Minggu di pagi hari
Aku terbangun dari tidur ku dan mencoba membangunkan ragaku dari atas ranjang untuk sesegera mungkin mendapatkan secangkir kopi
Saat ini langkah kaki telah membawa ku turun dari ruang kamar ku yang berada di lantai atas.
Saat setelah keberadaan ku sudah berada di ruang tamu.
Terlihat kehadiran papah di ruang tamu bersama istri dan anaknyaPapah: nah itu kak lena nya sudah bangun, ucapnya berbicara dengan anak laki-lakinya yang masih berusia dua tahun
Aku hanya bisa terdiam dengan tatapan sinis dari mata ku.
"Apa yang membawa papah kemari di pagi hari, ucapku sambil tertawa
"memastikan keberadaan mu, serta merindukan tempat ini.
" Ouh, hanya itu, ucapku dengan singkat dan melangkahkan kakiku untuk pergi menuju dapur
Tiba-tiba Papah bersuara dengan keras"Sampai kapan lakumu bersifat seperti itu terhadap papah len.
Pekik nya memancing amarah di dalam diriku." Sampai jiwa ini mendapatkan kedamaian di dalam bernafas. Ucapku dengan mengeluarkan air mata
"bukan kah semuanya sudah papah jelaskan tentang kenapa papah dan mamah bercerai, ucapnya dengan lirih
"tapi kejadian itu masih, memberikan keterluka'an terhadap jiwa lena, ucapku melunak
"Papah harap kamu bisa membuang rasa benci mu terhadap papah dan mau menerima kembali kehadiran papah di hidup mu
Ucapnya mengakhiri dialog, tiba-tiba papah mengajak istri dan anak nya untuk pergi meninggalkan aku di ruang tamu.
Aku mencoba duduk di sofa dengan kesedihan yang masih larut di dalam jiwa.Saat ini Langkah kaki mereka menuju keluar rumah dan meninggalkan aku di ruang tamu
tak lama kemudian aku mendengar suara mesin mobil yang telah di nyalakan papah,
Saat ini aku mencoba melangkahkan kaki ku menuju jendela rumah.Untuk melihat papah yang telah meninggalkan aku kembali di dalam hidupku.
Air mataku masih menetes di karenakan kejadian yang baru saja terjadi. Tak lama terlihat mobil yang di kendarai papah telah keluar dari rumah saat ini
"Mengapa kehidupan ku menjadi seperti ini. Ucapku dalam tangis
Tiba-tiba langit menghujani bumi, airnya turun seperti ikut menangis diantara tangisku yang belum redah
Saat ini aku mencoba kembali ke dalam kamar, untuk sesegera mungkin kembali pada ranjang, setelah sesampainya di kamar, aku mencoba kembali merebahkah raga ku untuk mendapatkan ketenangan, tak lama mata yang telah terpejam membawa ku ke dalam tidur
•••
Tanpa tersadar aku telah tertidur cukup lama,
Nampaknya tidurku telah mengubah waktu menjadi malam, aku mencoba meraih ponsel ku yang ada di samping ku, untuk melihat jam. Pukul 18:47 terlihat di mata ku. Aku mencoba untuk bangun dari ranjang ku untuk menyalakan lampu kamar"Sialan, hari libur ku menjadi sia-sia. Ucapku dengan tawa
Aku mencoba turun dari ruangan atas untuk sesegera mungkin mengisi perut ku yang kosong
Langkah demi langkah telah membawa ku turun dari kamar,
aku mencoba berjalan menuju ruang makan. Saat melewati ruang tengah, aku tidak melihat bi ijah yang biasanya asik menonton acara tv kesukaan nya
Aku pikir mungkin bi ijah tertidur di kamarnya di karenakan kelelahan setelah mengurus rumah. Saat ini Aku mencoba menuju ruang makan untuk menikmati makan malam ku.
Setelah selesai menyantap makan, aku mencoba mengambil rokok ku, di ruang tengah.
Aku mencoba duduk di sofa dan meraih remot dari atas meja,
Tak lama setelah itu aku mencoba menyalakan rokok ku dan menghisap nya. sambil menikmati acara TV swasta yang sedang tayang.
Setelah beberapa saat aku selesai menghisap rokok, aku mencoba meraih remot untuk mematikan tv
"Ah, gak ada yang asik acara di tv, sebuah tayangan yang kurang layak tak sepatutnya di tayangkan, gimana bangsa ini mau maju kalo isi tayangan yang ada di tv, tidak mendidik. Ucapku berkeluhSaat ini aku terbangun dari tempat duduk ku, untuk meninggalkan ruang tengah dan kembali menuju ke ruang kamar tidur ku.
Setelah sesampainya di kamar. Nampaknya malam menjadikanku lara, menangisi luka dengan segala kesah"Apa yang harus aku perbuat, mengapa hal ini begitu membingungkan, aku hanya ingin tenang dan berbahagia di semesta fana ini.
Hingga amarah semakin tak terkendali di balik celoteh ku yang meluap-luap,
perasa'an ku semakin terkoyak oleh luka, ketidaklaziman pemahaman di dalam benak yang membuat ku di penuhi dengan keruwetan di dalam waktu."Bangsat! .... pekik ku dengan lantang sambil menangis
Tiba-tiba aku mencoba mengambil sebuah obat penenang, yang pernah aku beli di dalam laci meja rias ku
Dengan cepat aku mencoba membuka bungkusan obat itu dan mengambil tiga butir untuk sesegera mungkin bisa aku konsumsi,
aku mencoba mengambil air pada dispenser dan menuangkan nya ke dalam gelas.
Setelah air telah terisi di dalam gelas, tiga butir obat langsung aku masukan kedalam rongga mulut, saat ini aku berusaha untuk meminum air yang telah aku siapkan sebelumnya, agar secepat mungkin obat yang telah berada di dalam mulut tertelan dan masuk ke dalam lambung ku.
Setelah obat yang aku konsumsi telah tertelan, aku mencoba menaruh gelas di sebuah meja.Tiba-tiba aku mendapatkan reaksi yang tidak terduga setelah mengkonsumsi obat secara sembrono.
Penglihatan mata ku gelap, kepala ku rasanya berat, dan badan ku terasa lemas,
Saat ini aku mencoba sesegera mungkin untuk menemukan ranjang dengan berjalan sempoyongan sambil memegang dahi dengan tangan kanan ku. Di karenakan rasa sakit terhadap kepala ku.
Setelah raga ku berada di atas ranjang,
aku mencoba memejamkan kedua mataku kembali, dan tak lama kemudian, Jiwaku medapatkan
Kekhusyuk'an dalam tidur malam di keheningan ruang
•••