1. ES BATU

47.6K 6.4K 870
                                    

Lagu di mulmed nggak ada hubungannya sih sama chapter ini. Tapi lagunya asik, guys. Bagus banget. Bener. Nggak boong. 
Jangan lupa komen yang lucu-lucu ya. Sekalian me-remind masa-masa waktu kuliah dulu hehehe. BTW cerita ini nggak seratus persen capture kehidupan sebagai mahasiswa teknik ya guys. Namanya juga fiksi pasti ada unsur dramanya supaya bacanya seru gitu hehe. Tapi ya I can say this is like 90% of how an engineering student survives. 

Happy reading
*
*
*

Dua tahun lalu

Gomgom meletakkan dua botol Pocarisweat di meja kantin. Bukan. Dua botol ini bukan untuk dia dan pacarnya. Daripada beli Pocarisweat ya lebih baik mengisi kembali tumbler dengan air minum gratis yang tersedia di beberapa spot di fakultas teknik.

Dua botol Pocarisweat ini adalah untuk dua orang cewek yang merupakan teman satu angkatannya di departemen teknik sipil. Salah satu dari mereka sedang menjelaskan materi kalkulus kepada si cewek kedua yang mengangguk-angguk dan Gomgom yakin seratus persen cewek yang mengangguk itu masih belum paham dengan penjelasan si cewek pertama.

"Ra, pelan-pelan dong ngejelasinnya, please," pinta si cewek kedua yang bernama Anneke dengan memasang wajah memohon.

Gomgom tersenyum kecil. Gemes banget gebetan gue kalau lagi mode lemot, pikir Gomgom dalam hati.

"Minum dulu biar lo pada nggak pusing," ucap Gomgom lalu mengeluarkan buku catatan dan pensil dari dalam ranselnya.

"Haura mah nggak pusing. Gue nih yang udah nyut-nyutan. Anyway, thanks, Gom," Anneke mengangkat botol minum tersenyum, tersenyum beberapa detik lalu membuka tutup botol dan meneguknya.

Gomgom mengangguk senang. "Sama-sama," dia lalu menatap Haura. "Satu lagi buat lo, Ra. Minum gih. Ngajarin Anneke pasti capek."

Haura mengangguk sekali kemudian mengucapkan terima kasih tanpa ekspresi.

Dingin.

Cewek yang masuk dalam Top 10 mahasiswa berprestasi di departemen teknik sipil ini memang sangat irit bicara dan sangat jarang menunjukkan ekspresinya di depan orang banyak. Dia terkesan unapproachable tetapi sebenarnya baik. Buktinya dia tetap mau menjadi tutor untuk teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam beberapa mata kuliah.

Banyak dosen yang mengagumi kecerdasan otaknya. Walaupun pendiam, Haura tetap aktif di beberapa organisasi kampus dan dia juga menuruti saja perintah-perintah senior yang kadang aneh asal masih masuk akal dan tidak mengganggu studinya.

"Lo kok bisa pinter banget sih, Ra? Dulu makan apa?" tanya Anneke polos sambil mencoba beberapa soal yang menjadi tugas.

"Sama aja. Lo juga pintar kok. Kan sama-sama mahasiswa di sini," jawabnya.

"Nah bener tuh. Sama-sama masuk lewat jalur SBMPTN kok," sambung Gomgom.

Anekke memutar bola matanya. "Haura anak SNMPTN tau. Pasti paling pinter se-Bandar Lampung nih dulu. Ya nggak, Ra?"

Haura mengibaskan tangannya dan memilih membalas beberapa pesan yang ada di ponselnya saja.

Anneke baru akan bertanya lagi pada Haura ketika terdengar teriakan dari meja di depan mereka. Haura otomatis menegakkan kepala dan memutar bola mata begitu melihat siapa yang sedang duduk dengan gaya bossy-nya sambil menatap mahasiswa-mahasiswa baru yang wajahnya ketakutan.

"Maba macam apa lo semua yang masih kagak apal nama-nama senior lo?!"

Aneh. Ya jelas nggak hafal. Mereka belum sebulan di kampus. Menghafal ratusan nama bukan hal yang mudah. Belum lagi beberapa mata kuliah di sini yang dianggap shock therapy oleh beberapa orang.

KERJA PRAKTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang