SORI BARU MUNCUL GUYS
MAAF BERIBU MAAF WALAUPUN MAAFNYA PASTI BASI BANGET. GAPAPA DEH YANG PENTING MAAF KARENA BARU BISA UPDATE SEKARANG
Buat yang udah agak lupa sama ceritanya, boleh dibaca ulang lagi ya. Persis kayak judul lagu yang ada di Mulmed, aku sekarang lagi Make A Wish supaya bisa melanjutkan lagi cerita ini.
Happy reading
*
*
*"Ra, si Gomgom kenapa?" Dzaki berbisik pada Haura.
Saat ini mereka sedang menunggu Bu Dian untuk asistensi ketiga. Wajah Gomgom sejak tadi kuyu dan dia bolak-balik mengecek ponselnya.
Haura menggelengkan tidak tahu. Bukan bermaksud tidak peduli, tetapi dia merasa kalau memang masalah tersebut bukan sesuatu yang mesti dirahasiakan, Gomgom akan menceritakannya pada mereka.
"Lo udah sarapan, Gom?" Dzaki membuka pembicaraan pada Gomgom.
"Belom. Abis asistensi aja sarapannya. Biar sekalian makan siang. Hemat," jawab Gomgom dengan nada bercanda.
Dzaki mendecakkan lidah. Dia mengeluarkan biskuit dari tasnya. "Makan dulu nih. Lo juga ambil gih, Ra. Ini biskuit ponakan gue. Tinggal di rumah. Yaudah gue ambil aja."
Tanpa babibu, Gomgom langsung mencomot satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Haura menolak dengan halus karena dia sudah sarapan sebelum berangkat ke kampus.
Lalu Anneke muncul bersama dua teman seangkatannya yang merupakan anggota kelompok KP. Wajah ceria Anneke berubah keruh begitu tatapannya bertemu dengan Gomgom tetapi kemudian tersenyum lagi pada Haura dan Dzaki.
Melihat tingkah Anneke, Dzaki tersenyum geli. Sudah bisa dipastikan Anneke dan Gomgom lagi berantem. Astaga. Sial banget nasibnya. Sudah jomblo sendiri di kelompok, eh terjebak di antara dua orang yang sedang bertengkar dengan pacarnya.
"Mau asistensi KP, Ra?" tanya Anneke ramah.
"Kalau asistensi skripsi ya nggak bareng gue dan cowok lo dong," sambung Dzaki sengaja meledek.
Anneke memanyunkan bibirnya. "Yang nanya situ siapa, ya?"
Dzaki terkekeh. Dia melirik Gomgom yang sekarang pura-pura sibuk membaca laporan KP mereka. Dasar anak muda.
"Yaudah kita duluan, ya. Bye, Ra," Anneke melambaikan tangannya. Dua teman Haura menganggukkan kepala pada Dzaki.
"Eh kok cuma Haura? Pacarnya nggak disapa nih?" goda Dzaki lagi.
Anneke membuang muka lalu bergegas memasuki ruangan dosen. Tawa Dzaki meledak. Dia menarik laporan yang dibaca Gomgom.
"Apa sih, Bang?" balas Gomgom malas.
Dzaki menunjuk wajah Gomgom. "Lo lagi berantem kan sama si Anneke? Ngaku lo. Sama aja kayak si Haura. Lo udah baikan belum sama cowok lo?"
Haura mengerutkan keningnya. "MYOB."
"Masalah lo pada sama pacar apa sih? Sini cerita sama gue."
Gomgom menggeleng. "Males ah. Lo kan jomblo, Bang. Mana paham masalah orang yang pacaran."
"Anjir nih junior. Mentang-mentang gue udah lunak lo pada jadi makin kurang ajar ya," Dzaki menggeleng-gelengkan kepalanya.
Haura tersenyum kecil. Astaga. Kenapa sekarang dia malah terjebak di antara junior-senior yang kayak bocah gini sih? Bu Dian juga lama banget sih di ruangannya. Semakin cepat asistensi, semakin cepat Haura terlepas dari dua cowok dewasa yang tingkahnya lebih bocah dari anak TK.
KAMU SEDANG MEMBACA
KERJA PRAKTIK
General FictionGood thing gone bad. Itu lah yang langsung terlintas di pikiran Haura begitu tahu Dzaki -seniornya- satu kelompok dengannya dalam kerja praktek. Bukan apa-apa. Dzaki ini susah banget di-reach. Kerjaannya di kampus ya berorganisasi mulu sampai nggak...