wanita itu menginap.

"Tidak heran kalau badanmu begitu bagus," pujinya tulus.

"Tidak juga," Juhyun menggoyangkan kepalanya dan mengangkat bahu sembari mengaduk cheese butter salad di depannya. "Aku hanya makan makanan yang dibutuhkan oleh tubuhku, lagipula aku lebih suka jalan ke mana-mana, itulah kenapa kakiku mirip atlet."

Daniel lagi-lagi tersenyum, "kau Madamnya para model, jangan mau kalah dengan model-modelmu."

"Itu juga," Juhyun menjentikkan jarinya.

"Jeon Juhyun memang wanita cerdas."

"Terima kasih pujiannya, tapi aku tidak bisa membalas memujimu," Juhyun merasakan wajahnya memanas, mungkin efek wine yang menemani malam terakhir mereka. Ia menundukkan wajah, pura-pura menekuni makanan di atas piring. Sebetulnya ia sudah sering mendengar orang-orang menyanjungnya, hampir setara dengan sanjungan yang diberikan pada sang adik. Kerupawanan keluarga Jeon memang tidak perlu diragukan lagi. Namun yang membuat kali ini berbeda adalah, rasa yang kian berkembang saat ia kembali bersua dengan Daniel. Ada desiran halus mengisi relung hati, dan Juhyun bukannya tidak tahu kalau Daniel masih menyukainya.

"Aku tidak sedang menyanjungmu, memang kenyataannya seperti itu," Daniel bertopang dagu menatap Juhyun lekat-lekat. "Katakan padaku, apa kau mau kita bertemu lagi setelah ini?"

Juhyun meletakkan garpu, dihelanya nafas. Membalas tatapan Daniel, ia merasakan punggung tangannya diusap lembut.

"Apa kau bahagia, Hyunie?"

Juhyun mengerjap pelan, kembali hatinya merasakan kehangatan yang tiba-tiba mengaliri setiap aliran darah, tatapan Daniel di balik kacamata minus akan membuatnya tenggelam hingga sulit untuk diselamatkan. "Kita sudah membicarakan ini kan, Niel?"

Daniel tersenyum, kian dieratkan tautan jemarinya pada jemari Juhyun, "kau bisa mengubah jalan hidupmu kalau kau mau."

Juhyun tidak menampik ketulusan yang diberikan Daniel sebagai mantan sahabat yang pernah sangat ia sukai, "aku berusaha untuk menjaga komitmen."

"Aku tidak akan memaksamu, selama kau belum merencanakan pernikahan, aku masih memiliki kesempatan," Daniel tidak menerima sanggahan, laki-laki itu lantas beranjak dari tempat duduk, ditariknya tangan Juhyun untuk ikut beranjak dari sofa, "shall we dance?"

Juhyun tersenyum saat melihat tangan kanan Daniel bergerak seolah mengajaknya berdansa, "no music," elaknya.

"I'll sing for you."

***

"Can you take us to a clothing store, Sir? Near from Drugstore too."

Malam kian larut membawa Jungkook dan Yerim kembali ke hotel. Sisa sembab di wajah keduanya masih terlihat, terutama Yerim yang entah sudah berapa banyak mengeluarkan air mata. Selama dua puluh menit di dalam taksi, mereka hanya saling diam. Jungkook sempat meminta supir taksi membawa mereka ke toko baju yang masih buka serta ke apotik untuk membeli obat oles.

SephiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang