Chapter Seven

55 10 32
                                    

WARNING 18+ !!! Bukan area anak di bawah umur.

Sudah ada warning ya. Jangan salahkan Sea kalau ada yang nggak nyaman bacanya.

***


Suara desahan dan lenguhan yang tadinya memenuhi kamar Serin kini tak lagi terdengar. Hal yang sudah sering dilakukan oleh pasangan ini kembali dilakukan mereka, pertama kali setelah status Sehun kini berubah menjadi seorang suami dari wanita lain. Namun keduanya mengabaikan fakta itu, asyik bercumbu dengan pembelaan bahwa hati mereka tidak pernah berubah walaupun status seorang dari mereka kini telah berubah.

Sehun memandang wajah Serin dengan seksama. Wanitanya ini kini sedang tertidur setelah 5 jam menghabiskan waktu panas mereka. Sebuah senyuman terpatri begitu saja di wajah Sehun, senyuman yang benar saja tidak pernah ditujukannya pada orang lain selain Serin. Wanitanya ini memang ajaib, tidak ada yang bisa duduk di tahta wanita ini dalam kerajaan hatinya. Mengingat bahwa ia pernah mencumbu istrinya membuat Sehun merasa bersalah pada Serin.

Sekarang jelaskan, bukankah pada tahap ini Serin yang merupakan selingkuhan? Mengapa ia merasa bersalah pada selingkuhannya karena ia meniduri istrinya namun tidak sama sekali memikirkan perasaan istrinya saat maupun setelah ia bercumbu dengan wanita lain?

Tentu saja akal sehat Sehun –yang tidak lagi dapat dikatakan sehat- membela diri. Memang sedari awal ia adalah milik Serin bukan? Luhan hanya wanita asing yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya dan ditakdirkan untuk menjadi istri pertamanya. Luhan hanya wanita yang ia nikahi tanpa adanya perasaan cinta di antara mereka. Jadi mengapa ia harus merasa bersalah pada Luhan?

Melihat wajah teduh Serin di hadapannya membuat matanya memanas. Ia benar-benar menahan sendiri kekecewaannya terhadap dirinya sendiri juga kedua orang tuanya. Bagaimana bisa mereka begitu tega menyakiti hati Serin? Bagaimana bisa ia tidak melakukan apa-apa untuk melindungi perasaan wanitanya? Mata Serin yang terpejam tidak mampu menyembunyikan bagaimana mata itu begitu bengkak. Wajah teduhnya yang sedang tertidur tidak mampu menutupi gurat kesedihan di wajahnya.

"Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu." Bisik Sehun, menahan air matanya agar tidak mengalir.

Nyatanya bisikan itu dapat langsung membawa Serin kembali dari dunia mimpinya. Ia mengerjapkan matanya pelan, merasa aneh melihat Sehun yang kini memandang lekat padanya.

"Kamu tidak tidur?" Tanyanya kemudian menoleh sekilas pada jam dinding yang tergantung di kamarnya. Ini baru satu jam lebih dari saat dia tidur.

"Belum. Aku akan tidur, tenang saja." Jawab Sehun. Tangan Serin kini terjulur kearahnya. Ia membelai pelan rahang tegas Sehun.

"Apa yang kamu pikirkan?" Serin tahu, jika Sehun merasa sulit untuk tidur maka ia sedang memikirkan sesuatu.

"Kamu."

"Hah?"

"Aku memikirkan kamu yang begitu kuat untuk tetap bertahan bersamaku setelah ku sakiti begitu dalamnya. Aku memikirkan kamu yang tak lelah untuk mencintai aku setelah aku melakukan kesalahan fatal. Aku memikirkan kebodohanku dan kelemahanku yang tak sanggup menjagamu. Aku bodoh, aku benar-ben ...." Kata-kata Sehun terpotong begitu saja begitu ia merasakan bibir kenyal Serin kini kembali melumat bibirnya dengan lembut.

Percikan api gairah tersirat di ciuman itu namun Sehun merasakan lebih, ia merasakan cinta dan afeksi yang begitu dalam dari wanitanya.

"Aku tidak masalah, selama kamu berjanji kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Itu saja sudah cukup."

"Tidak akan pernah, babe. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Sehun kembali menarik wajah Serin dan menyatukan bibir mereka.

Sehun kemudian mengubah posisi mereka, Sehun kini menindih tubuh Serin tanpa memutuskan penyatuan bibir mereka. Tubuh polos mereka kembali saling bersentuhan. Tangan Sehun yang tak tinggal diam kini kembali membelai kewanitaan Serin dengan lembut membuat Serin melenguh.

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang