Band kami sudah mulai aktif. Berawal dari tampil di restoran atau kafe dengan bayaran rendah. Yah, gapapa lah. Setidaknya kami sudah mulai exist.
Selain latihan, biasanya gue sibuk nyari gigs yang butuh penampil di tempatnya. Berat, tapi kalau dijalani bersama Kak Doyoung, jadi lebih ringan.
WKWKWKWK bercanda eh tapi Kak Doyoung emang sangat amat membantu.
Dan itu kegiatan gue yang biasanya. Sekarang, gue lagi menghabiskan waktu bersama Bae Jinyoung, pacar gue. Kita beda kampus, makanya jarang banget ketemuannya. Apalagi kita sama-sama sibuk.
Maaf Kak Doyoung, aku hanya penggemarmu bukan lover-mu
"Aku masih sibuk organisasi aja. Kalo kamu?" tanya Jinyoung.
"Kamu sibuk banget ya?? Kurusan sumpah! Kurus-ku makin kurus!" kata gue.
Jinyoung tertawa. "Aku tetep makan padahal tapi ya karena kecapean mungkin," ujar Jinyoung sambil mengendikkan bahu. "Band kamu masih sibuk?"
Gue mengangguk lemas. "Capek, tapi seru. Tapi capek jadi manager juga huhu."
Jinyoung mengusap punggung tangan gue. "Ga cari manager aja?"
Gue menggeleng. "Masih belom. Kami masih harus mandiri dulu."
"Tapi jangan dipaksain, ya," katanya tetap sambil mengusap punggung tangan gue.
Tapi berasa hati gue yang diusap ya hshshhshs
Ponsel gue bergentar, notif dari Kak Johnny bermunculan sampai layar gue berubah dengan tampilan panggilan karena panggilan dari Kak Johnny.
Belum sempat bertanya, Jinyoung sudah berkata, "angkat aja."
Gue pun menjawab panggilan Kak Johnny dengan gue tetap duduk di tempat, di depan Jinyoung. "Kenapa, Kak?"
"Ras, cepetan ke base. Mark abis buat lagu baru!" ucap Kak Johnny langsung tanpa basa-basi.
Gue melirik Jinyoung sedikit. "Harus sekarang??"
"Iyaa. Cepetan lu ke sini ya. Yang lain udah pada dateng!"
Lalu Kak Johnny memutuskan panggilan sepihak.
Gue menatap Jinyoung penuh maaf. "Young.... Disuruh ke base sekarang."
"Malam malam begini??" protes Jinyoung.
"Ya... gimana-"
"Udah kamu cewe sendiri. Yang lain tuh ga mikir apa gimana?" omel Jinyoung lagi.
Gue hanya terdua sambil menunduk. Jinyoung tampak kesal. Gue jadi ciut :<
"Ya maaf. Minggu depan deh kita jalan lagi-"
"Bukan masalah itu, sayang. Ini kamu cewe disuruh dateng ke base malem-malem yang isinya cowo semua," omel Jinyoung sambil mengacak rambutnya.
Gue ga tau harus fluttering atau confusing sekarang.
"Kalo kamu mau, temenin aku, jagain aku," kata gue ragu-ragu.
"Ga kamu bilang pun, emang mau dijagain."
Senyum gue melebar. "Hehehe, yey kerja ditemenin sama pacaaar."
Jinyoung menahan senyum kecilnya sambil melihat gue.
Setelah itu kita keluar dari sana dan menuju motor Jinyoung. Mencuri kesempatan, gue pun memeluk tangan Jinyoung erat.
Huhu gemas banget pacarku khawatir 🥺🥺😳🥰
🎸🥁🎹
Selain di kampus, kita punya base lain. Yaitu rumahnya Kak Johnny. Ruang tengah rumahnya sudah disulap jadi ruang latihan kami lengkap dengan peredam suara. P.S. ini bukan rumah keluarganya, emang rumah punya Kak Johnny sendiri.
Selama di jalan gue meyakinkan Jinyoung kalau member band gue itu pada baik semua, ga ada yang macem-macem. Dan gue menjelaskan ke Jinyoung kalau kegiatan kami emang sering malam karena sebelumnya kami harus menyelesaikan urusan kampus dulu. Padahal dulu udah pernah gue bilang kalau gue manggung di gig-gig kecil, yang pastinya selalu dilakukan pada malam hari.
Tapi Jinyoung makin kesal, mengingat gue jadi pulang kemaleman terus. Hadech
"Ayo," ajak gue ke Jinyoung setelah kami sampai di kontrakan Kak Johnny.
Sambil menarik pergelangan tangan Jinyoung, gue membuka pintu rumah itu. "Hehe, maaf lama," kata gue sebagai pembuka, dan masih di depan pintu aja.
Mereka langsung merespon kedatangan gue. Ada yang mengeluh, ada yang santuy. Kak Johnny sama Kak Doyoung aja sih yang ngeluh.
"Oi, Ras. Bawa siapa tuh?" sambar Kak Yuta.
"Eh iya, ini Jinyoung, pacar gue hehe."
"Lah, bukannya lo naksir Do-" Belum selesai Mark menyeletuk, Kak Doyoung sudah menedang kaki Mark.
"Paan si, Mark." Lalu gue menghadap Jinyoung, "aku tinggal dulu ya. Kamu duduk aja di sofa sana. Kalau haus kasih tau aku ya."
Jinyoung mengangguk sambil mengusap alis mata gue sekilas. Ga tau buat apa. Gue pun menghampiri mereka.
"Buset cowo lu datar amat, Ras," celetuk Kak Yuta.
"Hah? Masa???" Gue melirik Jinyoung yang udah duduk di sofa sambil main ponselnya. "Oh wkwk emang gitu dia."
Yuta menggeleng-geleng keheranan, diikuti Kak Johnny.
"Jadi gimana lagunya? Kirimin demo nya dong. Biar nanti gue post di instagram kita buat teaser."
🎸🥁🎹Sekarang sudah jam 11 dan kegiatan gue bersama yang lain belum selesai. Ya ini aja baru Al-Fatihah, alias masih pembukaan, masih awal.
Tapi Jinyoung udah kepalang kesal. Minta gue segera pulang. Dia yang awalnya beralasan pengen minum, ternyata ada maksud lain. Gue dan Jinyoung pun ke ruangan lebih dalam di kontrakan Kak Johnny ini.
"Sayaaang," bujuk gue.
"Pulang," ucapnya singkat, tak terbantahkan.
"Tapi belom selesai?? Gimana dong??" kata gue lagi, masih usaha.
"Besok masih bisa, kan?" katanya kesal.
"Ya, kamu kalo ada urusan di kampus juga sampai malem kan...."
"Tapi ini kamu cewe sendiri, Aras. Kali ini emang ada aku. Kalo besok-besok gimana?"
Gue menunduk sambil memainkan jari. "Besok-besok temenin aku juga, Jinyoung..."
Jinyoung menghela napas berat, lalu memeluk gue. "Susah kalau marah sama kamu. Gabisa lama-lama."
Gue membalas pelukan Jinyoung. "Kamu juga jangan marah! Gemesin!"
"Apaan. Kamu takut tadi."
"..."
"Iya... Kamu serem soalnya...."
Di salah satu sudut, Atuy, Ima Keuda, dan Jyani lagi nguping pasangan yang sedang berada di ruang belakang kontrakan Johnny. Sedangkan Doie ikut ngupingin sih, tapi gayanya santai. Ga kayak yang lain yang lagi nempelin kupingnya ke sela-sela pintu ruangan yang sengaja dibuka.
Dibuka untuk nguping.
"Yah, Doy. Lo kayaknya udah ga ada harapan."
"Lo terkhianati, Doy."
"Kasian Bang Doy kena PHP."
"PHP apaan. Ga ada harapan palsu. Adanya Harapan Raya!"
170121
