07. Mereka

127 16 24
                                    

Hanin ga fokus belajar semenjak hari minggu kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanin ga fokus belajar semenjak hari minggu kemarin. Gimana mau fokus cuy, di otaknya sekarang cuma Gio, Gio, dan Gio. Kebayang terus gimana mereka pelukan waktu itu. iya sih pelukannya cuma lima menit, tapi bapernya tiga abad kayak masa penjajahan. Untung ini jam terakhir, jadi Hanin bisa sedikit tenang.

"Jadi gitu aja, ya. Sekarang kerjakan tugas yang saya berikan, kumpulkan saat bel pulang."

Kelas langsung riuh begitu kata-kata sakral itu keluar dari mulut sang guru. Gimana ga riuh, bel pulang lima belas menit lagi, sedangkan tugas yang diberi udah kayak kamus Inggris-Indonesia, tebel banget! Kalimat-kalimat meminta belas kasih terlontar dari murid-murid yang tersesat ini.

"Tolong beri kami kemudahan, pak! Jadikan PR saja ya, pak?"

"Barangsiapa yang mempersulit seseorang, maka hidupnya akan dipersulit juga. Ingat hadits itu, pak!"

"Saya harus cuci piring di rumah, pak. Tolong jangan menambah beban saya lagi. dikumpulkan semester depan aja ya, pak?"

Dan banyak lagi kalimat mengundang iba lainnya. Hingga sang guru menyerah lalu menjadikan tugasnya itu sebagai PR. "Yaudah, kalo gitu langsung beres-beres aja, tunggu bel, baru boleh pulang. Sekian."

Kelas makin riuh dengan selebrasi murid-murid.

Hanin tersadar dari lamunannya. Tidak seperti murid lainnya, Hanin cuma tersenyum tipis sembari membereskan barangnya. Ia pikir lebih baik menunggu di gerbang, jadi gadis lucu itu langsung berjalan keluar kelasnya.

 Ia pikir lebih baik menunggu di gerbang, jadi gadis lucu itu langsung berjalan keluar kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di koridor, Hanin berjalan santai dengan tangan memeluk goody bag kesayangannya. Mungkin kakinya berjalan kedepan, namun otaknya sedang berkelana entah kemana. Ia melamun, memikirkan betapa canggungnya jika ia satu sekolah dengan sang pujaan hati, apalagi setelah kejadian Minggu kemarin. Iya, Hanin dan Gio beda sekolah. Gio di SMA Ganesha, Ia sendiri di SMA Cakrawala.

Ia berhenti sejenak ketika rungunya menangkap suara speaker sekolah. "Dimohon untuk perwakilan setiap ekstrakulikuler, ditunggu kehadirannya di aula. Terimakasih."

Kayaknya bakal ada acara, nih! Batin Hanin.

Belum selangkah pun ia berjalan lagi, tubuhnya terhuyung karena seseorang yang berlari kecil menabraknya. Ternyata lelaki.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang