KAGET bukan main, waktu Wendy buka loker. Dia nemuin sticky note ditempel di tengah-tengah dinding lokernya.
Wen, mau jadi pacar gue gak, nih?
Nyesel kalau nolak, lho.Walaupun gak ada nama pengirim, yang pasti, Wendy rasa, dari gaya tulisnya, kayaknya kertas tempel itu Chanyeol yang taruh.
Cewek itu tahan senyum sambil geleng-gelengin kepala, gara-gara di balik pintu lokernya ada Seulgi yang lagi nungguin.
"Lama amat," kata Seulgi. "Laboratorium udah dibuka, tuh."
"Sabar, nih, nyangkut bukunya," timpal Wendy–ngeles. "Lo duluan aja, Seul."
Tanpa jawab, Seulgi pergi duluan seperti yang disuruh Wendy. Membuat gadis itu bisa bernapas dengan lega.
Sekali lagi ia menatap kertas itu, sebelum sebelah tangannya mengambil buku biologi yang beneran diperlukan.
Ia menutup pintu loker dan hampir terperanjat ketika pandangannya menemukan Chanyeol yang baru keluar dari kelas dengan jas lab ditenteng di tangan.
Ubah air wajah, Wendy langsung buka loker lagi dan mencabut sticky note tadi, lalu jalan cepat-cepat di koridor buat nyusul Chanyeol dan menempelkan kertas tersebut di depan jidat cowok itu–membuat dia menghentikan langkah gara-gara kaget.
"Ini elo, 'kan, yang tulis?" Wendy menuding Chanyeol. "Ngaku!"
Chanyeol mengambil dan membaca kertas tempel tersebut dari dahinya. Sesaat kemudian, ia mengernyit keheranan. "Bukan gue. Lo dapetin ini dari mana?"
"Loker gue," jawab Wendy. Sekarang, giliran Wendy ikutan heran. "Terus—kalau bukan elo, siapa, dong?"
Cowok tinggi di hadapannya itu mengedikkan bahu dan menggeleng-geleng, nunjukin kalau dia gak paham. "Mana gue tahu."
"Tapi, itu tulisan elo, kok!" bantah Wendy ngotot.
Kontan, Chanyeol tersenyum sambil mendekatkan tubuhnya pada gadis itu. "Lo, tuh, emang mau jadian sama gue, ya?"
Telapak tangan Wendy mendorong wajah Chanyeol jauh-jauh dari wajah miliknya. "Kalau itu lo yang nulis, gue bakal selalu jawab 'gak mau'!"
Sebelum cewek judes itu pergi ke arah laboratorium, ia merampas sticky note tersebut dari genggaman Chanyeol.
"Emangnya, kalau itu bukan gue yang nulis, lo bakal jawab 'iya'?" tanya Chanyeol lantang, supaya Wendy yang melangkah jauh tetap mendengarnya.
Wendy balikin tubuh menghadap ke Chanyeol lagi. Ia memicingkan mata. Sedetik selanjutnya, ditatap kembali kertas tempel yang ada di tangannya dengan penuh selidik.
"Jadi, lo ngaku kalau ini memang punya elo?" Bukannya jawab, Wendy malah nanya balik sambil angkat kertasnya.
"Iya," jawab Chanyeol, nyerah. "Itu gue yang tulis."
Wendy pergi tanpa kata. Ninggalin Chanyeol yang masih berdiri lemas di tempat.
"Jawab, dong, Wen, mau atau enggak?"
Wendy tetap jalan pergi, ngacangin Chanyeol.
Sial, harusnya dia gak usah ngaku aja.
Chanyeol (yang habis kelas olahraga) cengengesan sama Sehun sambil jalan ke loker buat ngambil botol minumnya. Mereka lagi bahas Kai yang hari ini bolos gara-gara air di rumahnya mati, dia jadi gak bisa mandi.
"Bego bet, padahal mandi atau gak mandi juga komuknya tetep sama aja," komen Chanyeol seraya meraih pintu lokernya yang gak pernah dikunci.
Dia mendadak diem, pas lihat ada kertas tempel di tengah dinding lokernya. Dari tulisannya yang rapi dan stabil—udah jelas, itu dari Wendy.
Jawabannya tetap sama: "Gak mau!"
Chanyeol mencebik bibir.
Gagal lagi, gagal lagi.
<ʷnͬoͥtͭeͤʳˢ>
Chan, lo nembak cewek udah kayak ngajakin kerja kelompok!!!😩
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Kali
FanfictionTotalnya: 13 kali Chanyeol nembak Wendy. Berulang kali ditolak, tapi, selamanya: Chanyeol gak mau nyerah. // fanfiksi. | non-baku (lighthearted: vol. 03) © 2020 nebulusventus ㅤㅤ『 B O N U S 』 + 3 after ending story