Bahagia dan Sakit

34 14 0
                                    

"[Halo? Eh Cha? Dirumah ga?]"
Langit memulai pembicaraan dengan Acha lewat sebrang telpon dengan semangat

"[Ga! Emang knp Lang? Semangat kali dirimu hehe]" Kekeh Acha

"[Jelas dong,sekarang donor ginjal buat ku udah ada dan aku mau minta kamu buat nemenin aku operasi]" Pinta Langit

"[Loh? Keluarga mu emang kemana?]" Tanya Acha sambil mengernyitkan dahi

"[Ada, tapi biar lebih semangat lagi,kamu yang nemenin aku:)]"
Pinta Langit lagi

"[Iyaa iyaa dehh,,Demi Langit,yaudah aku tutup dulu yaa telponnya,nanti jam berapa?]"

"[Mungkin jam 4,nanti kamu langsung ke rumahsakit ya?]"
"[Iyaa aku siap siap dulu]"
"[Oke bye Honey]"

Tut..

Sambungan terputus
Suasana hati Acha sekarang sedang berbunga bunga, tapi juga heran
Heran karena ia dikelilingi pertanyaan
Siapa pendonor ginjal untuk Langit?

Dan bahagia karena waktu Langit untuk hidup seperti nya bertambah lama.

Acha pun segera bangkit lalu bersiap siap
Dia memilih pakaian yang tertutup
Seperti memakai celana jeans, sepatu dan hoodie

"Eumm bawa snack ringan ga ya?" Tanya Acha pada dirinya sendiri
"Bawa lah, kalo disana lapar kan bisa nyemil sambil nunggu Langit" Jawab Acha

Acha pun segera menyambar jaketnya dan pergi ke supermarket
Membeli snack dan air putih secukupnya.

Sementara di lain tempat...

"Saudara Gevano anda sudah siap? Pikirkan matang-matang" Tanya Dokter
"Sudah dok,saya siap dan saya sudah memikirkannya semalaman" Ucap Gevano sambil nyengir kuda
"Memangnya berapa persen kecocokan ginjal saya dok?" Gevano bertanya lagi

"Menurut pemeriksaan,kecocokan ginjal anda dengan saudara Langit sekitar 85%.
baiklah 10 menit lagi ke ruangan operasi ya?" Pinta dokter
"Oke dok, tapi saya mohon jangan ada yang tahu soal ini ya, jika ada yang bertanya siapa pendonor nya, jawab saja seseorang lelaki"

"Tapi saudara Gev-..."
"Dok! Tolong, jangan membantah, kabulkan permohonan saya,"

Dokter tak habis pikir, mengapa ada pemuda yang begitu nekat seperti Gevano,
setelah dipikir-pikir, akhirnya Dokter pun setuju untuk merahasiakan identitas Gevano.

Setelah menandatangani surat pernyataan,dan berdiskusi agar Dokter tidak memberitahu siapa pendonor ginjal.
Akhirnya Gevano pun keluar dari ruangan itu lalu ke taman belakang sambil mempersiapkan diri dan menenangkan dirinya.

"Akhh!! Kenapa kau malah mendonorkan untuknya? Jelas jelas itu sangat gila" Rutuk Gevano pada dirinya,sambil menyugar rambutnya kebelakang dengan kesal

"Tapi aku juga ingin melihat Acha bahagia,aku juga tidak ingin melihat kekasihnya kesakitan!"

Diantara kebimbangan Gevano
Ada anak kecil menghampiri dirinya sambil berkata
"Om tidak apa apa?"
"Eh iyaa? Panggil kakak saja ya dek" pinta Gevano sambil tersenyum

"Oh iyaa kak,Kakak kok diem aja disini? Kakak nungguin keluarga kakak ya?" Tanya Anak kecil itu

"Tidak kok,kakak mau operasi,jadi duduk disini dulu buat nenangin diri hehe,loh? Kamu sama siapa disini? Orang tuamu kemana?"

"Aku disini bersama bibi,ayahku baru saja mendonorkan jantungnya untuk pamanku,dan ibuku sudah menjadi bintang disana" Tunjuk anak kecil itu

"Ayahku menyusul ibu,dan aku ditinggal sendiri disini" Ucap anak kecil itu sambil tersenyum.

"Kakak? Yang sabar yaa? Kakak pasti bisa kok menghadapi operasinya" Anak kecil itu menyemangati Gevano

"Iyaa dek,tapi kakak rasanya menyesal,sudah mau mendonorkan ginjal kakak" Ucap Gevano

"Kak, ayah ku bilang jika sudah menjadi keputusan kita,sebaiknya tidak perlu disesali,toh kita juga bisa menjadi penyelamat bagi yang membutuhkan, dan ayahku sendiri yang menunjukkan itu,dengan cara ayahku mendonorkan Jantungnya untuk pamanku" ucap anak itu sendu

"Oke terimakasih ya dik, kakak mau ke ruang operasi,dokter sudah menunggu,terimakasih yaa" Kata Gevano sambil berdiri lalu mengusak ribut rambut anak itu.

"Iya kak semangat,kakak pahlawan" Anak kecil itu berteriak sebelum akhirnya dia pergi entah kemana

Gevano pun pergi ke ruangan operasi dengan tekad yang bulat

Dia pergi menuju ruang operasi,
Tanpa takut
Tanpa gelisah
Dan tanpa menyesal.


......

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang