Chapter Six

51 11 17
                                    

Warning!! 17+

Nyempil dikit tapi ya, sekali lagi aku tahu pikiran kita itu pada dasarnya kotor :)

Enjoy this chapter ! ^^


***

Di Kamar Rawat Chanyeol,

"Tuan Chanyeol, apakah kau merasa sakit atau tidak nyaman?" Dokter yang telah selesai memeriksa Chanyeol yang baru sadar itu bertanya pada Chanyeol dan hanya dijawab dengan gelengan.

"Baiklah jika begitu. Yeeun-ssi, tolong berikan vitamin pada air infus Tuan Chanyeol agar pemulihannya dapat lebih maksimal. Dan Tuan Chanyeol, jika butuh sesuatu, segera tekan tombol bel ini. Saya pamit undur diri dahulu." Sang dokter membungkuk sejenak sebelum berjalan keluar ruangan.

Sejujurnya Chanyeol masih merasakan sedikit pening di kepalanya, namun baginya itu bukanlah sebuah masalah besar.

"Tuan, aku akan keluar sebentar untuk mengambil alat suntikan dan vitamin yang diperintahkan dokter. Mohon tunggu sebentar." Sang Perawat yang dipanggil Yeeun oleh sang dokter tadi ikut membungkukan diri dan menyusul sang dokter keluar dari ruangan.

Tidak ingin pening di kepalanya bertambah parah, ia memutuskan untuk menutup matanya, mencoba untuk tertidur kembali.

Menunggu sedikit lama membuatnya nyaris tertidur ketika ia kemudian mendengar suara pintu terbuka. Ia membuka matanya juga dan mendapatkan perawat tadi sedang menyiapkan alat suntikan untuk vitaminnya dan Chanyeol sendiri hanya terdiam, mendesah nafas pelan. Sejujurnya jika ia boleh berharap, ia tidak ingin bangun. Kehidupan ini terlalu menyakitkan baginya.

Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangannya namun tidak menemukan siapapun di dalam. Tak ingin bertanya banyak, ia hanya diam dalam bingungnya sendiri.

Saat perawat menyuntikkan vitamin ke dalam infus Chanyeol, ia terkekeh melihatnya.

"Kau mencari istrimu, tuan?" Tanyanya yang tentu saja membuat Chanyeol menatapnya bingung.

Istri katanya? Punya istri saja tidak.

"Kau beruntung memiliki istri yang cantik dan perhatian. Setiap kami masuk untuk melakukan pemeriksaan rutin ia selalu terlihat menatap nanar menunggu kesadaranmu. Terkadang ia bahkan mengoceh di telepon menyebut nama 'Yuan' dan dengan cerewet memerintahkan orang di seberang telepon untuk menjaga Yuan dengan baik. Yuan pasti anak kalian. Aku bahkan sangat iri padanya. Bagaimana bisa ia memiliki wajah yang imut secara natural dengan mata indah dan senyum indah seperti itu?" Sang perawat terus menerus mengoceh membicarakan sosok yang ia sebut sebagai istri Chanyeol membuat Chanyeol semakin bingung.

Demi apapun dia ingin sekali rileks dan menghilangkan beban pikirannya, namun ocehan perawat ini malah semakin menambah beban pikirannya. Ia terus menerus menerka siapa sosok 'istri' yang sang perawat maksud.

Apa mungkin mantan istrinya? Yang benar saja. Mantan istrinya tidak pernah cerewet tentang Yuan, dan bahkan tidak imut secara natural seperti yang dideskripsikan sang perawat.

"Kau harus menjaga istrimu baik-baik, tuan. Aku terharu melihat kasih sayang seorang istri yang begitu dalam. Ia selalu mengkhawatirkanmu. Aku bahkan tidak pernah melihatnya pulang. Beberapa hari sekali seorang pria akan mengantarkan pakaiannya. Bahkan aku tidak yakin dia mengkonsumsi makanan sesuai jadwal hanya untuk menjagamu. Ahh ... ia wanita yang sangat sempurna."

"Siapa maksudmu?" Kali ini Chanyeol mencoba untuk membuka suara, kepalanya semakin sakit karena tidak memecahkan teka-teki tak langsung ini.

"Eoh? Kau tidak amnesia kan, tuan? Bagaimana bisa kau tidak mengenal istrimu sendiri? Ah kau memang tampan namun ternyata kau pria jahat. Ugh. Aku benci pada pria yang seperti ini, tidak pernah memikirkan istrinya. Apa kalian menikah karena perjodohan? Ya! Tapi tetap saja, meskipun dijodohkan harusnya kau merawatnya dengan baik. Kalian kan sudah disatukan, apa lagi kalian sudah memiliki anak. Apa kau hanya mengambil manisnya saja?"

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang