7th Time

681 159 29
                                    

HARI ini, ternyata Chanyeol gak masuk sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI ini, ternyata Chanyeol gak masuk sekolah. Wendy pikir, mungkin dia lagi gak enak badan aja. Atau mungkin... malas masuk. Dia, 'kan, gitu!

Setelah cek absensi pagi, wali kelasnya bilang, kalau Chanyeol izin sakit. Wendy yang denger, langsung inisiatif ngajak Sehun dan Seulgi buat jenguk Chanyeol, sepulang sekolah.

Sayang, Sehun dan Seulgi nolak, karena masing-masing mau pergi dan ada acara. Mereka cuma minta titip salam aja ke Chanyeol; semoga cepet sembuh.

Alhasil, Wendy sendirian jenguk Chanyeol ke rumahnya. Bunda Chanyeol bukain pintu. Terus, dia ketawa.

"Kenapa, Bun?" tanya Wendy sambil masuk ke dalam rumah.

"Chanyeol dari tadi nanya, kira-kira kapan, ya, Wendy dateng ke rumah buat jenguk? Dia udah takut kamu gak akan peduli," terang bunda Chanyeol sambil senyum-senyum.

"Gak mungkin kalau aku gak jenguk." Wendy mendengus dan menggeleng-geleng gak percaya. "Ya udah, aku masuk kamar, ya, Bunda."

Sudah dipersilakan sama yang punya rumah, Wendy akhirnya masuk ke dalam kamar Chanyeol.

Eh, dia nemuin Chanyeol terkapar di ranjang kayak orang kritis. Kaget, dong, dia.

"Lo kenapa jadi begini?" tanya Wendy yang langsung bersimpuh di samping ranjang Chanyeol. Dagunya ditaruh di pinggir ranjang sambil ngelihatin Chanyeol saksama.

Bibirnya pucat, tapi warna kulitnya merah karena panas. Dari situ aja, Wendy udah bisa ngerasain uar suhu tubuh Chanyeol.

Kepala Chanyeol yang lesu bergerak nyamping buat balik ngelihat Wendy. Gerak dikit kayak gitu aja, Wendy udah deg-degan dia bakal meninggal.

Tapi, Chanyeol masih sempet-sempetnya senyum manis. Walaupun, malah kelihatan menyedihkan gara-gara tampangnya yang lagi letoy.

"Gue jadi demam, kayaknya badan gue syok aja gara-gara jatuh kemarin," katanya. Jari-jarinya berusaha buat bergerak ke kepala Wendy, nepuk-nepuk. "Kalau lo, gimana?"

Wendy mau nangis. Dia bingung banget, padahal, dia yang nyetir motornya, tapi, kenapa damage ke Chanyeol lebih banyak?

"Gue sehat-sehat aja, Chanyeol!" sergah Wendy dongkol. "Lo, tuh, udah kayak mati enggak, hidup enggak, tapi, masih aja nanyain gue?"

Bahkan, luka-luka besar punya dia aja udah rada kering dan gak sakit lagi. Lain, sama punya Chanyeol yang sampai ke muka-muka, wajahnya kelihatan bengkak banget sampai sekarang—meski udah gak sebengkak hari pertama.

Ngelihat Wendy kebakaran jenggot, Chanyeol malah ketawa pelan. "Wen, pacaran aja, yuk."

Wendy refleks mukul perut Chanyeol, terus dia panik sendiri pas Chanyeol merintih kesakitan.

"Aduuuh—sukurin! Lo, sih, Chan! Sempet-sempetnya aja!"

Lagi-lagi, Chanyeol ketawa, habis itu batuk-batuk. "Jadi, jawabannya iya, atau enggak?"

Gak jawab, Wendy lanjut ngomel-ngomel. "Ih—udah, jangan ngomong, jangan gerak! Nanti nyawa lo hilang, gue bingung!"

Dengan sepasang tangannya, Wendy meraih sebelah tangan Chanyeol yang masih menggantung di atas kepalanya. Digenggam perlahan, saking takutnya dia nyakitin yang punya.

Wendy lalu ngejatuhin kepalanya di atas tangan dia dan tangan Chanyeol yang saling genggam.

Bergeming. Lama.

Kemudian, gadis itu nangis terisak-isak.

"Eh, eh—jangan nangis, dong," ujar Chanyeol lirih. Lirih banget, kayak ayam sakit.

"Huhuhu, janji, jangan meninggal, ya, Chan..."

"Tergantung."

"Kok, tergantung?"

"Tergantung, jawabannya mau pacaran atau enggak?"

"Gak, huhuhu... nyebelin..."

Yah, sampai sini, Chanyeol lumayan paham, apapun kondisinya, intinya tetep aja: ditolak.

Tapi, memangnya dia mau nyerah? Enggak, lah.

Tapi, memangnya dia mau nyerah? Enggak, lah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
13 KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang