Asap yang terus mengepul dari kedua belah bibir si manis berambut biru itu membuat si rambut hitam terbatuk-batuk. Si manis tertawa kecil, meremehkan pria di sebelahnya. "Lo gak mau ikutan gue ngerokok? Mumpung jamkos sampe jam 12,"
Si rambut hitam menggeleng. Ia membetulkan letak kacamatanya yang sedikit menurun. "Gak, makasih. Mau berenti kapan? Udah abis 3 batang, gak baik buat kesehatan lo, Jaem,"
Yang dipanggil Jaem itu terkekeh. Lengkapnya Jaemin, si lelaki manis yang sedang merokok itu. Dengan enteng, Jaemin melempar rokok menyala yang tadi dihisapnya ke lantai, diinjaknya dengan marah.
"Ada di deket lo aja gue udah gak sehat, Jen. Lo itu..." Tangan Jaemin menyusuri dada bidang Jeno, lelaki rambut hitam, dengan perlahan menurun dan sedikit... err... sensual. Kemudian Jaemin melanjutkan ucapannya saat jari jarinya berhenti di sela sela paha Jeno. "Lo adalah candu, buat gue."
Jeno sedikit gugup. Temannya ini memang sedikit mengerikan untuknya. Hampir saja Jeno menyingkirkan tangan Jaemin kalau saja Jaemin tak meremas gundukan yang ada pas di tangkupan tangannya. "J-jaem..."
"Gue tau lo gak secupu keliatannya. Jangan sembunyi lagi dibalik kacamata tebel itu." Jaemin menarik paksa kacamata bulat dan tebal yang bertengger di hidung mancung Jeno, lalu melemparnya ke lantai hingga kacanya sedikit retak. "Gue tau lo biasa pake softlens, gue tau lo sering nonton bokep dan coli sambil desah nama gue, gue tau lo sering minum. Lo gak sepolos yang orang orang tau, Jen,"
Jeno terbelalak sejenak. Jaemin memang tidak bisa dia permainkan. Ia rasa Jaemin mengetahui ini semua dengan halus dan mulus, yang entah dari mana ia dapatkan. Percuma saja ia menyembunyikan jati dirinya lagi, Jaemin sudah mengetahui semua. Seutas senyum tipis terpatri di bibir tebal Jeno.
Angin semilir yang melewati rooftop menggerakkan rambut biru si manis Jaemin. Anak itu memang berandalan. Mewarnai rambut, merokok, selalu datang terlambat dan membolos, hobi melanggar peraturan sekolah. Berbanding terbalik dengan Jeno yang selalu jadi juara kelas, ikut lomba dan memenangkannya, hingga terpilih menjadi wakil ketua osis.
"Di kotak bekal lo, isinya apa?" Tanya Jaemin sambil melirik ke kotak bekal berwarna hijau di meja reot di sebelah bangku yang mereka duduki.
"Oh, itu cuma beberapa buah stroberi sama pisang. Buat ngejaga bentuk badan gue." Jawab Jeno sambil mengambil kotak yang dimaksud Jaemin, kemudian membukanya, menunjukkan isinya pada Jaemin. Untuk beberapa detik Jaemin tertegun, kemudian merogoh sesuatu dari kantong celananya.
"Gue pinjem pisangnya. Gue sange. Kalo lo gak mau liat, ke kelas aja duluan." Jaemin merobek bungkusan yang ternyata kondom, lalu memasangkan kondom itu ke sebuah pisang. Si manis sedikit menggeserkan badannya menjauhi Jeno, melepas celana sekolahnya dan mengangkang lebar, mengulum pisang dengan kondom itu, dan menggesekkan pisang itu ke lubang analnya.
Jeno masih tetap diam memperhatikan apa yang akan Jaemin lakukan selanjutnya pada makan siangnya. Dengan lihai, Jaemin membuat pisang berukuran sedang itu keluar masuk dari analnya dengan lancar dan tempo yang sedikit cepat. Penis yang menggantung diantara kedua kakinya itu bergoyang goyang pelan.
"Anjing! Ahh..." umpat Jaemin seraya membuat pisang itu semakin dalam mengoyak lubangnya. Desahan itu membuat Jeno turn-on. Dengan berani, Jeno mendekat dan mencumbu bibir Jaemin yang merekah. Tangan besarnya menyingkirkan tangan Jaemin, dan lancangnya menekan pisang dalam lubang anal Jaemin hingga tertanam sempurna. Jaemin terperanjat hingga sedikit bergetar. Ujung pisang itu benar benar menekan prostatnya.
"Hmmph..." Jaemin terlena, bibir Jeno memperkosa bibirnya dengan nikmat. Lubangnya juga dibuat enak dengan gerakan tangan Jeno yang membuat pisang itu bergerak dengan cepat hingga menghasilkan bunyi kecipak yang basah. Bermenit-menit berlalu, tautan bibir mereka terlepas. Dua pasang mata anak adam yang berkabut nafsu itu beradu, memancarkan aura gelap yang membutuhkan pemuas.
"Gue mau makan siang. Tolong suguhin gue yang bener." Jaemin tidak mengerti maksudnya, jadi ia hanya memperhatikan Jeno yang mencabut pisang dari lubang analnya. Jeno duduk di antara kedua kaki Jaemin, dan wajahnya tepat berada di depan selangkangan Jaemin. Tangannya meraih tiga buah stroberi, kemudian tanpa persiapan memasukkan ketiganya ke dalam lubang anal Jaemin.
"Jenh! Bangsat lo ngapain?" Jeno tidak mempedulikan Jaemin, ia mulai mendekat dan menjilati sisi lubang anal Jaemin dan stroberi yang sedikit menyembul. Jaemin tak pernah membayangkan sensasi seperti ini, pusat tubuhnya dipenuhi sesuatu yang ia benci namun terasa nikmat dengan lidah yang melingkupinya.
"Gue bilang gue mau makan siang. Keluarin satu satu stroberinya." Perintah Jeno dengan nada yang tak pernah Jaemin dengar. Intonasi yang begitu mengintimidasi, lagi lagi Jaemin melemah di bawah kuasa Jeno. Pelan pelan Jaemin mendorong keluar benda yang ada di lubangnya sedangkan Jeno menganga menunggu makan siangnya.
"Nghh ahh..." Satu buah berhasil keluar dan masuk ke mulut Jeno. Mata Jaemin tak lepas dari wajah Jeno yang begitu menikmati stroberi yang keluar dari analnya. Menjijikkan? Tidak bagi Jeno. Begitu seterusnya hingga dua buah stroberi lainnya keluar dari anal Jaemin dan dinikmati Jeno. Namun Jaemin merasa kosong begitu buah stroberi tak lagi di dalamnya.
"Gue suka sama lo. Lo wajib jadi pacar gue kalo gue keluar di dalem," ucap Jeno dengan penekanan. Jaemin tak sempat menolak karena tangan Jeno begitu tangkas mengeluarkan penisnya dari celana sekolahnya, dan langsung memasukkan penisnya ke dalam lubang sempit Jaemin.
"Akhh! Jeno anjing!" Jeno begitu tergesa gesa, tak memberi waktu untuk Jaemin berbicara. Sepanjang penisnya memompa anal Jaemin, sepanjang itu pula Jaemin hanya bisa mendesah dan mengumpati Jeno. Ini gila, sungguh. Jaemin tidak menyangka kalau Jeno benar benar bisa diandalkan dalam hubungan seks. Penisnya yang berurat, besar dan panjang, terus menggesek rektum sempitnya yang haus kenikmatan. Selama ini Jaemin hanya memuaskan lubangnya dengan mainan mainan seks, dan penis Jeno adalah penis asli pertama yang menumbuk lubangnya dengan kasar.
"Jeno-ahh!" Satu semburan lahar putih memuncrat dari penis Jaemin, tanda puncaknya sudah sampai. Bagaimana tidak terangsang dengan cepat, tangan Jeno yang terus memainkan putingnya dari luar seragam, itu luar biasa!
"Jaemin..." Jeno menggeram pelan, penisnya membesar dalam balutan lubang hangat Jaemin yang menyempit usai pelepasannya. Jeno menumbuk terus tanpa ampun, yang dalam beberapa tusukan akhirnya ia menumpahkan cairannya dalam lubang Jaemin. Terasa hangat dan penuh sampai meluber keluar.
"Lo berhasil buka kunci diri gue. Gue berhenti jadi Jeno anak teladan buat jadi pacar Jaemin anak berandal."
---

KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager « NoMin »
Cerita PendekCinta itu menyenangkan, Memabukkan, Memberikan ketenangan, Melepaskan beban, Juga candu untukmu. - Nomin's One Shot story - by. jaeminister