03. SALAH PAHAM

132 13 3
                                    



"Tidak. Kamu cantik." Ucap akbar asal, dan masa bodo.

"Hahh?!" Mata dara membulat sempurna bahkan hampir mau loncat dari tempatnya. Ia tak salah dengar kan?

Dara langsung membuang mukanya menatap ke arah jendela. Ia tak ingin akbar melihat wajahnya yang seperti tomat, sekaligus seperti orang sekarat karena asma. Sialan!

"Nafas gue... hahh...hahh.."

"Sialannnnn!"

"Bisa mati lo dar kalo terus-terusan gini. Mati."

Akbar terdiam dengan senyum misteriusnya setelah mengucapkan itu. Berhasil! Gadis disampingnya sudah tidak banyak bicara lagi.

Ia selalu berhasil menjinakkan adiknya yang marah-marah dengan kalimat sakral andalannya yaitu, 'kamu cantik'.

Dan ternyata, itupun mempan pada dara.

"Saya tahu sekarang cara menjinakkan perempuan. Haha, gampang juga."  Ucap akbar dalam hati sembari tersenyum bangga. Akhirnya, ia tahu cara mengatasi perempuan yang sedang marah, ala akbar.

Cukup bilang, kamu cantik. Sudah, urusan beres.

Padahal tidak semudah itu menjinakkan perempuan, Akbar keliru, adiknya bukan jinak saat mendengar akbar mengucapkan itu. Melainkan mual.

Jadi saat marah, ia lebih baik meninggalkan kakaknya. Dari pada mendengar akbar bilang 'kamu cantik' terus-terusan. Dan itu malah disalahartikan akbar yang menganggap itu sebagai senjata ampuh menjinakkan perempuan.

***

Setelah tragedi 'kamu cantik' tadi. Dara tidak berani menatap akbar bahkan mengajaknya berbicara. Begitupun dengan akbar, ia memilih fokus pada jalanan.

Kruyukk.. kruyukk..

Dara meringis, merutuki perutnya yang bersuara tanpa memberitahunya dulu.

Akbar yang mendengar itu hanya berekspresi datar. Tak berminat mengajak gadis disampingnya ini makan kecuali kalau gadis itu yang memintanya sendiri.

Dara sudah tidak kuat menahan lapar, karena sedari pagi ia belum sarapan.

"Kapten..?" Ucap dara lirih dengan wajah super memelas andalannya. Bismillah dar! Semoga rayuan lo mempan. Batinnya memohon.

Tak ada jawaban dari akbar. Hanya wajah fokus menyetir super datar yang dara lihat. Apa pria ini tidak punya rasa belas kasihan sama sekali? Pikirnya.

Akbar sudah tersenyum jahil dalam diam. Sungguh, ia ingin mengerjai dara yang sudah tidak sopan kepadanya dengan berpura-pura tidak perduli.

Dara tak mau menyerah, meski ia harus menurunkan ego nya sekalipun. Ini masalah perut. Sangat-sangat Urgent!

"Kapten? Lo ko jahat sih?" Hujat dara akhirnya.

"Gue laper...gue mau seblak...
Kalo nanti bayi gue ngiler gimana?" Rengek dara asal. Maklum, mulutnya memang tidak biasa disaring dulu.

"Wait! Apa tadi? Bayi?!"

Hampir saja akbar menginjak rem mendadak lagi, akibat kengacoan dara.

I WAN'T YOU, KAPTEN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang