Chapter 13

69 17 2
                                    


CHAPTER 13: STRANGER FEELINGS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 13: STRANGER FEELINGS


Jika ditanya, sejak ia lahir hingga saat ia bernapas sekarang, berapa kali sih sudah merasakan jatuh cinta?

Kalau Luna sih, tidak banyak.

Eh kalau jatuh cinta dengan bias tuh nggak masuk hitungan kan, ya? Karena aku tetap cinta Harry Styles sejak dia belum punya tato.

Kalau ada teman-teman yang bertanya mengenai perjalanan cinta Luna, maka jawaban yang selalu diberikan adalah, "nggak usah ditanya. Pengalaman gue payah." Selalu begitu. Dia hanya dikelilingi oleh teman-teman yang memang memiliki banyak pengalaman mengenai perasaan merah jambu tersebut. Tetapi, jika ada orang yang ingin meminta saran atau sekedar menceritakan hubungan percintaan, Luna adalah jagonya. Dia mudah sekali memberikan saran-saran bahkan kadang, ucapannya terlalu telak. Kiat-kiat tersebut didapatkan karena sering menjadi wadah tempat keluhan orang.

Saat itu, salah satu sohibnya bingung mendekati seorang gadis yang selama ini dia perhatikan. Mereka hanya saling kenal sebatas nama. Karena sohibnya—Mingyu ini bingung untuk memulai, Luna hanya memberikan saran berupa, "Ya lo kalo terus-terusan begini, nggak bakal maju, goblok. Takut karena ditolak? Yah, itu mah resiko. Kalo deketin cewek, niatin aja, tapi nggak usah banyak ngarep. Kesian, nanti lo jadi sadboy, gue yang malu." Berakhir Luna diberikan toyoran pelan di kepalanya.

Bagaimana dengan cinta pertama seorang Naluna Ahn?

Klise. Dia menyukai sahabat dari gengnya sendiri. Namun, karena berbagai pertimbangan seperti kecemasan berupa ketika perasaannya diketahui atau diutarakan, hubungan mereka akan merenggang dan pertemanan tersebut terputus begitu saja hanya karena cinta. Sering terjadi disekitar kita. Jadi, karena Luna tipikal orang yang pandai mengatur ekspresi wajahnya, dia tak pernah mengungkapkan perasaannya. Tidak ada yang mengetahuinya pula.

Hanya tenggelam pada perasaan yang membuatnya jatuh, tetapi ketika waktu kian berlalu, kesadaran menamparnya bahwa ada hal yang tak seharusnya timbul diantara lingkaran pertemanan. Hingga akhirnya, Luna menghempaskan segala ego dan membuang harapannya jauh-jauh, dan merasa bahwa perasaan tersebut hanya sebatas teman. Iya, teman.

Terakhir kali Luna merasakan detak jantungnya menggila seperti ini adalah dua tahun lalu. Perasaan yang sebenarnya hanya sebuah kesia-siaan karena sang mantan hanya mempermainkannya. Kenangan buruk, huft. Tetapi kali ini—bahkan Luna sampai menepuk pipinya berkali-kali berusaha meyakinkan diri bahwa ini bukanlah hal biasa,

"Sadar goblok, sadar," Luna menepuk pipinya sekali lagi, setelah membasuh wajahnya karena cairan lengket dari minuman tersebut. Menatap pantulan diri di cermin, menyadari bahwa ekspresinya saat ini terlihat begitu bodoh. Apalagi, melihat hoodie kebesaran tersebut kini benar-benar terpakai rapi ditubuhnya. Dia berbicara pada dirinya sendiri, di hadapan cermin. "Anjing, Lun. Lo ngapa?"

Aftertaste | Minhee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang