Haaaiii readers ku tersaaayyaaang.. Rima udah balik lagi niiihhhh... Yang kangen sama Rima angkat tangannya tinggi-tinggiiiiiii!!!
Happy reading semuaaaaa!!
🍁🍁🍁
Rima tiba di kost Rani dan Ayu, yang didalamnya juga ada Aira disana. Sebisa mungkin, Rima menahan agar air matanya tak merembes keluar. Tapi, mata Rima memang tak bisa berbohong. Matanya menyimpan semua luka yang sejak tadi ditahannya. Selain itu, mereka bukan sehari-dua hari bersahabat dengan Rima, melainkan hampir empat tahun.
"Gimana Rim?"
"Gimana apanya?" tanya Rima dengan suara serak karena menahan tangis.
"Ya tadi ketemuannya. Biasanya habis ketemu seneng banget. Girang banget gituu." kata Aira.
Rima menggeledah tasnya. Mengeluarkan secarik kertas yang dibungkus plastik bening mengkilap dan mengangsurkan ke arah teman-temannya. Aira, Rani, dan Ayu spontan menelisik kertas tersebut.
"Kok bentukannya kayak undangan ya?" Rani lebih dulu bersuara. Tangannya meraih kertas itu.
"Sini gue yang lihat!" Aira langsung saja merebut kertas itu dan membukanya dengan kasar. Didalamnya ada foto pre-wedding Rio dan seorang perempuan. Rio menggunakan seragam PDU sedangkan perempuan dalam foto itu menggunakan gaun berwarna hitam yang cantik.
"Briptu Satrio Agung Pramana dengan Delamira Mayang Ekaputri, S. Keb." Aira membaca nama yang tertera disana. "Jadi maksudnya dia mau nikahin nih perempuan? Demi?! Woy dia kan pacarannya sama elu Rim?! Kenapa nikahnya sama si Mayang?!"
Rani segera menoleh, "darimana kamu tau namanya Mayang?"
"Ini nih! Baca! 'The Wedding of Mayang & Rio'!" tunjuk Aira berapi-api.
Rima masih sesenggukan, menangisi Rio yang sekarang malah menikahi perempuan lain. Rani dan Aira sibuk adu mulut, sedangkan Ayu mengelus pundak Rima untuk menenangkan.
"Sabar ya Rim. Sabar, In shaa Allah kamu pasti dapat pengganti yang lebih baik dari Rio."
"Aku nggak nyangka kalo akhirnya kayak gini, hiks.. hiks.."
"Udah deh, Rima ntar nggak perlu dateng ke acaranya Rio! Daripada malah bikin nyesek!" kata Rani.
Aira segera menggeleng tanda tak setuju, "Rima kudu dateng kesana! Enak aja nggak dateng!"
"Kok dateng sih?! Eh Ra! Bayangin dong perasaannya si Rima, masak dia harus lihat pacarnya itu nikah sama orang lain! Ntar kalo Rima pingsan disana gimana?! Kamu yang mau tanggung jawab?!"
"Ran! Kalo Rima nggak dateng, si cewek itu bakalan ngerasa diatas angin soalnya udah bikin Rima sakit hati! Toh Rima nggak selemah itu! Lo nggak inget kalo Rima itu tahan banting?!"
"Tahan banting, tahan banting, emangnya Rima ember plastik tahan banting?! Gimanapun Rima itu perempuan! Perempuan kalo lihat mantannya nikah nggak mungkin dia nggak inget semua kenangan mereka! Kalo udah gitu refleknya apa kalo nggak nangis?!"
"Dari lahir Rima juga perempuan, tapi Rima harus dateng buat nunjukin kalo tanpa Rio pun Rima bisa! Pokoknya kalo ntar Rima dateng, dia harus udah bawa gandengan! Gue nggak mau tau!"
"Bawa gandengan, kamu kira cari gandengan gampang apa? Mana bisa dalam waktu sesingkat itu bisa dapet gandengan?!"
Aira mengelus dagunya sambil mengelilingi kamar kos Rani dan Ayu. Kebiasaannya ketika sedang berpikir keras. Sedangkan Rani memandang Aira dengan tatapan aneh.
Tiba-tiba, Aira langsung duduk didepan Rani. Sambil menunjukkan senyum lebar, dia menepuk-nepuk paha Rani. "Gue ada ide! Gue ada ide baguuussss!!"
Rani menyingkirkan tangan Aira yang terus saja menepuki pahanya dengan tenaga kuli. "Aduuuhh iya Ra! Tapi nggak usah nepukin paha! Sakit tau! Tenaga kamu itu tenaga kuli!"
Aira nyengir, kemudian tersenyum misterius.
"Nggak-nggak Ra, gue nggak setuju! Lu kan rada' gesrek. Lu jangan macem-macem ya Ra!" Rani langsung melambaikan tangannya.
"Rani! Dengerin dulu! Emang kamu tau Aira mau bilang apa? Jangan buru-buru nggak aja ah! Kebiasaan." Ayu menengahi, dia penasaran ide apa yang sudah direncanakan oleh Aira.
"Yu, inget-inget lagi lah, Aira itu kalo ngasih ide kadang suka nggak beres. Suka nggak bener. Nggak inget yang kemaren-kemaren?"
"Ih Rani! Lu kok gitu sih?! Emang udah tau gua mau ngomong apa?!"
"Ya enggak sih, tapi kan lu kalo ngasih ide suka asal jeplak nggak mikir jangka panjangnya."
"Tapi selalu berhasil kan? Coba lu inget-inget, ide gue mana yang nggak berhasil?! Lu nggak inget waktu kakak lu ditinggal nikah sama mantannya?" Aira verkacak pinggang didepan Rani.
"Iya sih berhasil..." cicit Rani.
"Udahlah, sekarang, serahin aja sama gue. Acaranya masih seminggu lagi kan?" tanya Aira yang diangguki oleh ketiganya.
"Pokoknya Rim, kamu tinggal terima beres, biar Aira yang aksi." tambah Aira dengan percaya diri.
🍁🍁🍁
Hayoooo Aira ngerencanain apa yaaa??
Tbc....
Mojokerto, 13 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN HATI
RomanceAlya Akrima Rahmania Firdausi, seorang mahasiswi prodi S1 Psikologi harus menerima kenyataan kalau hubungannya dengan kekasihnya yang seorang anggota polisi harus kandas. Karena ingin melupakan kisah masa lalunya, Rima rela pindah ke luar kota. Di...