BAB 19. Kekalahan

11.4K 1.1K 134
                                    

UPDATE!!

Harusnya aku update kemarin hehehe tapi godaan tuh banyak 😅 kemarin keseriusan nonton drakor, tau2 udh jam 1 pagi aja. Jadi yaudah deh...

Btw aku nonton flower of Evil, ngapa harus psikopat sih cowonya 😂 kan aku jadi ngehalu 🙄

Yaudahlah ya gausah berlama2, langsung aja ke cerita. Semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

PS : Luciano suasana hatinya lagi baik, jadi ya... begitulah... 🤣🤣

Luciano mengembalikan branding iron yang digenggamnya ke salah satu anak buahnya yang berdiri siaga di dekatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luciano mengembalikan branding iron yang digenggamnya ke salah satu anak buahnya yang berdiri siaga di dekatnya. Ia berjalan menghampiri Danielle sambil mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantung jasnya, Ia langsung menempelkan sapu tangan tersebut di luka Danielle untuk menghentikan darah yang keluar. Luciano tersenyum seraya mengecup kepala Danielle pelan. "KAU MONSTER! KAU GILA!" Luciano menghela napas ketika mendengar teriakan yang berasal dari wanita di dalam pelukan Ivan. Tanpa menolehkan kepala, Luciano memberikan perintah pada Ivan untuk menyeret wanita berisik itu keluar. "LEPASKAN AKU! AKU AKAN MEMBUNUHMU KEPARAT! AKU AKAN MEMBALAS SEMUA RASA SAKIT DANIELLE!" Tentu saja Luciano tidak mempedulikan teriakan-teriakan tidak berguna dari Carolina, yang menjadi fokusnya saat ini adalah bambolinanya. "DASAR KAU BAJI---" Teriakan Carolina terputus karena pintu besi yang kembali tertutup rapat.

Luciano kembali melilitkan selimut yang terlepas ke sekeliling tubuh Danielle. Setelah itu mengangkat tubuh Danielle ke dalam gendongannya. Manik abunya menatap dengan lekat wajah Danielle yang begitu cantik bak malaikat. Ia mencium bibir Danielle singkat sebelum melangkah menuju pintu keluar. "Panggil dokter Lucien, katakan padanya aku ingin dia datang dalam waktu sepuluh menit."

"Baik Capo!"

Luciano terus melangkahkan kakinya keluar dari dungeon. Matanya tidak pernah teralih sedikitpun dari wajah Danielle yang masih tidak sadarkan diri. Ia menundukkan kepala dan mengecup hidung Danielle singkat. Rasa rindu yang ditahannya, akhirnya dapat terbayarkan. Awalnya Luciano tidak tahu apa yang sedang Ia rasakan. Setiap jam dan detik selalu terbayang wajah Danielle, memikirkan wanita itu, bahkan Ia tidak bisa tidur karena tidak ada Danielle di sisinya.

Luciano mencoba menghapus rasa asing yang menghantuinya, namun bukannya menghilang, justru semakin bertambah besar, dan pada tahap dimana Ia merasakan rasa yang menyesakkan di dada. Tangannya ingin menyentuh Danielle, memeluk tubuh bambolinanya dengan begitu erat. Ia ingin mengusap kepala Danielle, menyentuh rambut wanitanya yang begitu lembut. Akhirnya di hari ketiga, Ia tidak mampu menahan perasaan yang mengganggunya. Luciano memutuskan untuk menemui Danielle. Tentu saja Ia tidak terkejut melihat perubahan sikap wanita itu dan Luciano merasa senang melihatnya.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang