Tujuh : Mulai Timbul

8 7 0
                                    

"Du, tumben cepet lo" Arga tercengang melihat Rindu sudah datang menunggunya di ujung komplek.

"Maksudnya?" Rindu menaikan alisnya.

"Kan biasanya gue yang dateng duluan, kok sekarang lo udah stay?"

"Gak betah, lama-lama di rumah. Eh, udah lah ayo berangkat."

Mereka berangkat bersama, seperti biasa. Arga bertanya kembali tentang gadis yang duduk di sebelah Rindu waktu di pantai. "Du, cewek yang waktu itu duduk di samping lo itu siapa?"

"Di mana?"

Arga berdecak sebal, "Waktu di pantai."

Rindu baru ingat sesuatu, waktu itu saat Arga ingin bertanya tentang gadis itu, tiba-tiba ayahnya memanggil dan langsung menyuruhnya pulang. "Nara" Rindu memberitahu nama gadis yang sedang di bicarakan itu.

"Dia siapa Du? Maksud gue, itu temen lama lo?" Arga bertanya lagi.

"Nara itu sebenarnya selalu meratiin kita berdua, waktu di sekolah. Gue pernah ceritakan sama lo, tentang orang yang selalu ngeliatin kita. Tapi lo bilang, itu cuma gue aja yang ge-er."

Arga mengangguk pelan, ia mengingatnya. Mereka masih terus berjalan di atas semburatnya matahari. Arga sesekali menengok ke arah Rindu, begitu juga Rindu sebaliknya. Hening.

"Ar," Rindu memecah keheningan di antara mereka. Arga hanya menoleh.

"Gue, emm. Gimana yah ngomongnya," Rindu berhenti melangkah begitu juga Arga.

"Ngomong aja," Arga masih memasang muka yang datar.

"Gu, gue pulang sekolah mau jalan sama Kak Dimas. Jadi, gue pulang duluan yah Ar. Sorry,"

Arga hanya memutar bola matanya, kemudian hanya mengangguk datar ke arah Rindu. Rindu berseru Yes kegirangan. Dan Arga hanya melanjutkan langkahnya, tentu saja Arga tidak terlihat senang dengan rencana itu. Tapi ia mampu menyembunyikan itu dari sahabatnya.

"Hei!" Mereka di kejutkan oleh suara Nara yang datang secara tiba-tiba.

"Ngagetin aja lo," Rindu menepuk pundak temannya itu.

Arga seperti biasa hanya memasang muka yang datar, mereka berjalan bersama, saling diam. Akhirnya Nara yang membuka percakapan di antara mereka. "Kalian berdua so sweet deh," Ucap Nara menggoda temannya itu. Arga dan Rindu hanya saling tatap seketika, lalu langsung berjalan lagi seperti biasanya. Arga seolah tak peduli dengan mereka berdua yang dari tadi asik bercakap-cakap.

Perjalanan terasa cepat bagi mereka berdua, tapi tidak untuk Arga- dari tadi hanya diam saja. Nara pergi masuk ke kelasnya, dan melambaikan tangan ke arah mereka berdua. Arga masih diam tidak peduli di sekitarnya. Rindu sesekali menoleh ke arah Arga yang dari tadi memunculkan muka malasnya. "Ar" Rindu memanggil lelaki itu yang terus berjalan.

"Ar!" Rindu berhenti melangkah, tapi Arga tidak mendengar apapun ia terus berjalan. Hingga Akhirnya Rindu memutuskan untuk mengejarnya dan menariknya. "ARGA!" Rindu teriak persisi di telinga Arga, lelaki itu tentu saja kaget, ia mengusap telinganya yang megiang karena suara Rindu tadi.

"Bisa gak sih, kalo ngomong jangan di kuping!" Arga menyingkirkan wajah Rindu yang sangat dekat di kupingnya.

"Gue teriak, bukan ngomong." Jawab Rindu tegas sambil menyingkirkan tangan Arga dari wajahnya. "Lagian lo! Gue pangil-panggil gak denger. Udah seratus kali gue panggil lo masih aja jalan!" Bentak Rindu.

"Ngaco. Mana ada lo panggil gue seratus kali."

Rindu memutar bola matanya, "Lo kenapa sih Ar, dari kemaren lo tuh aneh banget."

SIU {Semesta Itu Unik}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang