Jangan lupa tinggalkan vote dan comment!
🍁🍁🍁
Rima sedang asik dengan skripsinya saat dering handphone menginterupsi kegiatannya. Layarnya menampilkan foto seorang laki-laki berseragam coklat yang saat ini menempati posisi tersendiri di hatinya. Nama kontaknya pun masih sama, 'Satrio ku'. Menghela napas, Rima mengangkat panggilan itu.
"Assalamualaikum mas?"
"Waalaikumsalam Rim, gimana kabarnya? Baik kan?" Rio menyapa balik.
"Alhamdulillah mas." jawabnya singkat.
Ada hening sejenak diantara mereka, sama-sama bingung harus memulai dari mana.
"Rim?"
"Iya Mas?"
"Kamu.... Besok ada waktu? Kita bisa kan ketemu di tempat biasa?"
"Inshaa Allah bisa mas, jam berapa?"
"Kamu bisanya jam berapa? Inshaa Allah ntar aku nyesuaiin deh."
"Aku sih bisa jam berapa aja. Aku besok cuma nyerahin print-out skripsi aja sama nunggu jadwal sidangku keluar."
"Oh udah mau sidang ya? Ehhmm selamat ya Rim, maaf aku nggak nemenin kamu waktu lagi ngerjain skripsi. Aku jadi susah dihubungin."
"Hehehe nggak papa mas, aku ngerti kok."
"Ya nanti kalo udah selesai, kamu kabarin aku aja ya?"
"Oh iya mas."
Hening lagi sejenak.
"Rim? Ehmm, semangat ya? Semoga besok dan kedepannya lancar."
"Iya mas makasih. Sampai ketemu besok."
"Iya Rim, sampai ketemu besok. Udah dulu ya? Aku lagi ada acara keluarga ini. Assalamualaikum."
"Oh iya mas, Waalaikumsalam."
Telepon terputus. Sejenak, Rima pandangi foto itu. Entah kenapa, perasaannya mengatakan ada yang tidak beres. Rima tiba-tiba kepikiran soal cerita Ayu tempo hari. Apa benar Rio akan segera mengajaknya pengajuan? Atau malah dia akan pengajuan dengan perempuan lain?
"Ah udahlah Rim, jangan mikir aneh-aneh. Positif thinking aja, nggak boleh yang namanya suudzon, nggak baik!"
🍁🍁🍁
"Oke, alhamdulillah skripsi kamu sudah nihil revisi ya Rim. Inshaa Allah 3 hari lagi kamu bisa sidang, gimana? Siap sidang dalam waktu dekat?" tanya pak Wahid, dosen pembimbing Rima.
"Tiga hari lagi pak?" Rima melongo, tak menyangka akan menjalani sidang dalam waktu dekat.
Pak Wahid mengangguk, "Gimana? Apa mau lusa? Lusa juga ada kok. Saya sih terserah kamu."
Rima menggaruk pelipisnya, "Kok dekat sekali ya pak? Apa nggak ada yang sedikit jauh waktunya?"
"Mau yang sedikit jauh? Ada sih 2 minggu lagi." pak Wahid membuka-buka catatannya.
"Dua minggu pak?" Rima kembali dibuat tercengang.
Pak Wahid mengangguk, "Iya, ya tapi terserah kamu sih. Kalo saran saya, mendingan sekalian lusa, biar kamu nggak lupa sama isi materi skripsi kamu. Saya yakin kamu bisa kok, skripsi kan kamu sendiri yang nyusun. Pasti bisa lah kalo ditanya-tanya soal isinya."
Rima berpikir sejenak, kalau dipikir iya juga ya, mending sekalian dalam waktu dekat ini. Rima mengangguk mengiyakan.
"Ya sudah pak, saya ikut sidang lusa aja." putusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN HATI
RomanceAlya Akrima Rahmania Firdausi, seorang mahasiswi prodi S1 Psikologi harus menerima kenyataan kalau hubungannya dengan kekasihnya yang seorang anggota polisi harus kandas. Karena ingin melupakan kisah masa lalunya, Rima rela pindah ke luar kota. Di...