Chapter 04

75 24 1
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER 04: IN A WHILE


Setiap hari, Minhee menjalani hari-harinya sangat biasa.

Bangun tidur, sekolah, makan, pulang, main game, dan tidur. Repeat. Lebih dari separuh hidupnya dia jalani hanya untuk sekolah. Terkadang, nongkrong, ribut, lalu mabar lagi udah menjadi hal yang tak biasa lagi baginya.

Dia hanya menjalani hidupnya dengan bosan.

Minhee kehilangan minat pada belajar hampir lima tahun lalu: ketika Mama tak lagi bernapas. Jadi, sejak saat itu, dia hanya masuk sekolah hanya sekedarnya. Mengikuti fase hidup yang juga dijalani orang lain. Dia tetap memiliki lingkungannya: teman, bermain, dan gadis-gadis yang pernah ia ajak bermain atau sekedar lewat.

Hanya saja ... terasa hambar.

Pernah tidak sih menjalani hidup yang seperti orang lain jalani namun ada masa dimana alih-alih menikmati tetapi hanya sekedar menjalani?

Minhee ada di fase seperti itu, setidaknya hingga saat ini.

Ketika anak seusianya sudah memiliki rencana, cita-cita atau kemana kampus yang ingin dituju, Minhee tidak punya. Rasanya, dia tidak memiliki apapun. Bakat, ilmu, atau yang biasa orang bilang kelebihan pada diri sendiri yang dipunyai.

Hingga orang asing yang bahkan pada saat itu belum ia tahu namanya, bertanya, apa Minhee baik-baik saja?

Mungkin kalau itu orang lain, atau sahabatnya, Minhee akan langsung menjawab tanpa harus menunggu waktu untuk sekedar berpikir. Tapi saat itu, Minhee tidak bisa menjawab, hingga ia merasa benar-benar begitu bodoh.

Orang itu tidak bertanya kenapa ia berkelahi. Tidak menuntut akan penjelasan. Tidak peduli dengan sikap acuhnya. Sebelumnya, Minhee hanya percaya ketulusan dan kepedulian dari sahabatnya. Tetapi kenapa dia rasanya berbeda?

Dari pada bertanya kenapa, apa, mengapa, dia malah bertanya, apa Minhee sudah puas melampiaskan emosinya?

Astaga, tidak ada satupun yang tahu. Bahkan ketiga sahabatnya.

"Anjir, malah bengong si Jangkung!" Hyeongjun berseru keras dengan tangannya yang memukul bahu Minhee hingga ia berjengit kaget. "Mikirin apaan si sampe kayak punya dunia sendiri?"

Minhee berdecak. "Nggak mikirin apa-apa. Berisik deh lo."

"Lagian lo ditanyain tiga kali nggak dijawab, gimana dah." sahut Taeyoung yang sejak tadi mengamatinya. "Kenapa? Lagi berantem sama Bunga?"

"Serius?!" Seongmin bereaksi heboh.

"Apaan si kok jadi berantem sama Bunga." Minhee jadi sebal sendiri kalau nama cewek genit itu disebut-sebut. "Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Bunga, ya."

Aftertaste | Minhee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang