Chapter Three

61 10 5
                                    

Setelah tiga jam sejak Serin tersadar, Jongin masih memeluk Serin mencoba menenangkannya. Serin tak henti-hentinya menangis sejak itu. Hatinya masih berantakan. Meskipun Sehun tidak mengucapkan kata putus, meskipun Sehun bilang bahwa biarpun ia telah menikah namun ia tidak akan meninggalkan Serin, tetap saja sesak menyelubungi hati Serin.

Jujur saja, wanita mana yang rela prianya menikahi wanita lain?

Kyungsoo telah dipaksa pulang oleh Jongin mengingat bahwa waktu telah sangat larut. Meskipun awalnya Kyungsoo membantah namun Jongin meyakinkannya bahwa Serin akan baik-baik saja dengan dirinya. Kyungsoo yang menyadari bahwa Jongin hanya ingin waktu berdua Serin, menyembunyikan sedikit kekecewaannya dan lebih memilih mengalah. Setelah memperingati Jongin untuk mengabarinya jika terjadi sesuatu pada Serin, ia akhirnya beranjak pulang.

"Serin, kamu sudah menangis cukup lama. Ini tidak baik. Kamu baru saja tersadar." Jongin memecah keheningan, berujar lembut pada Serin.

"Jongin ... kenapa selalu aku yang ditinggalkan? Kenapa selalu aku yang dibiarkan sendiri? Kenapa tidak ada satupun orang di dunia ini yang menyayangiku?" Serin mencoba membuka suara ditengah tangisannya.

"Siapa yang bilang? Aku disini, Serin. Aku tidak akan meninggalkanmu." Jawaban Jongin tentu saja membuat Serin menggeleng.

"Jongin, suatu hari nanti ..." mengambil nafas yang cukup panjang karena ia sudah terlalu sesak untuk berbicara, akhirnya Serin kembali melanjutkan "kamu akan menemukan pendampingmu. Dan aku tidak bisa selamanya bersandar padamu. Aku pikir Sehun akan memperjuangkanku. Aku pikir mami dan papi tidak akan meninggalkanku. Mereka bilang mereka sayang, tetapi mereka membuangku."

Di akhir kalimatnya, tangisan Serin semakin pecah. Jongin bahkan masih ingat terakhir kalinya Serin menangis seperti ini adalah saat pertama kali mereka bertemu. Sehun dan Jongin yang sedang duduk di taman kampus mereka, saat mereka sedang malas untuk pulang walaupun langit telah gelap, mereka yang mendengarkan tangisan pilu seorang gadis memutuskan untuk mengikuti arah suara tangisan itu. Hingga akhirnya mereka menemukan Serin meringkuk, menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan suara tangisannya.

Jongin masih ingat saat itu, tubuh Serin basah kuyup, sudah pasti Serin terduduk disana sejak hujan masih mengguyur. Tubuh Serin tampak sangat kedinginan, ia menggigil hebat namun dirinya sendiri saat itu tidak menyadarinya. Jongin segera melepas jaket yang memang sedang menempel pada tubuhnya dan memberinya ke Sehun. Sehun kemudian bergerak untuk menutup tubuh Serin dengan jaket. Wajah Serin saat itu tampak terkejut tapi bahkan keterkejutannya tidak mengalahkan sesaknya. Ia terus saja menangis bahkan di depan Jongin dan Sehun yang baru ia temui.

"Aku ... kami tidak tahu apa masalahmu, namun saat ini kau kedinginan. Lebih baik kau ikut dengan kami ke mobil. Sekalian kami mengantarmu pulang." Saat itu tentu saja Jongin terkejut, kalimat-kalimat itu keluar dari bibir seorang Oh Sehun dengan lembutnya.

Jangankan berkata lembut, memandang perempuan dengan tatapan yang ramah saja tidak pernah dilakukan oleh sahabatnya itu. Sejak itu Jongin mengerti, sahabatnya ini sadar atau tidak sadar, hatinya telah dilelehkan oleh gadis itu.

Setelah pertemuan mereka, setelah akhirnya Serin memberanikan diri untuk bercerita pada Jongin dan Sehun ditengah tangisnya, Sehun dan Jongin telah memutuskan untuk terus menjaga Serin. Mereka memulai persahabatan mereka.

"Kamu tahu, Rin? Saat ini aku benar-benar merasa gagal." Ucapan Jongin membuatnya mendongak sedikit, menatap Jongin.

"Maksudmu?"

"9 tahun lalu. Saat pertama kali aku dan Sehun melihatmu menangis tanpa henti –seperti saat ini- saat akhirnya kami mendengar kisahmu yang juga menyakitkan bagi kami, aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menjagamu. Untuk tidak membiarkanmu menangis seperti itu lagi. Namun ternyata aku gagal, dan alasanmu menangis bahkan adalah sahabatku sendiri. Aku ingin marah padanya, tetapi aku menyayanginya. Namun di sisi lain, aku juga menyayangimu Rin. Dan melihatmu menangis seperti ini tentu juga menyakitkan bagiku."

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang