Lima : Bertemu

10 7 0
                                    

Suara bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak merapikah tas mereka, mengucap salam lalu pergi meninggalkan kelas. Arga pergi ke luar kelas lebih dulu, Rindu yang merasa aneh segera menyusulnya. "Ar! Lo kenapa?"

Arga menoleh kebelakang, mendapati Rindu yang sedang berdiri di belakangnya dan menggenggam tangannya. "Lo ikut gue sekarang!" Arga menggenggam tangan sahabatnya itu, dan menariknya untuk naik angkutan umum. "Ar, kita mau kemana?" Arga tak mendengarkan pertanyaannya Rindu, ia diam. Rindu mengernyitkan alisnya tanda bingung. Kenapa sih dia? Aneh banget sejak ngomongin Kak Dimas. Gumamnya dalam hati sambil memandang Arga yang terus menatap ke arah luar jendela.

"Kiri bang!" Angkutan umum itu berhenti ketika seorang penumpang mengucapkannya, lelaki itu menarik tangan Rindu lalu membayar ongkos mereka berdua, ia menarik dan tak melepaskan genggaman nya ke gadis yang merupakan sahabatnya itu. "Ar, kita mau kemana?" Pertanyaan itu belum juga di respon oleh Arga. "Ngomong sama tembok gue, lo gak mau macem-macem kan? Ar-"

"Yah, gak lah. Kita ke Tanjung Pasir,"

"Ngapain?"

"Liat nanti."

Arga terus berjalan dan mereka sampai di tujuan. Rindu memandang-mandang ke arah laut yang terhampar tak berujung, lalu melemparkankan pandangannya lagi ke arah lelaki yang ada di sampingnya. Lelaki itu, masih memandang ke arah hamparan biru yang luas. Rindu memandang wajah lelaki yang ada di sampingnya itu, "Ar, kita mau ngapain di sini?". Arga balik menatap Rindu, ia menyinggungkan bibirnya dan membentuk sebuah lengkungan di bibir. "Lo bawa kubus tadi kan?". Rindu mengangguk dan mengeluarkan kubus yang di berikan oleh Arga tadi "Ini,"

"Sekarang lo buka,"

"Apa isinya?"

"Buka aja, sekarang,"

Rindu membuka penutup kubus itu, ia terkejut mendapati isi kubus itu, sebuah buku tebal dan sebuah pena. "Ini buat apa Ar?"

Arga tersenyum, ia mengambil kotak kubus itu dan menutupnya lagi, "Kok di tutup? Itu buat apa Ar?" Rindu makin penasaran dengan kubus itu. Arga meletakkan dan memasukkan kubus itu ke dalam tas Rindu. "Lo belum boleh buka bukunya yah, tunggu sampai waktunya, nanti lo juga tahu."

Rindu hanya mengehela nafas panjang dan melihat ke sekitar pantai, berlari menuju ombak dan saat ombak datang ia berlari menghindari ombak. Arga tersenyum melihat itu, ia pun berlari mengikuti Rindu, sesekali mereka bermain kejar-kejaran di atas pasir yang terbentang. Ombak menyapu jejak kaki mereka, lalu kembali ke lautan yang luas. Burung-burung terlihat sesekali berterbangan di atas laut yang biru tak berujung.

Pengunjung pantai lainnya, sibuk dengan kesenangannya. Seketika pantai seperti dunia milik berdua bagi pengunjung yang memiliki pasangan dan seketika dunia tak berpenghuni bagi yang tak punya pasangan. Terlihat jauh dari tempat Arga dan Rindu ada seorang gadis berambut coklat dan bermata hitam sedang duduk sendiri menghadap laut tak berujung. Ia tak sendiri sepertinya pergi dengan keluarganya, hanya saja ia tak menikmatinya. "Kak Nara!" gadis itu menoleh kebelakang karena adiknya memanggil. "Ayo, sini!" Anak kecil itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan supaya kakaknya itu melihat ke arahnya. "Nanti," Nara menjawab. Adiknya hanya memajukan bibir dan mengangguk mendengar jawaban dari kakaknya itu. Nara kembali memandang laut yang terlihat seperti ombak yang bergantian menyapu pasir di dekatnya, sesekali ia memandang langit dengan tatapan penuh beban tersimpan.

Arga membeli es kelapa untuk mereka berdua, Rindu masih bermain dan duduk di atas pasir. Matanya menatap ke sekeliling pantai, melihat betapa bahagianya mereka yang mempunyai keluarga yang harmonis, kakak dan adik bermain pasir, ayah dan ibu mereka ada yang berteriak mengingatkan agar anaknya tidak bermain terlalu jauh. Tangannya menyeka ujung mata, ia ingin mempunyai keluarga seperti itu, tapi itu tak mungkin terjadi lagi, dengar-dengar ayahnya pun sudah selingkuh, baru ketahuan sekarang. Setelah mengaku Dito bilang, ia sudah selingkuh sejak satu tahu sebelum Rindu lahir, batinnya sesak mengingat itu, betapa hancurnya keluarga yang ia miliki. Rindu benar-benar ingin menangis tapi seketika ia melihat seseorang yang sepertinya juga sedang meratapi nasibnya. Rindu menghampiri orang itu, tanpa memikirkan Arga akan mencarinya jika ia tidak bilang mau kemana. "Hai!" Rindu duduk di samping gadis berambut coklat itu.

Gadis itu menoleh, mendapati Rindu yang ada di sampingnya. Ia kaget, gawat kalo Rindu ada disini, dan Ayah melihatnya, Nara menutup mulutnya. Rindu mengernyitkan alisnya bingung, "Ada apa?"

Nara menggenggam tangan Rindu dan membawanya jauh dari tempat tadi, Rindu bingung bukan kepalang, nih cewek kenapa sih? Gumamnya dalam hati dan terus mengikuti. Nara melepas genggamannya dan membuat setengah lingkaran ke arah Rindu, "Nara" menyulurkan tangannya.

"Rindu," Balas Rindu dengan senyum yang mengembang juga di wajahnya. "Kenapa lo tarik gue kesini?" Rindu yang masih penasaran dengan sikap Nara tadi segera menanyakannya.

Angin menghembus pelan, hangat namun sejuk. Ombak terus silih berganti naik ke atas daratan. Gemuruh ombak yang menghantam karang terus terdengar. Nara hanya tersenyum merespon pertanyannnya Rindu, lalu mengajaknya untuk duduk menikmati pasir. Mereka berdua sama-sama memandang laut, tak peduli jika Arga kesana-kemari mencari sahabatnya.

"Na, gue boleh nanya gak?" Rindu kembali membuka topik pembicaraan setelah hampir lima menit diam.

"Boleh,"

"Lo yang dari kelas satu SMA meratiin gue sama Arga bukan?"

Nara tersenyum, ia mengangguk. "Kok lo tau, Rin?"

Rindu menatap Nara kembali, "Gue selalu liat lo, yang bikin gue tau pasti kalo itu lo, dari mata lo, Na,". Nara tersenyum dan kembali memandang laut. "Lo gak marah kan kalo gue gitu?"

Rindu tertawa kecil,"Gak lah Na, gue malah seneng kalo lo ngaku. Dan setidaknya sekarang gue punya temen baru,"

"Serius?" Nara berseru riang. Rindu tersenyum dan langsung memeluk sahabat barunya itu. saat itu, ia merasa Nara seperti dirinya, entah kenapa terlihat seperti beban banyak di tanggungnya. Nara menatap mata Rindu, "Rin, Arga suka sama lo,". Rindu terkejut, kemudian ia baru ingat tentang Arga, gue gak izin dulu tadi, pasti Arga nyariin. Nara tersenyum, ia memang sering melihat kegiatan Rindu dengan Arga, secara diam-iam, tapi tetap saja ketahuan. Terkadang ia senyum meihat mereka. 

Angin laut berhembus pelan, Arga sudah selesai membeli es kelapa, ia bergegas menemui Rindu. Dan saat ia menghampiri tempat tadi, sahabatnya itu sudah tidak ada, entah kemana dia. Arga berkeliling mencari gadis itu, sesekali menyipitkan matanya untuk melihat lebih jauh. Mata Arga terhenti ketika melihat dua gadis bercerita dan sesekali tertawa, itu Rindu, tapi siapa gadis yang di sebelahnya?.


SIU {Semesta Itu Unik}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang