PROLOG

96.4K 6.9K 290
                                    

Tubuh Haura langsung lemas begitu keluar dari ruangan Bu Dian, dosen pembimbing akademiknya. Pembicaraan mereka di ruangan yang sangat dingin itu—sepertinya AC di ruangan Bu Dian baru di-service—menjadi penyebabnya. Haura tidak pernah kepikiran bakal mendapat kabar buruk itu.

Dua teman Haura, Anneke dan Gomgom, langsung berdiri dari kursi tunggu begitu melihat wajah muram teman mereka. Mereka langsung mencium ada yang tidak beres dengan diskusi Haura dan Bu Dian.

Sambil mengikuti Haura yang berjalan ke arah kantin tanpa suara, Anneke berbisik ke telinga Gomgom, "Beb, Haura kenapa, ya?"

"Kayaknya ada kabar buruk nih. Feeling aku bilang kayaknya kita nggak bisa sekelompok deh di KP kali ini," jawab Gomgom ikutan berbisik.

KP atau Kerja Praktek adalah salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa dan mahasiswi teknik sipil senilai dua kredit sebagai persyaratan untuk lulus. Secara umum, KP ini semacam magang. Jadi para mahasiswa akan bekerja atau lebih tepatnya belajar langsung di lapangan sesuai dengan jurusan masing-masing.

Untuk mahasiswa teknik sipil, tentu saja mereka harus mengambil proyek-proyek konstruksi seperti gedung, jalan dan jembatan, bendungan, dan sejenisnya. Para mahasiswa yang mengambil KP nantinya akan memberikan laporan ke pada dosen pembimbing masing-masing dan pada akhir smester akan diuji.

"Jangan dong. Aku mau sekelompok sama Haura. Dia kan rajin banget loh, beb. Pinter lagi. Biar aku dapet A. Kalo nggak sekelompok sama kamu sih nggak pa-pa. Tapi please aku harus sama Haura," lanjut Anneke.

Gomgom menyentil pelan kening pacarnya. "Dasar oportunis."

Begitu tiba di Kantek-singkatan untuk kantin teknik-Haura langsung memesan kopi dan duduk di bangku yang masih kosong. Haura dan Gomgom beringsut mendekatinya.

Dengan agak takut-takut, Anneke mulai membuka percakapan dengan Haura.

"Ra, gimana tadi sama Bu Dian? Kita bertiga sekelompok, kan?"

Haura menyesap kopinya sejenak, lalu menggeleng.

"Demi apa? Lo nggak becanda kan, Ra?" tanya Anneke kaget.

"Emangnya gue suka becanda?" tanya Haura balik dengan dingin.

Anneke terdiam. Dia melirik Gomgom lalu menggerakkan kepalanya sebagai kode untuk menyuruh Gomgom saja yang bertanya pada Haura terkait formasi kelompok KP mereka.

Haura memang cukup dingin untuk ukuran perempuan berusia 20 tahun. Dia punya prinsip talk less do more. Jika berada dalam suatu forum diskusi, Haura lebih banyak diam dan hanya akan memberikan opininya jika diminta.

"Maksudnya Bu Dian nyuruh lo sekelompok sama orang lain gitu? Terus gue dan Anneke harus nyari mahasiswa lain?" tanya Gomgom hati-hati.

Lagi, Haura menggeleng. "Anneke dipindahin ke kelompok lain. Gue sama lo satu kelompok."

Ya Tuhan. Rasanya Anneke mau nangis saja sekarang. Udah nggak sekelompok sama Haura, nggak sekelompok sama Gomgom pula. Mau jadi apa kelompok KP-nya nanti?!

Gomgom langsung menepuk-nepuk bahu Anneke, berusaha menghibur. "Sabar ya, beb," lalu dia bertanya lagi pada Haura. "Terus anggota kelompok kita satu lagi siapa dong?"

Haura menghela nafas. Dia mengusap wajahnya lalu menjawab, "Kak Dzaki."

"APA?!"

"Puji Tuhan, at least bukan gue yang sekelompok sama Kak Dzaki," Anneke langsung berucap syukur. Dia terkekeh geli melihat wajah pacarnya yang langsung berubah keruh.

Gomgom menundukkan kepala di atas meja. Anneke mengelus-elus rambut Gomgom. "Sabar ya, beb. Kan sekelompok sama Haura. Kalau ada Haura semua pasti beres."

"Beres dari mana? Kamu nggak tahu Bang Dzaki susah banget dihubungi buat menghindar dari polisi karena demo di gedung DPR minggu lalu. Ya Tuhan. Kenapa begini sih nasib Hamba," Gomgom menggerutu.

Haura membiarkan sepasang kekasih yang lagi dimabuk asmara ini saling menghibur. Hatinya saja masih susah sekali menerima kenyataan ini.

Kenapa harus Dzaki? Kenapa harus seniornya yang muncul di kampus mungkin Cuma seminggu sekali eh tiba-tiba wajahnya muncul di televisi karena ikut demo? Kenapa?!

Sialan.

***

CERITA BARU, GUYS!!! 
Kenapa nulis tentang college life? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah karena I FREAKIN'G MISS MY DAILY LIFE IN COLLEGE. Covid-19, please go away ASAP! Aku rindu makan ayam rica-rica di kantek, rindu naik bikun, rindu ghibah bareng temen-temen walaupun beberapa dari mereka udah pada berkeluarga. I MISS EVERY SINGLE THING OF HOW I'VE LIVED BEFORE THIS CORONA OUTBREAK HIT.

Fit and Proper Test gimana? Ditunggu aja ya guys. Anggun dan Praha sedang saling memantapkan diri hahahahaha. Terus short story Ben dan Oliv gimana? Itu lagi hiatus. Belum ada ide samsek mau dieksekusi gimana. Tolong bersabar, ya. Thank you for the consideration :)

As I told you before, aku emang pengin banget nulis lagi tentang dunia teknik sipil. Kalau cerita Sorry Not Sorry kita cerita tentang dosen sipil, kalau di Progresnya Berapa Persen? kita cerita tentang bagaimana kerja di dunia konstruksi. Nah kali ini kita belajar gimana sih kehidupan mahasiswa/i teknik sipil itu terutama waktu lagi ngambil KP. 

Apakah ini project serius berikutnya? I'm not sure. Aku juga nggak tahu sih cerita ini bakal gimana nantinya. Apakah bakal dibukukan atau tetap stay di Wattpad. Yang pasti apa pun itu, please enjoy it :)

BTW aku juga nggak bisa jamin ya kali ini bakal masih satu universe dengan cerita-ceritaku sebelumnya atau berubah total. We'll see. 

Thank you for reading
See you on the next chapter

KERJA PRAKTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang