Malam ini langit begitu menawan, hitam dengan bintang-bintang yang menghiasi, bak noda yang paling indah di dunia. Iya sangat indah, tapi tidak bagi Yoongi. Dia tidak tertarik memperhatikan hal yang menurutnya tidak penting seperti itu, sangat membuang-buang waktu.
Ia lebih memilih mengemasi seperangkat keyboard miliknya, dan membantu temannya yang lain memasukan berbagai keperluan untuk manggung mereka kali ini. Mereka mendapat tawaran manggung di sebuah kafe sederhana dekat kampusnya, yang baru buka di awal liburan semester tahun ini, ya sekitar satu bulan yang lalu mungkin.
"Jadi? Kita berangkat sekarang?", tanya lelaki berhidung mancung —Jung Hoseok yang sedang memasukkan bass guitar nya kedalam bagasi mobil— pada teman-temannya yang kemudian dibalas anggukan dan deheman dari mereka.
"Siapa yang akan menyetir?", tanya Hoseok lagi, dan langsung dijawab oleh Taehyung dengan mengangkat tangannya sembari mengambil kunci mobil dari tangan Hoseok.
Mereka kemudian masuk ke dalam mobil dan mulai meninggalkan garasi studio, sambil berbincang tentang beberapa hal yang akan mereka tampilkan nanti.
🌱
"Wah, kenapa malam ini banyak sekali pengunjung?", tanya Jimin saat dia baru sampai di kafe untuk giliran sift malamnya sebagai kasir.
Dia baru pertama kali melihat kafe tempatnya bekerja paruh waktu ini begitu penuh. Bahkan ada yang berdiri karena minimnya tempat. Kebanyakan pengunjung adalah mahasiswa, bahkan ada beberapa yang Jimin tau sebagai mahasiswa di kampusnya. Apa ada hal yang istimewa terjadi? Kenapa seramai ini?
"Pemilik kafe kita menyewa sebuah band yang cukup terkenal di kalangan mahasiswa, sebagai promosi katanya. Dan aku rasa cara itu cukup berhasil. Iya kan?", ucap seorang lelaki bersurai blonde pada Jimin, sambil mulai membereskan struk-struk hasil kerjanya, untuk diberikan kepada pemilik kafe sebagai laporan. Setelahnya Jimin segera mengisi tempat lelaki itu, dan mulai menggantikan tugas sebagai kasir. Pasti dia akan sangat lelah malam ini.
"Wah, kau benar Bambam, ini promosi yang cukup bagus, tapi aku pasti akan lelah malam ini", keluh Jimin yang hanya dihadiahi kekehan dan ucapan kata 'fighting' dengan dua tangan mengepal di samping kepala oleh lelaki bernama Bambam itu. Lucu sekali Jimin jika sedang kesal, pikirnya.
"Oh iya, ingat ini, saat band nya datang, cukup suruh mereka pergi ke panggung di sana, mengerti? Dan mereka akan mengerti dengan apa yang harus mereka lakukan setelahnya", jelas Bambam sambil menunjuk sebuah panggung sederhana yang berada di sebelah kiri tempat Jimin berdiri saat ini. Jimin hanya mengangguk meng-iyakan.
"Baiklah aku pergi dulu Jimin", pamit Bambam seraya berjalan keluar kafe, dan Jimin hanya mengangguk sambil melambaikan tangan ke arah lelaki itu.
*Tringg
Pintu kafe terbuka, menampakan sosok empat lelaki tampan yang kini tengah dinanti-nantikan kedatangannya oleh para pengunjung kafe. Band yang merupakan pilihan si pemilik kafe untuk memikat para mahasiswa agar berkunjung ke kafenya. The Heal.
"Wah itu mereka",
"Astaga Taehyung tampan sekali",
"Yak kenapa Hoseok sangat keren malam ini?",
"Namjooniiee",
"Aish Min Yoongi brengsek, kenapa dia setampan itu?",
"Itu mereka",
"Oh astaga",Ya, itu adalah beberapa lontaran kalimat yang para pengunjung kafe berikan —walau hanya sekedar bisik-bisik tapi masih bisa terdengar oleh telinga Jimin— saat The Heal masuk dan melangkah menuju tempat Jimin berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Love Story - YOONMIN
FanfictionYoongi, bertekad mengakhiri hidupnya dengan alasan ingin mencapai sebuah kebebasan dari kehidupan yang melelahkan -misi kebebasan ala dirinya, namun di gagalkan oleh sebuah ucapan 'terimakasih' dari sosok manis yang perlahan mulai Yoongi butuhkan ke...