03

264 21 4
                                        


"Apaan apaan?!" Jawab gue gak kalah semangat

---

"Lo liat rumah makan ini." Suruh Dimas.

Dan Gue pun langsung liat situasi rumah makan ini, tapi menurut Gue ga ada yang aneh sama rumah makan ini.

"Kagak ada yang aneh menurut gue." dengan muka bingung.

"Ck. Lo gak sadar kalo rumah makan ini tuh, kagak ada pelayannya."

Gue yang dikasih tau kaya gitu baru sadar, kalo emang gak ada pelayannya di rumah makan ini.

"Menurut gue mending lo coba aja jadi pelayan disini." Saran Dimas yakin.

"Pengunjung disini banyak, mana yang punya rumah makannya juga udah tua, kasian bro." Lanjut Dimas.

Gue juga sebenernya kasian sih, tapi ya jangan pelayan juga lah, harga diri gue mau ditaro dimana.

"Ogah ah, ya kali seorang Garry jadi pelayan." Tolak gue malas.

"Alah..kagak usah gengsi gitu deh lo. Kan lo sendiri yang ngomong mau keluar dari zona nyaman lo." Balas Dimas kesal

"Ya tapi jangan pelayan juga lah, yang lain kek"

"Otak gue cuma bisa nyaranin itu doang, dah lah terima aja." Kata Dimas .

"Gue pikir - pikir dulu lah." Jawab gue.

Garry pov end

Setelah pembicaraan yang diakhiri dengan ketidak pastian itu, tiba-tiba seorang perempuan berteriak sangat keras sampai pengunjung yang sedang makan kaget.

"Aakhhh!!" Teriak perempuan itu.

"Ben coba periksa ke atas, kenapa Ara sampai teriak sekeras itu." Suruh Bu Merlina yang diangguki oleh Pak Ben.

"Saya mohon maaf atas ketidaknyamannya mba dan mas semua." Maaf Bu Merlina merasa tidak enak.

"Gapapa kok Bu. Sans aja hehehe." Balas Garry dengan bahasa yang tidak sopan.

"Iya bu gapapa kok." Timpal Dimas yang dibalas senyuman dari Bu Merlina.

"Lo kalo ngomong sama yang lebih tua sopanan dikit napa." Tegur Dimas yang hanya dibalas kedikan bahu oleh Garry.

Dimas yang diberi tanggapan seperti itu hanya bisa pasrah.

Dilain tempat Pak Beni tidak bisa menahan tawanya karna merasa lucu dengan alasan Ara berteriak sangat keras seperti tadi.

"Ahahahaha...hanya karna cicak itu kamu teriak seperti tadi?" Tanya Pak beni tak bisa menahan tawanya.

"Ihhh bukan gitu ayah, tadi tuh cicaknya jatuh ke kepala ya aku kaget lah.." Balas Ara membela diri agar tidak ditertawakan oleh ayahnya.

"Ayah kira kamu tuh kenapa, habisanya teriaknya keras banget."

"Sampai semua pengunjung rumah makan kaget denger teriakan kamu itu." Ucap Pak Beni mengingat kejadian dibawah tadi.

"Ara minta maaf ayah, gara-gara Ara teriak semuanya jadi pada kaget." Sesal Ara sembari menunduk.

"Udah gapapa. Atau kamu mau kebawah buat minta maaf?" Tanya Pak beni sembari mengelus kepala anak angkatnya itu.

Ara yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya, setuju dengan saran ayahnya untuk meminta maaf. Mereka pun langsung turun ke bawah.

"Ayah malu.." Kata Ara sembari melihat ayahnya.

"Udah gapapa, sana minta maaf." Suruh Pak Beni tapi dijawab gelengan dari Ara.

"Ayah temenin tenang aja." Kata Pak Beni berusaha membujuk anaknya.

Story Of Ara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang