4

45 4 0
                                    

"Jika kamu mencintai seseorang jangan simpan dia dalam hati sebab hati akan berubah, simpanlah ia dalam do'a, sebab do'a akan terus tersimpan di langit"

****

"Terimakasih kak, ditunggu kedatangannya lagi" Larina sedang melayani pelanggan, ia bekerja di salah satu caffe didekat kampusnya. Ia akan bekerja sejak pukul 15:00 sore hingga pukul 23:00 malam. Dan paginya ia akan berangkat untuk kuliah.

Seperti saat ini pelanggan di caffe itu begitu ramai, sebab memang malam ini adalah malam minggu dimana banyak anak-anak muda datang sekedar nongkrong, Basa-basi dengan sahabat atau pacar mereka.
Syukurlah pemilik caffe ini tidak menentang jika ia bercadar. Sungguh Larina sangat bersyukur mendapatakan pekerjaan ini.

"selamat datang kak, mau pesan apa?" Mata Larina melebar ketika melihat sosok lelaki yang tidak asing sedang berdiri didepannya.
"kamu kerja disini?" tanya lelaki itu.
"iyah pak" jawab Larina pada lelaki didepannya yang ternyata adalah Alfaro dosennya.
"Wah Larina? Kamu kerja disini?, wahahaha dunia emang sempit bro! Kalian emang jodo keknya dimana-mana ketemu" Akbar tertawa lepas melihat wajah kesal Alfaro yang sedang ia ledeki.
"jaga sikap sih lo bar! Malu kali, dosen kok tengil" celetuk Alfaro membuat Akbar seketika menghentikan tawanya dan mencoba kembali berwibawa, tetapi tingkah Akbar justru mengundang senyum Larina.

"mau pesan apa pak?"
"pak pak, kita masih muda kali Na!, jangan gitu akh.. Malu.. Tar dikira kita bujang lapuk dipanggil bapak" canda Akbar membuat Larina tidak bisa lagi menahan tawanya. Suara tawa Larina yang kecil membuat Alfaro melirik dan melihat mata indah itu melengkung seperti bulan sabit..
1..2..3.. "Astagfirullah. Maafkan zanu ya Allah" batin Alfaro.

"maaf, mau pesan apa pak?" Alfaro masih terdiam menatap Larina, membuat Larina tidak mengerti dengan tatapannya.
"Woi Al! Gile malam minggu gini lo malah ngelamun tenang istri mah dapet nanti!" Candaan Akbar membuat Alfaro tersadar dan kesal.
"apaan sih lo bar!" kesal Alfaro.
"noh lu ditanya mo pesen apa?" ucap Akbar dengan nada kesal.
"gitu aja marah lo!"
"bodo akh, cepetan! Pegel nih kaki gue berdiri aje disini, kaya enggak!" celetuk Akbar.
"mo kaya kerja keras dulu lah" jawab Alfaro.
"ohyah kerja apa tuh Al?"
"angkat gunung bromo sana" jawaban Alfaro yang cuek dan candaan yang jutek membuat Larina tidak bisa berhenti tersenyum melihat tingkah kedua dosennya itu.

"sadis lo Al ama sohib sendiri!" ucap Akbar.
"udah akh gue mau pesen nih"
"iyahudah sono" balas Akbar.
"Na, pesan 2 ice Cappucino dulu yah"
"iyah pak sebentar yah" Alfaro mengangguk.
"eh Na, disini ada gak karyawan yang sholehah, cantik, manis, putih, kaya Angelina jolie?"

Pletak!!

"mana ada Angelina Jolie sholehah dodol!" Alfaro memukul pelan bahu Akbar, sedangkan pemilik bahu itu meringis kesakitan.
"Al, akh..gua udah males lah temanan sama lo, abis badan gua terdzolimi Al" rengek Akbar membuat Alfaro menahan tawanya. "ya Allah gini amat yak punya sahabat" batin Alfaro.

Tapi Alfaro sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Akbar, meski lelaki disampingnya tengil, dan suka membuat dirinya kesal. Tapi jiwa setia dan persahabat Akbar patut di acungi jempol. Akbarlah yang menemani Alfaro dirumah sakit saat Alfaro cidera kaki saat bermain sepakbola dibangku SMP, Akbar bahkan menangis sebab kasihan melihat Alfaro kesakitan.

Alfaro tersenyum hangat menatap sahabatnya itu yang sedang memainkan handphone, dan Larina melihat ketika Alfaro tersenyum hangat pada Akbar membuat ia ikut tersenyum.

***

"Al?"
"hem?"
"wei Al!" panggil Akbar lagi.
"apa sih bar?" jawab Alfaro yang sedang memainkan handphonenya.
"gue dijodohin" seketika Alfaro terhenti memainkan handphonenya. Menatap sahabatnya tak percaya. Sedangkan Akbar menatap Alfaro dengan tatapan sendu dan sedih..
Tetapi detik kemudian....

"tapi boong, buahahahahha" seketika tawa Akbar lepas melihat ekpresi wajah kaget Alfaro.
"astagfirullah bar!!"
"bahahahha, sumpah ngakak banget gue liat muka loh Al.. Lo sayang banget yak ama gue sampe gitu banget ekpresi muka lo" Ucap Akbar masih dengan tawanya yang lepas.
"tenang Al gua gak akan nikah sampe lo duluan yang nikah" ucap Akbar lagi serius dengan wajah biasa.
"jodoh gak ada yang tau bar" balas Alfaro dan di angguki Akbar.

Malam itu mereka hanya sekedar menongkrong di caffe hingga pukul 21:30 malam. Setelah itu mereka kembali pulang kerumah masing-masing.

Alfaro yang kelelahan habis keluar, membuka handphonenya untuk mengirim pesan pada seseorang yang jauh disana.

Setelah selesai mengirim pesan Alfaro tertidur dengan menutup kedua matanya dengan lengannya.

******

Assalaamu'alaikum sahabat readers,
Syukron sudah kunjungi cerita ku☺,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian jika menyukai cerita ini. Agar aku lebih semangat lagi untuk update☺☺🙏🙏..

Dear ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang