I MISS YOU GUYS SO MUCH.
Maaf ya ngilang. Lagi nyari-nyari ide supaya cerita ini bisa lebih seru dan panjang hahahaha.
Yang mau cuci mata sambil dengerin lagu bagus, boleh banget dengerin lagu yang ada di mulmed. Dijamin tidak akan menemukan keburikan. Bahkan lantai di MV-nya aja perfecto. Lagu bagus+amazing vocal+perfect choreography+visual nggak main-main=SuperM
Happy reading
*
*
*"Nan, kamu denger aku ngomong apa nggak dari tadi?" tanya Haura sedikit kesal karena Adnan yang sejak tadi sibuk dengan laptop dan ponselnya.
Adnan mengabaikannya. Haura menarik nafas. Kalau memang Adnan sesibuk ini, untuk apa dia jauh-jauh dari Bandung sana untuk menghampiri Haura? Kalau seperti sekarang sih namanya cuma raga Adnan saja yang dekat dengan Haura, tetapi pikirannya di tempat lain.
"Adnan," panggil Haura lagi, kali ini dengan nada yang lebih tajam.
"Ya? Kenapa?" tanya Adnan tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.
"Kamu ngerjain apa sih? Dari tadi aku cerita loh soal rencanaku pulang ke rumah next week," balas Haura.
Adnan menegakkan kepalanya. Dia memasang senyum semanis mungkin. Tangan kirinya hinggap di puncak kepala Haura lalu mengusap-usapnya. "I'm listening to you. Tapi aku nggak bisa ikut pulang karena lagi sibuk banget. Maaf."
"Masih ngurusin proyek bareng dosen kamu itu?"
Adnan mengangguk. Kemudian ponsel Adnan berbunyi. Dia langsung mengangkatnya. Sambil menyantap pizza, Haura memperhatikan Adnan yang sepertinya sedang berbicara dengan dosen karena dia terus menyebut kata "Pak" di akhir kalimat.
Sampai dua slice pizza masuk ke perut Haura, Adnan belum juga memutuskan sambungan telepon. Haura menatap Adnan kesal. Adnan memberikan senyum dengan tangan kirinya yang mengusap-usap punggung tangan Haura dengan pelan, meminta pengertian dari Haura.
Haura mengerti kesibukan Adnan belakangan ini. Selain menyusun skripsi, Adnan memang sedang terlibat dalam salah satu proyek yang ditawarkan oleh dosennya. Bukan hanya Adnan, satu teman seangkatan serta juniornya juga terlibat. Bukan Adnan namanya jika melewatkan kesempatan emas seperti ini.
Tetapi bagi Haura kesibukan Adnan sudah melewati batas wajar. Dia juga membantu Bu Dian mengerjakan salah satu proyek, tetapi dia masih bisa membagi waktu kapan harus bekerja dan kapan harus istirahat. Apalagi waktu mereka untuk bertemu secara langsung seperti sekarang sangat terbatas.
"Kamu belum makan dari tadi," kata Haura dingin begitu Adnan meletakkan ponsel di atas meja.
Adnan menyengir. "Astaga, sampai lupa. Kamu udah makan berapa slice?" dia melirik piring pizza. "Ya ampun. Pacarnya cuma disisain dua slice? Pastanya juga udah abis? Haura tega banget deh sama aku."
"Bodo amat," kata Haura malas.
"Pacar aku ngambek?" goda Adnan dengan wajah jail.
Haura membuang muka. Dia pura-pura sibuk dengan ponsel padahal yang dia perhatikan sejak tadi cuma foto-foto pengecoran yang semalam dikirim Gomgom dan Dzaki.
Adnan tersenyum lalu menyantap pizzanya. Sejujurnya, dia malah suka jika sesekali Haura ngambek seperti sekarang. Bagi Adnan, Haura akan keliatan lebih seperti cewek-cewek pada umumnya jika dia ngambek. Melihat betapa lurus dan teratur hidup Haura, Adnan jadi bertanya-tanya bagaimana pacarnya jika dihadapkan pada sesuatu yang di luar batas kemampuan atau perkiraannya.
Mungkin bagi orang lain Haura membosankan dan unapproachable. Tetapi bagi Adnan justru di situ letak daya tarik Haura. Pacarnya membuat Adnan berpikir lebih keras untuk mencari ide bagaimana membuat Haura tertawa dan nyaman berada di sekitarnya. It's challenging yet interesting.
KAMU SEDANG MEMBACA
KERJA PRAKTIK
Ficción GeneralGood thing gone bad. Itu lah yang langsung terlintas di pikiran Haura begitu tahu Dzaki -seniornya- satu kelompok dengannya dalam kerja praktek. Bukan apa-apa. Dzaki ini susah banget di-reach. Kerjaannya di kampus ya berorganisasi mulu sampai nggak...