Deruman mobil Lambhorgini terdengar memasuki gerbang Mahar's Senior High School bersamaan dengan dering bel pertanda masuk sekolah membuat semua mata tertuju pada hal itu.
Seorang cowok dengan perawakan tinggi dengan wajah bak dewa yunani itu baru saja turun dari mobil Lambhorgini dengan sepatu Air Jordannya, tak lupa tas baseball yang sudah tersampir di bahu kirinya lengkap dengan jaket jeans terlihat sangat cocok hinggap di bahu besarnya.
Dia adalah Ganedra Agam Mahardika atau cowok yang lebih kerap dipanggil Agam. Siapa sih anak Mahar's yang tidak kenal dengan ketua club baseball si anak pemilik sekolah itu. Agam adalah putra tunggal Mahardika yang dipastikan akan menjadi penerus pemegang saham Perusahaan Mahar's yang sudah memiliki beberapa cabang di Indonesia.
Cowok yang mengusap rambut berantakannya itu pun melangkahkan kakinya setelah menutup pintu mobil bermereknya. Bahkan ketika cowok itu hanya berjalan saja banyak yang menatapnya kagum. Banyak sekali para siswi yang bermimpi untuk mendampingi Agam sekedar hanya berjalan di sebelahnya.
Namun sayangnya, putra tunggal itu tidak mencerminkan sikap seperti yang seharusnya Ia lakukan mengingat posisinya sebagai calon CEO sekaligus pemegang saham perusahaan milik ayahnya itu.
Justru karena posisinya itu membuatnya bebas bertindak sesuka hatinya, bahkan Ia bisa dengan mudahnya menyingkirkan hama-hama yang sangat mengganggunya.
Dan yang harus dilabeli Agam adalah cowok tak tersentuh yang akan sangat dingin melebihi kutub utara kalau sudah urusan cewek. Ingat, cewek.
Tapi mau bagaimana pun sikapnya tidak ada yang bisa menolak sejuta pesona yang dimiliki cowok itu.Bahkan saat ini semua siswi Mahar's rela berdesak-desakan di koridor untuk melihat sang pujaan hati. Tapi bukan Agam kalau tidak acuh, Ia hanya jalan lurus dengan tatapan angkuhnya tanpa sedikitpun lengkungan di bibirnya.
Namun disaat semua cewek berbela-belaan untuk melihat dan selalu mengidolakan sang putra tunggal pemilik sekolah itu. Cewek dengan tatapan kesal yang hanya duduk di dalam kelas dengan airpods di telinganya, sama sekali tidak merasa tertarik pada pemandangan itu.
Bukan Agam kalau tidak melanggar aturan, Bukannya Ia menuju ke kelas Ia malah berbelok arah kantin untuk menemui teman-temannya padahal bel sudah berdering beberapa menit yang lalu.
Dibukanya jaket jeans yang terpasang sempurna di bahu kokohnya seraya bertos ria dengan ketiga temannya yang sudah duduk di meja kantin. "Woo Agam si pemilik sekolah jam segini baru datang, hebat!" ucap Difta cowok dengan anting hitam di telinga kiri serta rokok di sela jarinya yang duduk di meja kantin seraya menepuk bahu kanan Agam.
"Punya bokap, bukan punya gue."
"Ya sama aja anjir!"
Faldi pun mengambil satu puntung rokok untuk dibakar lalu menawarkan bungkusan itu pada Agam berharap Ia akan mengambilnya. "Mau ga Gam?" Agam pun segera mengambil bungkusan itu lalu mengeluarkan satu puntung rokok dari dalamnya. Padahal Ia masih memiliki satu bungkus rokok yang belum sempat dibuka di saku celananya.
"Udah makan belom Gam? Mau gak?" Nazka temannya yang bisa dibilang tukang lawak itu pun ikut menawarkan Agam seraya mengangkat sendok yang terisi bubur ayam dengan nada yang dibuat-buat.
"Geli bego!" Agam pun melemparkan bungkusan rokok itu yang mengenai pelipis Nazka.
"EH ANJ—" umpatnya yang terpotong oleh Agam "Apa? Mau ngomong apa lo?" Agam dengan nada sangarnya.
"Eh enggak, gak jadi atuh bos." ujarnya meringis diiringi tawa kedua temannya. "Mana berani dia ama lo!" ujar salah satunya dengan masih terbahak.
"Mau kemana lo?" tanya Faldi itu saat melihat Agam yang berdiri dan mengambil jaket yang sempat Ia taruh di meja. "Ke kelas? tumben amat,"
"Main baseball." ujarnya singkat dengan menjatuhkan puntung rokok di gelas kosong yang tadi Nazka pakai.
"Mana mungkin Agam ke kelas, bodoh." ujar Difta pada Faldi.
"Enak ye, jadi anak pemilik sekolah. Sabeb bener hidupnya. Ke sekolah cuman main baseball juga jadi." ujar Nazka yang melahap bubur suapan terakhirnya. Sedangkan Agam sudah lebih dulu melangkahkan kaki menuju lapangan baseball.
TBC.
Jangan lupa vote comment nya yaaa ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Agam & Letta
Teen FictionDimulai dari pertemuan tak terduga yang menebar kebencian satu sama lain. Membuat kedua insan itu terus berurusan yang justru membuat perasaan nyaman hadir di antara mereka. Bagaimana jika Agam, cowok badboy sekaligus anak pemilik sekolah dengan sej...