3

54 3 0
                                    

"Tidak ada yang bernama kebetulan melainkan semua sudah tercacat di Lauhful Mahfudz"

****

Gadis bernama Larina itu berjalan dikoridor kampusnya menuju parkiran motor untuk segera pulang dan beristirahat sebab pukul 3 nanti ia harus berangkat untuk bekerja.
"kak Saffa!" Larina menoleh saat namanya dipanggil seseorang. Seorang gadis muda kira-kira usianya dibawah Larina berlari kecil menghampirinya.
"iyah sa ada apa, jangan lari-lari nanti kamu jatuh"ucap Larina.
"kak anterin aku yuk kak?" ucap gadis cantik bernama Raisa Khumairah itu.
"kemana?"tanya Larina
"ke ruang dosen hehehe" Raisa tertawa kecil.
"loh ngapain?" tanya Larina lagi yang sedikit terkejut. Pikirannya kalau di ruang dosen sudah pasti ada Alfaro dosen yang baru hari ini dilihatnya dan entah kenapa jantungnya saat ini berdebar. Padahal ia pun tidak tahu apakah Alfaro ada disana atau tidak.
"kak? Kok ngelamun sih?"tanya Raisa yang melihat Larina diam sejak tadi.
"Ayo dong kak temenin aku please" Raisa memasang wajah sedih dan mengedipkan matanya seolah-olah ingin menangis dan itu membuat Larina tersenyum.
"oke, jangan lama-lama yah, kakak harus pulang"Ucap Larina yang mulai berjalan bersama Raisa menuju ruang dosen.
"iyah kak Saffa yang cantik dan shalehah"goda Raisa.

***

"kamu bawa apaan sih sa banyak gitu?"tanya Larina ditengah perjalanan menuju ruang dosen.
"ini kak makanan pesenan abang sepupu"
"oh..rajin yah kamu"goda Larina.
"enggak juga sih kak ini aku nanti ditraktir ke mall sama abang sama Aisyah"jawab Raisa dan Larina hanya mengangguk paham.

@Ruang Dosen

"Assalaamu'alaikum" ketuk Raisa pelan dan membuka pintu ruang dosen pelan.
Alfaro dan Akbar yang sejak tadi ada disana menoleh.
"wa'alaikumussalam. Akhirnya datang juga kamu sa. Tau gak sih! Kalo abang mu ini udah kelaperan!"kesal Akbar dan mengambil makanan dari tangan Raisa.
"abang abang! Abang tukang bakso maksudmu?" kesal Raisa.
"lagipun bang Al aja enggak komen apa-apa, besok-besok kalo mau makan beli aja sana sendiri!"Kesal Raisa.
"iyah iyah deh maaf maaf tuan putri cantik" Ucap Akbar dibalas tatapan malas oleh Raisa.
"terimakasih yah dek makanannya"ucap Alfaro yang sejak tadi duduk mendengarkan pertengkaran kedua manusia itu sambil memeriksa tugas-tugas mahasiswa dan mahasiswi nya.

"kamu ikut makan juga yah, kebanyakan ini kalau cuma kita berdua yang makan"ucap Alfaro menaruh tugas-tugas itu disisi tempat duduknya.
"duuhh gak bisa bang, kasian temen aku nungguin didepan pintu"jawaban Raisa membuat Alfaro dan Akbar menoleh ke arah pintu tapi tidak melihat siapa-siapa disana.
"ajak makan aja sekalian disini sa" ajak Akbar.
"mmm.. Coba yah aku tanya semoga dia mau" Alfaro dan Akbar mengangguk, Raisa keluar mencoba mengajak Larina untuk ikut makan bersama.

"kak Saffa, makan dulu yuk didalem, abang udah nawarin tuh gak enak akunya"
"duhh sa, aku kan harus pulang"
"iyah kak tapi masih jam 1 kok kak, mau yah aku juga laper banget ini. Kalo aku di jalan pingsan gimana?"ucap Raisa memelas berharap Larina mau ikut makan bersamanya.
"iyahudah, tapi janji yah habis ini kita pulang"ucap Larina
"siiippp akh.. Kakak cantik, yuk masuk". Raisa dan Larina memasuii ruang dosen.

"Assalaamu'alaikum"ucap Larina pelan masih terdengar oleh Alfaro dan Akbar.
"wa'alaikumussalam"jawab Alfaro dan Akbar menoleh ke arah pintu. Alfaro dan Larina sempat sama-sama terkejut. Larina bahkan mulai berdebar. Ia tidak tahu jika kakak sepupu Raisa adalah Alfaro dosennya. Jika ia tahu ia tidak akan mau mengantar Raisa, entahlah bukan ia benci atau apa. Tetapi ia pun tidak suka saat bertemu dengan dosennya itu. Sebab jika bertemu dengan dosennya itu maka seluruh tubuhnya akan memanas dan jantungnya berdebar. Apakah ia suka pada dosennya itu?. Entahlah Larina pun tidak ingin mengambil pusing tentang pikirannya.

"duduk aja disini"ucap Akbar, kini justru dengan situasi yang semakin sulit. Raisa berhadapan dengan Akbar sedangkan Larina berhadapan dengan Alfaro. Ia tidak ingin situasi ini menjadi zina mata. Tetapi yang Larina lihat Alfaro tetap menundukan pandangan membuat Larina tersenyum dibalik cadarnya.

"siapa nama kamu?"tanya Akbar.
"Larina"
"oh, mahasiswi semester berapa?"tanyanya lagi.
"semester 1"
"oh, berapa umurnya?"tanya Akbar lagi membuat Raisa dan Alfaro bengong melihatnya.
"eh kak kita tuh mau acara makan-makan bukan interview kerja gimana sih!" kesal Raisa membuat Akbar tersenyum kikuk.

Sedangkan Alfaro sejak tadi diam hanya memakan makanannya.
Dalam keheningan Larina teringat dengan buku milik dosennya itu, segera ia membuka tas untuk mengembalikannya.

"maaf pak, ini buku bapak" Larina memberikan buku pada Alfaro membuat Raisa dan Akbar menoleh dan heran. Alfaro sedikit bingung dan menatap Larina sebentar dengan tatapan bertanya.
"akh..ini kemarin di toko buku di mall itu, bapak memberikan buku ini pada saya, saya sudah selesai mengerjakan tugasanya jadi saya kembalikan"ucap Larina membuat Alfaro mengangguk paham.
"jadi bener itu kamu yah?"
"hah?"ucap Larina tidak mengerti.
"iyah saya sedikit ingat kamu, waktu dikelas saya pikir itu kamu tapi sulit juga mengenalinya jadi yah saya biasa saja" Larina mengangguk paham ucapan Alfaro.
"terimakasih atas bukunya pak"
"sama-sama, padahal memang saya kasih untuk kamu" ucap Alfaro.

"jadi gaes, kalian berdua udah saling kenal di toko buku? Terus ketemu lagi di kampus sebagai dosen dan mahasiswi. Wah jangan-jangan kalian berjodoh, jadi kaya di drama-drama" Celetuk Akbar. Membuat Larina semakin menunduk malu dan Alfaro sedikit meliriknya.

"mmm tapi yah Na, Alfaro itu tipe idealnya tinggi banget, Cantik, pinter, kaya, berpendidikan. Berapa banyak perempuan-perempuan yang di tolak Alfaro. Jadi sebelum punya perasaan sama faro mening mikir-mikir dulu takut sakit hati jatuhnya benci. Mening sama aku aja" Kalimat Akbar sukses membuat Alfaro menjitak kepalanya dengan sendok ditangannya.

"aw! Sakit dodol!!" kesal Akbar sebab kepalanya begitu sakit di jitak Alfaro.
"kalo ngomong jangan asal deh bar!" ucap Alfaro yang tak kalah kesal.
"apa yang salah dari ucapan gue sih Al? Kan bener!!" ucap Akbar masih dengan wajah yang kesal sambil mengusap kepalanya yang sakit.
"gak semua!" jawab Alfaro. Larina hanya terdiam melihat kelakuan dua sahabat itu, sedangkan Raisa hanya menggeleng melihat kelakuan kakak sepupunya dengan sahabat tengilnya.

**********

Assalaamu'alaikum sahabat readers..
Semoga selalu sehat dan tak bosan membaca ceritaku. Ini cerita pertamaku yang ku posting di Wattpad.. Semoga kalian suka dan jangan lupa vote nya..

Syukron🙏🙏🙏❤❤

Dear ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang