CERITA 1 | 28 GF1 Viewforth (part 2 of 3)

56 1 0
                                    

04 September 2019 (Day - 02)

Kami sudah berdiri di halte bus dekat penginapan. Dari jauh aku melihat sebuah bus tingkat warna merah mendekat, kucoba membaca nomornya. 36. Ah bukan. Bus yang akan kami naiki nomor 7, 14, atau 49. Pak suami masih asik dengan smartphone-nya, memfoto tiap sudut pinggiran kota Edinburgh ini.

Aku menyiapkan smartphone untuk membuka aplikasi tiket, kami sudah membeli tiket terusan untuk satu hari penuh, jadi kami bisa berkeliling dengan bus sepuas kami, dengan rate cap £4 per orang.

Begitu bus nomor 7 datang, aku segera masuk. Aku menunjukan layar smartphone ke driver bus, yang hanya sekilas membaca informasi bahwa aku sudah membeli tiket harian. Setelah mengucapkan terima kasih, aku naik ke tangga diikuti pak suami. Kami sudah sepakat untuk duduk di atas. Ah memang beruntungnya kami, kursi paling depan kosong, jadi langsung saja kami duduk disana, menikmati pemandangan kota Edinburgh dengan scope 180 derajat.

Sekitar 25 menit berikutnya, kami telah sampai di Central Mosque, sebuah masjid yang terbilang cukup megah di lingkungan University of Edinburgh. Setelah beristirahat untuk solat, aku berjalan ke bagian depan masjid untuk menemui pak suami. Disana kulihat dia sedang berbincang dengan dua orang yang tampak seperti WNI berpakaian jeans dan jaket. Mereka menoleh melihat aku. Aku nyengir dari jauh.

"Haiii" ternyata itu Adel dan suaminya.

"Ini Ara. Ini Adel dan Tyo, beb" pak suami mengenalkan

"Haloo! wah akhirnya ketemu langsung ya hahaha" kataku kepada Adel. Adel adalah teman kuliah S1 pak suami, mereka satu jurusan dan beberapa kali terlibat di tugas kelompok bersama. Adel wanita yang ramah, dan meskipun usianya dua tahun lebih tua dariku, dia terlihat lebih awet muda. Perawakannya mirip sepertiku, hanya saja aku terlihat sedikit lebih gempal disampingnya.

"Yuk mau sekarang langsung? Masih 15 menitan lagi sih waktu janjiannya" ucap Tyo setelah kami ngobrol sekitar 10 menit di depan masjid.

"Boleh lah yuk sambil liat-liat"

Di tengah cuaca kota Edinburgh yang cukup bersahabat hari itu, kami, empat orang yang akan menjadi flat mate selama setahun kedepan, berjalan ke area perumahan di sisi selatan Uni (singkatan dari University). Ada dua jadwal viewing kami hari ini.

Flat pertama tidak berada jauh dari Uni, sekitar 10 menit jalan kaki. Lokasi yang strategis. Dekat dengan supermarket dan pertokoan, plus reasonable price. But, the big drawback for us is it's an underground flat. Iya basement. Basement yang dari jalanan luar hanya tampak setengah jendela. Aku bahkan tidak yakin kalau flat ini tidak akan terbenam air jika ada hujan deras.

To be honest, I underestimate this flat. Tapi karena sudah terlanjur membuat janji, kami tetap masuk ke flat tersebut. Kami disambut oleh seorang middle-aged woman, Scottish, dengan rambut pendek sebahu berwarna merah. Dia masih sibuk berbicara dengan satu couple lainnya saat kami datang. Ah rupanya dia dari agency yang mengurus penyewaan flat, dan hari ini dia memiliki janji full-day hanya untuk viewing satu flat ini.

Aku tidak terlalu terkesan dengan flat yang kami lihat, sepertinya flat tua. Sangat berbeda dengan flat milik Carlos & Anne, yang tidak aku sadari telah jadi patokanku dalam memilih flat. Flat ini bahkan lebih sempit dari bayanganku, dengan udara yang pengap. Bisa dibayangkan bagaimana udara di bagian bawah bangunan yang jarang dibuka. Aku setengah tidak percaya ada yang hidup di bawah sini, di kota ini, di ibukota Scotland.

Aku yang merasa kurang nyaman berbicara kepada pak suami, "kayaknya kurang deh". Ini lah salah satu keuntungan menjadi pendatang di negeri orang, kita bisa bicara apa saja dengan bebas dengan bahasa sendiri, tanpa ada yang mengerti artinya. Kulirik Tyo dan Adel, mereka juga tampak tidak terlalu semangat. Walaupun begitu, kami tetap mencoba sopan menanggapi penjelasan agent tadi.

The City of EdinburghTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang