Langit pagi ini mendung, matahari marah karena cahayanya tidak sampai ke bumi, itu artinya, ia gagal menyinari bumi dengan kehangatannya.
Udara dingin menusuk, angin berhembus pelan, melepas dedaunan tua dari tangkainya.Seorang gadis membawa payung hitam berjalan melintasi jalanan sepi,
Hanya beberapa saja yang melewati jalan itu,
Kaki kecil nya menginjak daun kering, ia berjalan riang,sesekali melompat,seolah ada hal yang tak terduga yang menyenangkan
Mulutnya tak henti menyunggingkan senyum, tetap manis dilihat walau tertutup masker, pahatan Tuhan memang luar biasa.Ia berdiri didepan Mansion megah, dimana Mansion itu kelak akan menjadi tempat tinggalnya,
Kakinya melangkah maju, satpam yang sudah hafal dengan gadis itu pun langsung membukakan pintu setelah melihatnya berjalan mendekati gerbang.Tak mengucapkan sepatah kata, Gadis itu hanya tersenyum menundukkan kepalanya, tanda terimakasih,
Satpam membalas senyuman itu, membungkuk layaknya gadis itu adalah tuan putri,Gadis itu melepas maskernya setelah bertemu dengan seorang wanita paruh baya, melambaikan tangannya, berjalan sedikit berlari,
Wanita itu tersenyum, membalas lambaian tangan si Gadis
Gadis itu segera memeluk tubuh wanita itu dengan penuh semangat,penuh kasih sayang,
"Halo sayang, calon menantuku ada apa datang kemari? Langit didalam, ada janji kencan kah?" Wanita itu membuka pembicaraan,"Halo Mama, hehe mama bisa aja, iya saya mau bertemu Langit, tidak ada janji kencan, hanya ingin bertemu saja," Gadis itu tersenyum lebar
"Oh, iya-iya, apa kabar Mama dan Papa? Sehat kan?"
"Sehat kok Mah,Oh iya kemarin Mama sama Papa rencana untuk mengunjungi Mama disini, tapi karena ada urusan mendadak,jadi diundur dulu" Ucap Gadis itu
"Ah Puji Tuhan, oh, tidak apa apa, mungkin memang sangat penting,ya sudah cepat masuk, disini dingin"
Wanita itu menyuruh Gadis untuk masuk ke Mansion,
Gadis itu menurut,"Hai Lang, aku ada bawa apel dari supermarket, nih buat kamu" Acha, iyap Acha, ia mengeluarkan satu kantung buah apel dari dalam tas nya , lalu menaruhnya di atas meja.
Tapi, Langit hanya diam, dia tidak menggubris itu, bahkan pura pura tidak dengar.
"Halo, Lang, eh kamu kenapa?" Acha melambaikan tangannya di depan wajah Langit, mungkin dia melamun,
"Kita putus Cha, tidak ada bantahan, silahkan keluar,aku ingin sendiri," To The Point sekali, singkat jelas padat, masih dalam posisi duduk
Apa? Ada apa ini?
Wajah Acha yang semula menyunggingkan senyum, perlahan meluntur, berganti dengan raut terkejut,marah,kecewa dan sedih.Karena Langit adalah tipe manusia yang tidak suka dibantah,
Acha hanya pasrah,"Oh, iya Lang, gapapa, aku tau kok, kamu baik baik ya disini, aku pergi, makasih buat semua , barang yang kamu kasih buat aku, nanti aku kembalikan, tunggu yaa, aku pamit"
Setelah berpamitan, Acha pun pergi dari Mansion itu,Diperjalanan, Acha hanya menangis,
Untung saja mukanya sedikit tertutup masker, jadi publik tidak mengetahui jika dia menangis.Namun diam diam ada "seseorang" yang mengetahui ekspresi wajah Acha walau tertutup masker. Bahkan "seseorang" itu pun tau apa masalah si Gadis ini ,
Dengan diam diam pula , ia tersenyum penuh kemenangan ,
P
Di lain teman, Langit juga sedari Acha pergi, dia juga menangis,
Ini bukan kemauan Langit, tentu, Langit tidak akan sudi melepas Acha begitu saja dengan "orang lain" tapi sudah terlambat,
Karena Langit terlanjur berjanji,Apa boleh buat?
Langit hanya merutuki kebodohannya sendiri, dia membenci mulut nya, yang sudah pernah bilang "janji"Karena janji itu harus ditepati, bukan diingkari.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionKenapa tiba-tiba jadi dingin? Ada masalah kah? Kasih tau aku dong, Jangan hanya diam, Kok kamu jadian sama dia? Kamu udah gak sayang aku ya? Aku kurang apa lagi? Atau kamu udah bosan? Kamu katanya sayang sama aku, kenapa kamu jadi begini, kamu lupa...